Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 - People Choice Kompasiana Awards 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Cerita Hari Ini] Menerima Diri Secara Utuh - Eureka

26 April 2023   12:23 Diperbarui: 11 Mei 2023   04:29 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/pixabay via kompas.com

Tema-tema tentang kewarasan beberapa tahun terakhir ini menjadi sebuah fenomena hangat yang terus digemakan. Menjaga kewarasan, mindfulness, kesadaran diri, self-love, dan lain sebagainya terkait kesehatan mental menjadi salah satu topik podcast, video, vlog (konten) yang banyak diminati pengguna media sosial.

Isu kesehatan mental (mental health) biasanya terkait dengan cedera atau luka batin yang dialami oleh seorang individu dalam kehidupan mereka. Cedera batin atau luka batin siapa yang tidak pernah mengalaminya?
Saya rasa tidak ada.

Psikoanalisa Freud akan mengupas layer demi layer kejadian-kejadian di masa lalu dalam kerangka unconsciousness, untuk mencari sumber 'luka'.  Psikologi Individual Adler justru sebaliknya, mengupas bukan dari sisi ateologi (sebab dan akibat) namun tujuannya di masa depan, bukan masa lalu (teleleologi). Teori Social Learning juga akan mencari proses belajar yang dialami seorang individu terkait kondisi yang dialaminya demi sebuah upaya 'penyembuhan',  tetapi jika semua itu 'dirangkum', saya rasa sama pada akhirnya, yakni mencari sebuah 'pencerahan' terhadap kondisi mental seseorang.

Mengenai terentaskan atau tidak, itu adalah sebuah pilihan, terutama dalam ranah gangguan neurosis, ya.

Setiap saat kita pasti dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam hidup. Mau memilih yang mana merupakan keputusan bebas kita tentu sepaket dengan konsekuensi logis dari pilihan itu sendiri. Tentu saja demikian juga dengan keputusan 'jaga kewarasan', yang merupakan kebebasan kita dalam memilih.

Seorang kawan pernah ada dalam kondisi depresi yang berat, hanya saja dia tidak merasa dalam kondisi tersebut serta merasa mampu & baik-baik saja dengan hal itu. Songong dan sok, berlagak dewa, demikian kata orang-orang terdekatnya. Merasa sebagai seorang yang baik-baik saja, rasanya malu juga ketika harus meminta pertolongan. Namun demikian, seorang dokter kala sakit juga membutuhkan dokter lain untuk menyembuhkannya, bukan??? Tidak bisa menyembuhkan diri sendiri. Kita butuh orang lain.

Akhirnya dia mengalami sebuah 'pencerahan' dengan melibatkan banyak sekali orang-orang baik yang menjadi support systemnya. Eureka itu dialaminya, dan kemerdekaan bisa digenggamnya.

Kesadaran diri untuk menerima proses saat ini dan di dalam kehidupan ini menjadi kunci penting yang gak bisa dinafikan. Proses ini merupakan proses yang terus menerus.

Tidak perlu menuntut diri berlebihan demi sebuah pengakuan atau penilaian orang lain. Kita bertanggungjawab atas diri kita saat ini dan di sini. Masa lalu adalah pembelajaran dan masa depan merupakan sebuah misteri yang kita gak bisa kendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun