Seorang ibu muda menceritakan pengalaman terkait anaknya yang susah sekali makan jika tidak ditemani gawai.Â
Dia juga menceritakan pengalamannya bahwa sejak kecil, anaknya sudah terbiasa dengan gadget. Aktivitas screen time bukan hal yang aneh. Anaknya terbiasa menonton film di televisi. Ibu ini juga menambahkan beberapa waktu kemudian, muncul gejala-gejala keterlambatan bicara pada si anak tersebut. Dari hal itu, ada evaluasi-evaluasi yang dilakukan terkait screen time.
Apa itu screen time? Screen time bisa diartikan sebagai berapa banyak waktu yang digunakan oleh seseorang untuk menggunakan gawai, televisi, laptop/komputer (perangkat elektronik yang menggunakan layar seperti televisi/komputer).Â
Tentu di era digitalisasi saat ini, kita sebagai orangtua gak bisa bersikap terlalu rigid terhadap penggunaan gawai pada anak. Melarang sama sekali aktivitas screen time pada anak juga rasanya tidak bijak.Â
Kita bisa bayangkan jika anak kita berkumpul dengan teman-temannya, dan dia menjadi makluk asing yang tidak tahu-menahu tentang dunia digital yang bisa saja berujung pada munculnya rasa insecure dan kurang percaya diri karena dianggap ketinggalan jaman. Hal ini tentu akan berakibat buruk juga pada tumbuh kembangnya.
Salah seorang teman yang tinggal di Kota Sidoarjo, beberapa belas tahun silam juga pernah membahas masalah screen time ini dengan saya.Â
Sejak dini anaknya terbiasa menonton televisi di rumah, saat itu, teman saya bekerja dan anaknya harus ditinggal di rumah bersama seorang asisten rumah tangga yang membantunya.
Suatu saat saya berkunjung ke rumahnya (sekitar tahun 2005 atau 2006), dia mengatakan anaknya mengalami speech delay (keterlambatan bicara).Â
Jujur saja saat itu saya shock mendengarnya. Saya tidak pernah mau mendapatkan kenyataan jika orang terdekat saya harus saya dampingi terkait tumbuh kembang anaknya yang mengalami gangguan. Kami satu almamater di fakultas yang sama.
Kami berdua diskusi panjang lebar tentang anak dari kawan saya ini. Salah satu kesimpulan kami saat itu adalah, screen time pada anaknya yang terlalu over, sehingga hal ini mengganggu pola komunikasi dan interaksi anaknya.Â
TENTU saja, screen time bukan satu-satunya penyebab terjadinya speech delay. Banyak faktor yang memengaruhi, dan hal ini tidak sesederhana analisis yang dibahas pada artikel ini, tentu saja perlu berkonsultasi lebih lanjut dengan ahlinya terkait diagnosis dan intervensi yang diperlukan.
Banyak pengalaman serupa yang dialami orangtua terkait screen time ini. Ada beberapa kesimpulan yang bisa dihasilkan dari banyak diskusi mengenai screen time pada anak usia dini.
Screen time perlu dibatasi, mengapa?
Screen time tidak mendukung komunikasi dua arah. Hal ini menjadi sebuah alasan perkunya pembatasan terhadap penggunaan gadget pada anak usia dini. Stimulasi harus masif dilakukan dengan berpegang pada prinsip, komunikasi dua arah.
Sejak dini, anak sangat membutuhkan stimulasi terkait tumbuh kembangnya. Jangan sampai gadget, televisi, komputer menjadi candu dan asupan utama bagi anak-anak usia dini ini, sehingga mengganggu perkembangan area komunikasi, motorik, fisik, sosialisasinya, dan sebagainya.Â
Fisik mereka yang juga sedang berkembang, akan terganggu jika hanya duduk, rebahan, dan mantengin gadgetnya sepanjang waktu. Gangguan pada mata, obesitas, mager, emosi yang kurang stabil karena pengaruh adiksi menjadi hal yang seharusnya kita hindari terkait screen time yang berlebihan.
Membatasi screen time dan mengganti dengan aktivitas sejumlah aktivitas fisik menjadi sebuah solusi yang bisa diharapkan mendukung tumbuh kembang mereka. Perbanyak aktivitas seperti bermain bola, menggambar, melukis, bermain dengan teman, dan lain sebagainya.
Membatasi bukan berarti menghilangkan aktivitas screen time sama sekali, toh dengan screen time juga ada hal baik yang bisa diperoleh. Tetapi mengatur, membatasi screen time merupakan sebuah solusi untuk bijak terhadap penggunaan gadget pada anak usia dini terutama.Â
Terima kasih.
Referensi : satu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI