Suara gemericik air yang tenang diiringi musik instrumen lembut terdengar. Saya pun bisa 'diselamatkan' oleh musik ini. Detak jantung saya mulai teratur. Nafas mulai bisa saya kelola.
Tangan saya meraih punggung anak ini dan mulai mengusapnya pelan-pelan. Saya peluk dengan lembut. Seiring waktu, gadis kecil ini 'menyerahkan' tubuh mungilnya untuk saya usap.
Tidak berapa lama, si gadis kecil mulai tampak tenang. Beberapa waktu kemudian dia mulai dapat terkendali dan mulai meneruskan sesi hingga usai. Leganyaaa...
Pengalaman -pengalaman itu adalah sekian saksi nyata bahwa mendampingi mereka bukan hal yang mudah. Terbayang bagaimana orangtua mereka menghadapi.Â
Mulut ini rasanya terlalu sotoy ketika bilang, "... sabar ya Bu/Pak..." Tentu itu sudah menjadi hal biasa yang mereka dengar. Kondisi kesabaran maksimal bahkan sudah dikerahkan sedemikian rupa. Salut bagi orangtua ABK.
Pengalaman-pengalaman terkait peran musik tersebut memang meneguhkan fungsi musik bagi proses terapeutik terutama anak berkebutuhan khusus. Ada aneka pengalaman yang muncul dan itu menunjukkan hasil yang baik, berupa perkembangan yang baik di diri mereka.
Kita bisa melakukannya dengan konsisten dan tekun, terus-menerus, berkelanjutan sehingga modifikasi perilaku bisa terbentuk. Tentu saja bukan hanya melalui media musik, tetapi harus kolaborasi dan integrasi dari macam-macam teknik sehingga membentuk satu kesatuan yang 'eklektik'. Â Semangaat!
Selamat berproses, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H