Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Sepenggal Kisah Toleransi

10 Oktober 2022   08:28 Diperbarui: 10 Oktober 2022   08:35 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi / Sumber : Via Kompas.com (Hafidz Mubarak A)

"Ibu, apakah saya bisa bergabung untuk mendapatkan layanan ini bagi anak saya? Maaf, agama saya bukan agama yang seperti Ibu anut..."

Sebuah kalimat meluncur dari seorang Ibu setengah baya di daerah layanan saya, saat beliau meminta ijin bergabung dengan sebuah komunitas yang sedang kami rintis bersama untuk anak-anak berkebutuhan khusus di sebuah kawasan.

"Boleh sekali, layanan ini tidak ada kaitannya dengan agama, Bu. Layanan ini hanya fokus pada layanan itu sendiri yaitu ABK.."

Jawaban ringan dari mulut saya itu muncul juga dengan spontan. Tidak ada satupun pikiran lain yang lewat dalam benak saya saat itu.

Desa Sampetan membuat saya banyak belajar. Sebuah tempat yang menjadi awal perjumpaan dengan seorang anak berkebutuhan khusus yang saat itu masih duduk di jenjang taman kanak-kanak.

Saat egosentris, intoleransi, hedonisme begitu merajalela, rasanya menepi dan melihat kehidupan di sini menjadi oase yang menyegarkan. Relaksasi sejenak untuk memberi kekuatan dan pertobatan, hehehe. Contoh dan model yang nyata mengenai kerukunan tanpa sekat.

Sebuah wilayah yang memiliki kelekatan seni yang cukup tinggi. Sejak pandemi beberapa warga mengatakan banyak tradisi yang dihentikan penyelenggaraannya terkait aturan prokes. Tradisi budaya seperti Sadranan, Reog, Pagelaran Wayang Kulit, dan lain sebagainya memang dihentikan beberapa saat.

Setelah melakukan layanan, berfoto dengan latar belakang Vihara tempat masyarakat sekitar beribadah/Dok.Pri
Setelah melakukan layanan, berfoto dengan latar belakang Vihara tempat masyarakat sekitar beribadah/Dok.Pri
Desa Sampetan merupakan desa yang wilayahnya juga termasuk paling luas di kawasan wilayah Kecamatan Gladagsari. Saya merasakan jatuh cinta dengan aura toleransinya yang sungguh kental. Penganut Islam, Kristen, dan Budha hidup berdampingan dengan damai.

Bangunan Masjid, Gereja, dan Vihara banyak ditemukan di wilayah ini.  Masyarakatnya penuh dengan pesona toleransi. Mungkin mereka lupa makna perbedaan! Mungkin yang mereka ingat beda itu justru yang menyatukan mereka.

Perbedaan bukan halangan untuk menciptakan kerukunan. Agama tidak digunakan untuk memecah belah! Justru ketenangan diciptakan dan lahir dari perbedaan itu sendiri.

Layanan literasi sederhana yang melibatkan masyarakat dengan beragam latar belakang/Dok.Pri
Layanan literasi sederhana yang melibatkan masyarakat dengan beragam latar belakang/Dok.Pri
Mengendalikan diri untuk tetap menjaga harmoni saya lihat betul. Kesederhanaan mereka dalam berpikir justru menjadi kekayaan yang limpah, terlukis dari relasi kemasyarakatan mereka.

Rata-rata mereka berprofesi sebagai petani, dan pekerja pabrik. Beberapa yang lain bekerja sebagai ASN dan pedagang. Saya melihat banyak pagelaran budaya akhir-akhir ini di sana.

Kebudayaan menjadi wadah pemersatu. Budaya membiaskan perbedaan-perbedaan. Budaya menjadi sebuah jalan baik untuk konsentrasi pada hal yang tidak nampak.

Saya belajar makna hidup lebih dalam dari sekadar agama sebagai 'baju' a.k.a 'pakaian'. Boleh dong, yang lain pakai batik, yang satu menggunakan kaos, atau, jaket. Si pengguna jaket, batik, serta kaos toh bisa tetap hidup dalam suasana gotong-royong tanpa memersoalkan apa pakaiannya (yang sebenarnya bukan sebuah hal yang esensial, bukan?)

Terima kasih sudah mengajarkan pelajaran hidup yang bermakna dari sebuah terminologi TOLERANSI.

Ditulis untuk Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun