Ibu ini tak berdaya menghadapi anaknya yang rewel meminta makanan/minuman manis saat pukul dua dini hari.
3. Ketidakberdayaan dan perasaan tidak enak orangtua pada tetangga atau orang di sekitar lingkungan mereka tinggal.
Orangtua merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga harmonisasi dengan lingkungannya (tetangga). Lebih baik diberi susu, permen, atau olahan manis lainnya daripada menangis pada saat jam-jam istirahat (tidur) tetangga (lingkungan sekitar).
Makanan manis memang memiliki pengaruh memberi energi yang tinggi pada anak-anak, termasuk anak berkebutuhan khusus itu sendiri. Ada energi yang diberikan manakala mereka mengonsumsi makanan-makanan manis tersebut.
Makanan-makanan tersebut dapat memengaruhi perilaku keseharian, di mana energi yang ditimbulkan cenderung besar sehingga anak menjadi super aktif, apalagi ketika kebiasaan mengonsumsi makanan-makanan manis tersebut telah terjadi bertahun-tahun.
Anak-anak ini akan terlihat lebih aktif dan tidak berhenti bergerak. Ada energi yang tidak pernah surut. Hal ini juga berpengaruh pada pola tidurnya. Anak-anak ini akan kesulitan tidur karena energi yang ditimbulkan tersebut.
Bukan hanya itu saja, anak-anak ini cenderung mudah gelisah, sering alami tantrum, dan cenderung responsif bahkan ada kecenderungan impulsif (jengkel, ingin semua yang diminta segera didapat), kerap tidak toleran terhadap penolakan.Â
Mereka akan menangis, tantrum, dan  meminta hingga dipenuhi permintaannya. Tentu saja hal ini menjadi rumit, ketika lingkungan di sekitar tidak mendukung modifikasi perilaku anak menjadi lebih baik. Dilematis memang.
Namun demikian, perilaku-perilaku seperti itu harus segera dihentikan untuk (mau gak mau atau suka gak suka)Â kebaikan anak tersebut.
Apa saja yang bisa kita lakukan untuk menghentikan atau setidaknya mengurangi produk makanan atau minuman manis untuk memperbaiki pola makan atau metabolisme tubuh anak-anak tersebut?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!