Jangan sampai PENGABAIAN kita melunturkan KEPEDULIAN kita pada mereka baik korban maupun pelaku yang harus dibantu.
Edukasi dan literasi masif mengenai pendidikan seksualitas yang benar harus tersampaikan pada titik terkecil yaitu keluarga. Teknik penyampaian mengenai edukasi dan literasi ini harus dikemas 'seramah' mungkin agar tepat sasar.
Sekolah harus bisa menjadi jembatan penyambung komunikasi perilaku anak dengan orangtua, jangan sampai sungkan, enggan, atau bahkan tidak enak menyampaikan berita-berita yang kurang enak ini pada orangtua.
Kenyataan sepahit apapun harus diterima agar orangtua juga belajar memahami anak mereka. Jangan sampai peran orangtua menjadi lebih kabur lagi karena masalah pengabaian. Sangat memprihatinkan jika orangtua tidak lagi peduli pada persoalan sebesar ini apalagi dipahami dengan jalur-jalur kekerasan.
Fian membutuhkan perhatian dan kasih sayang yang besar. Fian membutuhkan kepedulian orangtua, guru, dan kita semua. Memandang persoalan ini harus dari kacamata humanistik, setiap individu begitu berharga.
Kita bisa entaskan dengan segera. Agar upaya tersebut tidak terhambat dan terlambat perlu bersinergi. Ada sebuah tagline yang harus dihidupi bersama. Orangtua selayaknya menjadi teman seperjalanan dalam upaya-upaya anak dalam memahami pendidikan sexualitas.
Berikut ini upaya-upaya pengendalian yang bisa dilakukan:
1. Memberikan edukasi, literasi mengenai pendidikan seksualitas. Teknik menyampaikan informasi seputar pendidikan seksualitas pada anak menjadi pertimbangan penting, teknik tersebut haruslah mudah dipahami anak.
2. Memberikan perhatian dan kasih sayang. Acapkali perilaku mereka hanya karena mencari perhatian dari lingkungan
3. Menggunting tiap perilaku yang tidak benar dari pelaku dengan selalu mengingatkan dan mengarahkan pada perilaku yang benar
4. Memberi pemahaman pada 'korban' untuk BERANI menolak perilaku yang kurang baik ini.
5. Memberi pengarahan mengenai perilaku tersebut tanpa mempermalukan anak