Kehilangan kepercayaan diri, menganggap diri tidak berharga, kehilangan identitas diri, perilaku withdrawl (menarik diri), menjadi ciri khas rekan-rekan korban kekerasan.
Gejala stres ringan hingga depresi terjadi. Gangguan kepribadian tidak jarang dialami oleh perempuan yang mengalami kasus kekerasan. Seperti penyakit jantung yang sering mendapat julukan silent killer, demikian pula dampak kekerasan atau pelecehan. Kekerasan atau pelecehan yang dialami perempuan bisa menjadi silent killer bagi kesehatan mental mereka.
Kasih atau cinta seharusnya membawa kemerdekaan hidup individu. Jika pada akhirnya kasih atau cinta justru membelenggu  tentu kemungkinan besar harus ada yang dievaluasi.
Abraham Maslow dalam Teori Hirarki Kebutuhan Maslow mengungkap dalam tangga ketiga hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan love and belonging. Kebutuhan individu akan keintiman, merasakan kasih sayang sesama, menikmati persahabatan, kasih sayang keluarga, juga kebutuhan untuk berelasi dengan individu lain merupakan hal yang harus dipenuhi. Lalu,  jika tidak, apa yang akan terjadi? Individu tersebut pasti akan mengalami hambatan-hambatan perkembangan bahkan bisa jadi berujung pada gangguan mental.Â
Kekosongan pada jenis kebutuhan tersebut akan membuat individu 'terus mencari' hingga individu tersebut merasa 'penuh', 'kenyang' dan cukup mampu melangkahi tangga kebutuhan berikutnya.
Hubungan toksik merupakan hubungan yang sebenarnya menyiksa secara mutual. Melepaskan dan memulihkan menjadi hal penting yang harus disadari dalam sebuah hubungan tersebut.
Pelaku dan korban harus release. Melaporkan pelaku merupakan tindakan menolong. Sebab jika tidak, pelaku tidak akan bisa memerbaiki dirinya. Melaporkan pelaku kekerasan bisa menjadi gerbang pemulihan serta memotong mata rantai kekerasan yang dilakukan. Demikian juga sebaliknya, dengan si korban kekerasan, dia harus bisa mengalami proses-proses pemulihan demi kesehatan mentalnya.
Sepotong kalimat dalam sebuah film India menjadi perenungan panjang saya. Kira-kira begini bunyinya, "Aku melihat Tuhan dalam dirimu...."Â
Kalimat ini menjadi sebuah dasar bagaimana seharusnya tiap individu saling menghargai orang lain yang dihadirkan dalam kehidupan kita, karena kasih itu pada hakikatnya memberi kemerdekaan, kebahagiaan, sukacita, bukan belenggu.
Selamat merayakan cinta kasih setiap saat.
Referensi : satu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H