Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Gratias

-semua karena anugerahNya- Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana award 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Relawan: Filantropi atau Altruis?

9 Februari 2022   06:30 Diperbarui: 10 Februari 2022   21:45 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artikel : Lilin/ Dok. Unsplash.com (Mike Labrum)

Relawan mungkin identik dengan lilin, "rela terbakar demi sebuah pendar cahaya yang menerangi sekitar."

Apakah menjadi relawan identik dengan tindakan filantropi dan sikap hidup altruis?

Jika memang identik, apakah individu yang merelakan dirinya bergabung dengan aktivitas sosial haruslah individu yang telah selesai dengan hidupnya, sehingga tidak lagi memikirkan a-z  kebutuhan hidup? Apakah mungkin seorang individu telah benar-benar selesai dengan hidupnya? Atau bagaimana?

Sebelum melangkah lebih lanjut, yuk kita mau sama-sama telaah terlebih dahulu apa arti kata filantropi dan altruis. Apakah kedua kata tersebut berbeda arti? Atau serupa tapi tak sama?

Filantropi adalah sebuah tindakan kedermawanan. Apakah filantropi hanya milik orang-orang yang kaya?

Filantropi dari asal kata philein dalam bahasa Yunani, yang artinya cinta dan anthropos, yang artinya manusia, sehingga filantropi berarti tindakan atau aktivitas mencintai sesama manusia (humanisme) dengan tindakan-tindakan 'donasi' (beramal).

Bill Gates dan (mantan ) istrinya, Melinda, melalui Bill and Melinda Gates Foundation merupakan pasangan filantropi yang kerap memberikan donasi kemanusiaan di banyak tempat. Sejumlah nama di Indonesia yang serupa juga banyak. Sebagai contoh, Irwan Hidayat, CEO PT. Sido Muncul yang sering memfasilitasi mudiknya sejumlah besar karyawan dengan gratis. Salah satu tindakan filantropi dalam bentuk lain.

Nah sekarang, apa itu altruis? Dalam KBBI online, altruis adalah orang yang banyak mengutamakan kepentingan orang lain (tidak mementingkan diri sendiri). Altruis adalah orang yang melakukan prinsip-prinsip altruisme. Altruisme adalah sebuah karakter, sifat, prinsip moral yang menekankan dan memberikan kebahagiaan pihak lain tanpa mementingkan dirinya. Bisa berbentuk material atau non material (spiritual). Altruisme didengungkan pertama kali oleh Auguste Comte. 

Tokoh lain yang menegaskan lagi mengenai altruisme ini adalah Erich Fromm, seorang filsuf dan psikolog berkebangsaan Jerman yang kemudian mengulas mengenai cinta yang altruistik di dalam bukunya "The Art of Loving". Cinta yang bermuatan altruistik disebutkan adalah cinta yang aktif bukan pasif. Cinta yang bermuatan tindakan nyata. Ada 4 (empat) komponen cinta altruis, yaitu care (kepedulian), respect (hormat), responsibility (tanggung jawab), dan knowledge (pemahaman). 

Definisi altruis memang lebih mendalam jika ditelaah dari arti kata. Lalu apakah tindakan filantropi pasti memenuhi unsur cinta altruis? Belum tentu memang, filantropi dilakukan mungkin karena ada hal lain seperti ingin diperhatikan, pengakuan, atau sejumlah tanggung jawab dan kewajiban serta alasan lain. Hal ini tentu tidak penting bila dibanding dengan tindakan itu sendiri. Karena motivasi itu urusan pribadi yang kita tidak perlu mencampurinya. Lalu, altruis pasti melahirkan tindakan filantropi (kedermawanan)

Selanjutnya, menjadi relawan merupakan salah satu praktik tindakan filantropi. Berbagi memang bukan hanya berbagi materi. Membagikan ilmu, membagikan tenaga, waktu, pemikiran juga merupakan tindakan berbagi atau memberi diri pada sesama. 

Kesadaran penuh memang harus menjadi dasar bagi kita saat kita memutuskan untuk melakukan sebuah tindakan, termasuk ketika ingin jadi relawan. Resiko yang ada memang seharusnya telah dipikirkan matang. MENJADI RELA, ini prinsip penting yang mau tidak mau melekat pada istilah relawan.

Rela dalam KBBI adalah bersedia ikhlas hati. Ikhlas berarti tidak memikirkan hal lain selain fokus pada tujuan dari tindakan yang dilakukan. Menjadi berbeda ketika pihak lain yang kita beri kerelaan tadi membalas dengan tindakan baik pula.

Menjadi salah juga sih, ketika orang-orang yang merelakan diri untuk berbagi kemudian disalahgunakan, disalahartikan sehingga muncul tindakan eksploitatif. Bertumpu pada pemahaman mengenai motivasi intrinsik jadi relawan, nampaknya bukan konsumsi kita juga untuk memermasalahkannya. Motivasi jadi relawan memang kedaulatan pribadi.

Menjadi penting  untuk dimaknai benar, bahwa menjadi relawan adalah sebuah pilihan yang disadari dengan sejumlah resiko-resiko yang harus dihadapi, sehingga apresiasi dari pihak luar bukan lagi sebuah tujuan utama.

Banyak sekali contoh tindakan dan individu yang melakukan hal ini. Saya jadi ingat akan ucapan seorang dosen saya saat kuliah dulu. "Dengan memberi kita justru akan berkelimpahan." 

Berkelimpahan yang dimaksud oleh beliau adalah, berkelimpahan kasih dan banyak hal lain. Ketika kasih itu melimpah, maka kasih bisa kemudian disalurkan kepada sesama. Memberi melatih kita untuk menciptakan kebahagiaan pada pihak lain. Memberi juga melatih kita untuk memiliki prinsip 'cukup'. 

Selamat memberi.

Referensi : satu, dua, tiga

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun