Tindakan menghindari pembicaraan atau komunikasi bisa jadi dapat meredam sebuah pertikaian saat itu, tetapi ketika hal ini telah menjadi sebuah kebiasaan yang berkelanjutan maka dapat dibayangkan, sebuah relasi menjadi lebih runyam karena terlalu banyak permasalahan yang tidak mendapat porsi jalan keluar sehingga menciptakan timbunan masalah yang tidak selesai.Â
Sebuah masalah yang tidak selesai akan berujung pada ledakan-ledakan emosi yang justru membahayakan dan menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Tentu kita bisa bayangkan bagaimana kerusakan yang akan ditimbulkannya.Â
Stonewalling menjadi salah satu pemicu terjadinya sebuah perceraian dalam sebuah relasi rumah tangga.Â
Dilansir dari situs Healthline.com (11/12/2019), menghindari sebuah konflik tentu tidak akan secara otomatis meniadakan konflik. Aksi menghindari hanya akan menunda sementara konflik tersebut. Nyatanya apakah konflik selesai? Tentu tidak, bukan?Â
Sama halnya ketika stonewalling terjadi di dalam ranah profesi atau pertemanan. Alih-alih menyelesaikan konflik, sebaliknya untuk mencari aman banyak individu menutupi masalah, menghindari masalah dengan aksi diam dan bungkam. Masalah tentu tidak hilang bahkan justru menjadi lebih 'menyala' sehingga berpotensi membakar 'seluruh hutan'.Â
Tindakan stonewalling menjadi penyebab runtuhnya bangunan relasi di berbagai lini. Berbagai bentuk jalinan relasi lambat-laun tetapi pasti runtuh karenanya.Â
Adakah jembatan yang bisa digunakan sebagai penengah agar dapat memulihkan relasi tanpa dihantui stonewalling? Â
3 hal berikut bisa dijadikan alternatif untuk menjembatani konflik tanpa aksi stonewalling:Â
1. Beri jeda tetapi dengan batas
Saat menghadapi konflik tentu sebagian besar logika tidak berfungsi maksimal. Ambil jeda, beri kesempatan kondisi emosi mereda sehingga logika bisa mengambil alih peran lebih banyak dalam memberi solusi. Bukan menghindari tetapi menunda sehingga individu yang terkait telah siap melakukan komunikasi.Â
2. Memahami sudut pandang orang lain
Konflik tetap akan menjadi sebuah konflik yang tidak terselesaikan ketika kita masih menganggap diri paling benar. Tentu bukan hal yang mudah berperang dengan ego, salah satu perjuangan paling sulit di semesta ini.Â