Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hari Pendidikan Nasional, Mungkinkah Tercipta Sekolah Ramah Disabilitas?

2 Mei 2021   08:04 Diperbarui: 2 Mei 2021   11:52 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Penyandang Disabilitas / Sumber : Shutterstock melalui Kompas.com

"Mimpi dan harapanku mengenai sekolah ramah disabilitas sangat besar...."

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2021.

Sekolah Ramah Disabilitas menjadi sebuah mimpi saya dan kawan-kawan komunitas. 

Riset saya mengenai hal ini di beberapa sekolah yang telah saya temui menemui titik terang. Banyak sekali pekerjaan rumah kita di bidang edukasi terkait pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Riset akan menjadi sebuah hal yang tidak berguna tanpa adanya tindak lanjut.

Beberapa tangkapan riset saya mengenai pendidikan ramah disabilitas yang harus segera diselesaikan :

1. Kompetensi Pendidik terkait Pendidikan Disabilitas

Hal ini menjadi sebuah kendala yang cukup besar. Di sebuah daerah dimana saya melayani terdapat kendala yang cukup besar di area ini. Hati yang mau melayani dari guru-guru hebat di sebuah daerah pelosok belum cukup tanpa bekal yang memadai mengenai kompetensi.

Ilustrasi Penyandang Disabilitas / Sumber : Shutterstock melalui Kompas.com
Ilustrasi Penyandang Disabilitas / Sumber : Shutterstock melalui Kompas.com

Dibutuhkan sekali tenaga-tenaga yang memiliki kasih dan kemampuan untuk memberikan pendidikan  bagi anak-anak ini.

2. Penerimaan Orang Tua terhadap Kondisi Anak

Saya memang melihat banyak sekali penerimaan orang tua terhadap anak (terutama mereka yang mengalami kondisi disabilitas) yang belum tepat. Ada sebagian yang masih belum menerima sepenuhnya bila anak-anak ini memang membutuhka  pelayanan  khusus. Ada yang menyangkal sehingga hal ini justru menjadi hambatan kemajuan bagi anak-anaknya.

3. Fasilitas Pendidikan yang Belum Memadai

Hal ini memang menjadi pe-er bersama. Pemerintah tanpa kita akan mustahil mewujudkan hal ini. Kerjasama dan sinergi sangat dibutuhkan. Sekolah dan keluarga serta pihak yang memiliki kompetensi mendidik anak-anak ini serta pemerintah harus seirama.

4. Stigma Disabilitas di Masyarakat

Begitu mudah mengasihi, menyayangi mereka yang memiliki pesona yang umum. Cantik, pintar, kaya, memiliki segalanya di dunia. Mudah sekali..

Bagaimana jika sebaliknya? Mereka membutuhkan kasih sayang kita lebih. Saya memang melihat fenomena yang kurang mendukung bahkan cenderung memberikan label negatif pada mereka, anak-anak disabilitas ini.

Menyiapkan masyarakat yang mendukung sepenuhnya pengembangan pendidik  anak-anak disabilitas menjadi sebuah agenda mahapenting!

Salut pada upaya Mbak Angkie Yudistia penggagas This Able Enterprise. 

Jika pekerjaan rumah pemerintah terlalu besar terhadap hal ini. Apakah kita bisa menyumbangkan setitik ada itu bagi negeri?

Home Of PsychE (HOPE)

Wadah yang sedang penulis perjuangkan - Hope / Sumber: Dok.pri
Wadah yang sedang penulis perjuangkan - Hope / Sumber: Dok.pri
Hope adalah sebuah wadah independen yang saya gagas belasan tahun lalu. Pada awalnya ingin bekerjasama dengan Rumah Sakit Pertamina Cirebon tetapi karena satu dan lain hal belum dapat berdiri.

Seiring berjalannya waktu, karena hal ini minim profit maka saya tidak berhasil menggandeng rekanan. Hope awalnya murni gerakan pendampingan edukasi yang bersifat sosial. Beberapa anak dikirimkan Tuhan pada saya yang saat itu hanya bergerak sendiri.

Akhirnya 4 tahun lalu Hope bisa membimbing satu anak di sebuah sekolah di daerah Boyolali. Berkaca dari pengalaman anak ini saya merasa tergerak untuk melegalkan wadah ini (Hope).

Aktivitas yang saya lakukan di Hope bukan hanya menolong anak untuk bisa mandiri tetapi juga memberikan edukasi dan pendampingan sepenuhnya kepada Ibu dari anak ini.

Ibu dan keluarga menjadi target pendampingan HOPE. Mengapa? Karena faktor keluarga akan menjadi titik penting perkembangan anak-anak ini.

Ibu dari anak-anak ini saya latih untuk bisa menjadi guru bagi putra-putri mereka. Ibu dan keluarga adalah orang-orang yang full 24 jam ada bersama anak-anak ini.

Sinergi terjadi juga pada guru yang mengajar anak-anak ini. Kami menjadi satu tim yang terpadu untuk membimbing anak ini. Apakah ini sebuah perjuangan mudah? Tentu tidak.

Saya dan Ibu anak ini membutuhkan perjuangan selama 4 tahun lebih dan masih terus melalui proses-proses yang terjal.

Bagian Kedua

Proses saya temui selanjutnya adalah mendampingi anak-anak dengan kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh keluarga dekat!

Hal ini menjadi sumber kesedihan tersendiri bagi saya dan Hope. Betapa tidak? Seharusnya keluarga menjadi tempat teraman bagi anak-anak. Tapi kenyataan dalam masyarakat tidak begitu.

Hal ini menjadi sebuah tantangan besar yang harus diselesaikan.  

Edukasi tidak terbatas pada ruang sekolah saja. Masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat menjadi sebuah evaluasi yang harus diselesaikan bersama.

Pendampingan dan edukasi terhadap keluarga menjadi sebuah agenda lain yang harus segera dijadikan  perhatian penting. Pemerintah harus hadir, lembaga sosial dan yang terkait harus memberikan perhatian penuh pada hal ini.

Bagian Ketiga - Penutup

Menjadi sebuah refleksi penting di peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021, apakah langkah kita sudah seirama untuk menggapai tujuan bangsa yang berbunyi MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA?

Kehidupan bangsa berarti keseluruhan, tanpa terkecuali!

Sekolah Ramah Disabilitas bukan hanya mimpi belaka tetapi akan menjadi sebuah perwujudan nyata di banyak tempat di seluruh pelosok negeri ini.

Maju pendidikan warga.

Maju pendidikan bangsa.

Indonesia bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun