Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corrie ten Boom, Wanita Teladan Penuh Pengampunan

8 Maret 2021   18:10 Diperbarui: 9 Maret 2021   08:14 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Corrie ten Boom/Sumber : www.biography.com

Corrie ten Boom, seorang wanita inspiratif yang memilih untuk memberi pengampunan kepada penjaga paling kejam di kamp konsentrasi Ravensbruck saat pendudukan NAZI, dimana penjaga kamp tersebut melihat dirinya dan adiknya, Betsie berjalan telanjang!

Corrie terlahir dengan nama Cornelia Arnolda Johanna ten Boom pada tahun 1892 di Belanda. Dia merupakan keluarga pembuat jam di negara itu.

Corrie merupakan wanita inspiratif yang melampui pikiran orang kebanyakan. Apa sebutan kekinian yang menggambarkan berlebihan? Ya benar, alay! Tetapi jika Corrie tidak alay, tidak akan ada kisah inspiratif yang menguatkan wanita-wanita yang mengalami kekerasan, yang mengalami ketidakadilan untuk berdamai dengan luka-lukanya. Corrie, memberi pengaruh baik pada masalah-masalah seputar pemulihan luka batin.

Sering kali kisah-kisah inspiratif yang menggugah rasa serta pikiran, pasti melampaui hal yang biasa-biasa saja. Harus berlebihan (yang positif) untuk memberikan sebuah keteladanan!

Corrie mewarisi darah sosial dan kedermawanan yang tinggi dari leluhurnya. Keluarganya selalu ada bagi mereka yang membutuhkan. Kakeknya, Willem mendirikan toko pembuat jam yang terletak di Haarlem. Toko tersebut akhirnya diwariskan pada Corrie.

Corrie bukan hanya terlahir sebagai wanita dermawan, dia juga seorang pengrajin jam. Disebutkan dalam sebuah catatan, dia merupakan wanita pertama berkebangsaan Belanda yang menjadi pembuat jam.

Corrie juga seorang wanita berani dan penuh kasih. Dalam kacamata saya, Corrie tidak memikirkan dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Dia dan keluarganya membantu banyak orang Yahudi melarikan diri dari NAZI. Corrie membuat satu ruang perlindungan bagi orang-orang Yahudi tersebut. Peluang ditangkap oleh tentara NAZI yang bercokol di Belanda sangat besar karena melindungi banyak orang Yahudi yang melarikan diri. Corrie merancang ruang perlindungan yang memiliki ukuran 2,5 meter x 0,70 meter bagi mereka di toko jam milik keluarga Boom.

Orang-orang tersebut akan disembunyikan dalam ruangan itu hingga bisa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Aktivitas Corrie ini melibatkan kurang lebih 80 orang untuk membantu melindungi orang-orang tersebut. Kelompok Corrie memiliki komitmen untuk membantu mencari rumah-rumah pengungsi di Belanda.

Hingga suatu saat, sepak terjang Corrie dan kelompoknya itu tercium dan diketahui oleh tentara NAZI. Mereka membawa Corrie dan keluarga ke kamp konsentrasi Ravensbruck.

Jebakan seorang pria yang berpura-pura sebagai keturunan Yahudi yang meminta bantuan Corrie untuk bersembunyi di tokonya membuat Corrie harus menderita di Ravensbruck. Pria yang menjebaknya melaporkan kegiatan Corrie dan keluarganya kepada polisi rahasia NAZI saat itu (Gestapo).

Casper, Willem, Betsie, serta Christian keponakan Corrie meninggal dunia dalam masa penawanan NAZI tersebut. 4 dari 10 keluarga Boom memberikan nyawa mereka sebagai komitmen untuk menyelamatkan sesama.

Bagaimana dengan Corrie?

Secara ajaib di tahun 1944, Corrie dibebaskan!

Dia hidup sendiri dalam rumahnya di Harleem. Bukan sebuah hal yang mudah bagi Corrie untuk menerima, tetapi sekali lagi, kasih yang melampaui nalar dilakukannya dengan mengampuni orang-orang yang telah merenggut seluruh keluarganya tersebut.

Kisah dramatis lain pada tahun 1947 terjadi di Muenchen. Hal ini tidak kalah mencengangkan, kembali sebuah tindakan alay Corrie yang luar biasa! Dia menjabat tangan seorang penjaga camp Ravensbruck, salah satu penjaga yang paling kejam, yang pernah menyaksikan dirinya dan Betsie telanjang serta berjalan di hadapan pria itu. Dia mengingat bagaimana Betsie dan tubuhnya yang hanya tinggal tulang diselimuti kulit, begitu kurus dan menderita harus berjalan bersamanya menahan rasa malu yang mendalam di hadapan para penjaga kejam tersebut.

Corrie mengambil keputusan yang tepat untuk mengampuni pria itu. Sebuah tindakan yang melampaui batas pikiran kewajaran manusia.Tindakan yang berlebihan diberikan kepada penjaga kamp kejam itu, mengampuni!

Corrie memaknai penderitaan menjadi sebuah anugerah yang akhirnya bisa dirasakan oleh lebih banyak orang. Dia membuat Bloemendal, rumah pemulihan bagi korban perang yang selamat.

Sejak saat itu kisah hidup dan keteladanan Corrie ten Boom membahana di seluruh dunia. Dia terus menyerukan kekuatan pengampunan. Dia menyiarkan kasih Tuhan yang memberi kemampuan untuk mengampuni. Rumah keluarga Corrie ten Boom dijadikan museum peringatan Holocaust.

Saya mengetahui nama Corrie dari seorang pakar konseling di Indonesia. Beliau bernama Julianto Simanjuntak. Saat itu beliau menjelaskan peranan besar pengampunan dalam proses pemulihan luka-luka batin. Nama Corrie selalu disebutkan sebagai seorang wanita inspiratif yang memberikan keteladanan dalam hal mengampuni.

Salah satu topik dalam konseling adalah berdamai dengan diri sendiri, masalah utama yang mengganjal lepasnya akar kepahitan.  Peran pengampunan sungguh besar dalam sebuah proses berdamai dengan diri sendiri.

Peringatan Hari Perempuan Internasional ini bisa menjadi sebuah momentum bagi kita untuk meneruskan jejak-jejak kasih Corrie dalam kehidupan kita terkait pengampunan. Tindakan 'berlebihan' Corrie yang melampaui kewajaran serta bermuatan keluhuran budi (yang katanya dibilang dengan istilah alay di jaman ini) justru membawa berkat bagi banyak orang!

Selamat Hari Perempuan Internasional, bagi kita seluruh perempuan.

Referensi: satu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun