Sosok inspiratif ketiga dan menjadi yang terakhir dari rangkaian kado saya untuk Kompasiana di ultah pertama ini, melekat pada diri seorang kawan sekolah saya. Kami menjadi kawan sejak duduk di bangku SMP.
Sosok laki-laki humoris ini selalu penuh dengan canda, bak magnet, dia selalu bisa mengundang tawa kami semua, kawan-kawannya. "Kalo gak ada elo, gak rame...", tagline ini sangat tepat untuk disematkan pada sosoknya. Beliau bernama Alvin Jonathan.
Kami dipertemukan lagi saat kami duduk di bangku SMA. Kami selalu berbeda kelas, tetapi akhirnya kami bisa tergabung dalam organisasi Pramuka Penegak. Kami terlibat aktif dalam kepengurusan Ambalan di sekolah kami. Ambalan adalah satuan gugus pramuka di tingkat SMA (Pramuka Penegak).
Alvin menjadi pradana untuk Ambalan Rama, dan saya menjadi pradana Ambalan Sinta, saat itu. Sosoknya jauh dari kata serius, hampir tidak pernah saya lihat dia bersedih atau menyendiri. Selalu ada keceriaan di hari-harinya. Tidak ada teori-teori yang menjadi dogma atau aturan di hidupnya, bahkan pada saat kami menjalankan persekutuan (pertemuan) ibadah, sosoknya boleh dibilang terlampau sering guyon, bahkan mungkin bisa dibilang jauh dari kata religius.
Sampai suatu saat kami, di akhir penghujung masa sekolah di almamater kami SMA Kristen 1 BPK Penabur Cirebon memilih jalan masing-masing untuk melanjutkan studi. Alvin memilih melanjutkan studi di Kampus Bina Nusantara, Jakarta, bersama beberapa kawan kami yang lain, sementara saya melanjutkan studi di Fakultas Psikologi di sebuah universitas di Kota Semarang.
Lama berselang, kami kembali bertemu dalam WA Group alumni. Dia menjadi sosok inspiratif yang sangat berdampak. Secara pribadi dia banyak memberi masukan pada saya, saat saya memiliki beberapa masalah, melebihi seorang Psikolog, hehehe. Dia memberikan masukan-masukan berharga. Pengalaman demi pengalaman mengubah mindset Alvin Jonathan. Dari hal teknis pekerjaan lapangan yang digelutinya sampai ranah rumah tangga, dia bisa menjadi partner diskusi yang baik.
Alvin telah menikah dengan seorang pilihannya, wanita cantik yang berasal dari Kalimantan, bernama Onie Tjia. Pasangan yang sangat serasi. Mereka telah dikaruniai 3 orang anak. 2 orang anak perempuan, dan 1 anak laki-laki yang lucu, cerdik, dan suka berbaur.
Saat pandemi beberapa waktu lalu saya membaca sebuah berita yang dilansir oleh beberapa media online, yang memberitakan bahwa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)Salatiga telah membangun sebuah Laboratorium Biomolekuler BSL 3.
Laboratorium Biomolekuler BSL 3 tersebut telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan sampai pada detik artikel ini ditulis, laboratorium tersebut telah beroperasi dan berkiprah terkait penanganan pandemi Covid-19.
Sebelum berita mengenai pembangunan laboratorium tersebut, Alvin memang telah menjumpai saya dan keluarga di Salatiga. Kami sempat bertemu dan makan bersama, tetapi anehnya tidak mengatakan hal apapun. Setelah itu saya baru mengetahui bahwa Alvin dan tim ternyata membantu proyek pembangunan Laboratorium Biomolekuler BSL 3 dibawah perusahaan rintisannya yang bernama PT. Altrion Trimasagung.
Tidak banyak berceloteh tentang pencapaiannya. Sebagai orang lapangan, dia sangat merakyat. Keberhasilannya tidak serta-merta membuatnya menjadi sosok angkuh atau berjarak. Dia tetap seperti Alvin yang saya kenal beberapa tahun silam.