Ibu Sriyanti menamatkan SMA-nya di SMA Negeri 1 Ampel dengan sangat baik. Beliau beberapa menjadi juara kelas saat itu di sekolahnya. Prestasi akademis selalu diraihnya.
Saat wanita seusianya main tik-tok, saat wanita seusianya asyik dengan selfie-selfie, nonton drakor, Ibu Sriyanti justru mencangkul, mencari kayu untuk memasak air hangat yang digunakan untuk mandi. Ibu Sri justru mencari cara bagaimana agar anaknya bisa menyerap ilmu pengetahuan yang sedang dijalani.
Daerah Ringinsari merupakan daerah yang cukup sejuk. Kayu-kayu bakar yang dicarinya di ladang sekitar rumahnya digunakan untuk memasak air mandi. Bukan tidak ada kompor gas, tetapi hal ini dilakukan untuk efisiensi, karena menurutnya memasak air dengan kompor kayu bakar lebih cepat. Ibu Sriyanti biasanya mencari kayu bakar ditemani oleh sang Ayah tercinta.
Mencangkul? Bukan hal yang lumrah untuk dilakukan seorang Sriyanti, wanita tangguh bertubuh mungil itu. Dia mencangkul untuk keperluan menanam beberapa tanaman bunga yang biasa ditanam di sekitaran rumahnya dan membuat lubang pembuangan sampah.
Jujur saja, saya cukup takjub dibuatnya. Saya tidak mampu melakukan banyak hal tersebut.
Ibu Sriyanti menempuh puluhan kilometer untuk mencapai kediaman saya, dari tempat tinggalnya. Bersama saya, Radit belajar dengan metode-metode khusus, sehingga Radit paham mengenai mata pelajaran yang sedang dipelajari di jenjang kelas satu Sekolah Dasar. Ibu Sri melihat bagaimana saya mengajar Radit, dan beliau pun mengulangi apa yang diterima Radit sewaktu bertemu dengan saya. Ibu Sriyanti tidak pernah bergantung pada orang lain apalagi mengeluh.
Saya selalu mengingatkan, bahwa orangtua harus mengerti, memahami, dan menguasai semua materi terkait anaknya. Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk kemajuan Radit.
Saya sungguh salut pada beliau, semangatnya untuk belajar dan mengajar sungguh besar untuk buah hatinya.
Saat ini Radit telah bisa berhitung. Konsep tambah dan kurang sedikit demi sedikit bisa dikuasainya dengan berbagai cara yang kreatif, karena dengan cara konvensional dan kaku pasti tidak bisa dipahami Radit. Radit pun telah dapat membaca 1-2 kata saat ini. Puji syukur kepada Tuhan.
Ibu Sriyanti, guru wali kelas Radit, dan saya menjadi menjadi satu tim yang solid untuk kemajuan Radit. Radit berhak juga mendapat kehidupan yang baik bagi masa depannya.
Sejak masa pandemi tahun lalu, Radit semakin intens belajar. Beberapa laporan yang saya terima dari Ibu Ani, guru kelas Radit, radit banyak mengalami perkembangan, bahkan dikatakan bahwa Ibu Ani pun belajar dari Ibu Sriyanti.