Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

4 Panduan Diskusi dalam Menyikapi Siswa Manja yang Meraja

12 Desember 2020   11:25 Diperbarui: 13 Desember 2020   20:58 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian hal ini harus dapat disikapi dengan bijak dengan tujuan memberikan pendidikan karakter, budaya dan nilai yang benar, sekali tanpa bermaksud menggurui.

Berbeda dengan problem kesulitan belajar seperti kurang lancar membaca atau belum dapat berhitung, kami sebagai tenaga pendidik masih bisa menggunakan sejumlah tes screening sebagai alat ukur untuk mendeteksi dan memberikan sebuah treatment atau solusi pada siswa, tetapi untuk masalah pemanjaan yang sangat "sensitif" dan subyektif ini tentu bukan hal yang mudah untuk mengungkap. Terlebih orangtua harus juga mengetahui akan hal ini. 

Willem de Jong, seorang ahli dalam bidang edukasi anak-anak (terutama untuk anak-anak dengan masalah perilaku dan gangguan psikiatri) memberikan beberapa panduan untuk menyikapi permasalahan ini ini. 

Diskusi mengenai masalah pemanjaan dengan orangtua merupakan hal yang harus dilakukan untuk memberikan solusi untuk perkembangan siswa tersebut selanjutnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat diskusi tersebut berlangsung:

1. Prinsip bahwa pola pengasuhan merupakan kewajiban orangtua di rumah harus diingat. Guru dan orangtua menyadari sepenuhnya akan peran-peran yang mereka miliki. Komunikasi yang baik perlu dilakukan sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

2. Memberikan gambaran mengenai masalah perilaku yang ditimbulkan siswa di sekolah kepada orangtua. Berikan data-data pendukung yang valid serta menerangkan hasil observasi yang obyektif dalam catatan sistematis.

3. Memperjelas tujuan diskusi sehingga berujung pada solusi yang nyata. Tidak saling menyalahkan dan memegang prinsip kemitraan sejajar antara orangtua dan guru.

4. Kerja sama kedua belah pihak dan evaluasi menjadi prinsip yang tidak bisa ditawar sehingga perkembangan dapat terukur dengan nyata.

Keempat hal tersebut kiranya bisa menjadi sebuah panduan diskusi yang sehat yang mengerucut pada sebuah perkembangan siswa.

Perlu diingat sekali lagi, perbedaan pendapat harus disadari sepenuhnya menjadi bagian dari proses dan dinamika, sehingga perbedaan pendapat tersebut bukan menjadi kendala. Hindari melakukan penyerangan pada karakter anak dan orangtua, hal ini akan membuat masalah semakin runcing dan menciptakan perkara baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun