Kita lanjutkan ke fenomena kedua..
2. Takut Menerima Diagnosa Terkait Kondisi Kesehatan Mental
Ada pula fenomena ketakutan terhadap diagnosa gangguan mental (psikologis), dan cenderung mengabaikan dan bahkan sampai "melawan" diagnosa tersebut sebagai bentuk kegagalan kita menerima kondisi. Mengapa penting sekali tahapan menerima diagnosa gangguan mental itu?
Diagnosa ditegakkan agar tidak salah penanganan. Misalnya saja bisa digambarkan sebagai berikut. Seorang dokter menyatakan bahwa pasien A mengidap penyakit Diare.Â
Pasien A harus mendapatkan penanganan yang tepat dengan memberikan pengobatan  klasifikasi gejala penyakit Diare. Jika diberikan obat penyakit Batuk dan Pilek, jelas sangat keliru.
Diagnosa yang tepat akan menentukan respon treatment yang tepat sasar juga. Demikian juga terhadap diagnosa pada gangguan-gangguan mental (psikis/psikologis seseorang) Diagnosa ditegakkan untuk memberi penanganan yang tepat dan komprehensif.
Memang tidak mudah untuk menerima diagnosa penyakit atau diagnosa gangguan mental. Dibutuhkan penerimaan dan kerendahan hati untuk dapat melakukannya.
Beberapa waktu yang lalu, ada seorang sahabat lama menghubungi secara tiba-tiba. Kami lama tidak berkomunikasi.
Dia mengatakan bahwa sedang mengalami gejala-gejala psikosomatis, dan hal ini telah berlangsung kurang lebih 6 bulan lamanya. Saya sangat sedih mendengarnya. Di tempat domisili dia, sebenarnya tidak kurang tenaga kesehatan mental.
Ada beberapa Psikolog dan Psikiater yang berpraktek di beberapa Rumah Sakit disana.
Saya menyarankan untuk terlebih dahulu datang untuk berkonsultasi dengan Psikolog atau Psikiater. Awalnya dia merasa takut dan enggan. Setelah beberapa waktu akhirnya dia pergi juga, dan berhasil mendapatkan penanganan yang tepat terhadap gangguan kecemasan yang dialaminya.