Nana Marcecilia, yang berjudul 6 Tips agar Tidak Emosi Saat Mengajar Anak memberikan satu pemahaman baru bagi penulis.
Artikel yang kaya manfaat sahabat Kompasianer saya, MbakPJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) tak hanya "sekolah" bagi guru dan institusi sekolah, tetapi juga "sekolah kehidupan" bagi orangtuaÂ
Menilik arti sekolah bagi anak dan tujuan anak-anak kita sekolah menjadi dasar yang harus dipegang teguh.
Mungkin bisa beragam arti sekolah bagi masing-masing kita sebagai orangtua. Tetapi kita pasti sepakat tujuan yang mendasar dalam menyekolahkan mereka adalah memberikan sebuah bekal kepada anak-anak kita, supaya mereka dapat mandiri dan bertahan hidup dengan menggunakan kemampuan dan keterampilan yang telah mereka miliki melalui pengalaman di sekolah.
Menghadirkan "sekolah" di rumah tentu tak semudah membalikkan telapak tangan kita, apalagi untuk kita yang memiliki pekerjaan dan menjalankan profesi di luar rumah. Sebuah pengalaman baru yang menantang bagi kita, bukan?
Sesekali kita bisa mengandalkan Eyang Google untuk meminta pengetahuan (knowledge), tapi tidak bisa semua hal kita serahkan pada bantuan Eyang Google. Banyak hal yang tidak dapat diberikan oleh mesin pencari tersebut.
Dalam artikel Mbak Nana Marcecilia disebutkan 6 tips agar kita tidak mudah emosi dalam mengajar anak-anak kita.Â
Saya akan mencoba menelaah lebih dalam untuk poin 2 yang menerakan kenali hobi anak dan poin 3 yaitu memberikan gambaran dan bukan hanya sekadar kata, sepakat Mbak Nana.
Belajar di rumah dengan metode pembelajaran jarak jauh memang bukan hal yang mudah, tetapi sekali lagi jika kita menyadari sepenuhnya tujuan mendasar menyekolahkan mereka seperti yang telah diungkap di atas, tentu kita tidak akan menyerah.
Hal mendasar yang penting di sini adalah memberikan pendidikan karakter dan kebiasaan baik, sehingga pengetahuan dan sikap sama-sama terbentuk.Â
Setidaknya ada beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan dua ranah pendidikan tersebut dengan cara-cara yang menyenangkan:
1. Mengenali mereka menjadi tugas penting bagi kita orangtua sebelum memulai pembelajaran di rumah dengan pendampingan kita
Bila kita dapat mengenali anak kita melalui kesukaan yang dilakukan melalui hobi, kita bisa menggandeng hobinya itu untuk membuat belajar menjadi hal yang menyenangkan bagi anak kita. Sebagai contoh hobi anak adalah bermain dan bergerak (ini juga bisa dijadikan modal kita untuk mendampingi mereka dalam belajar).Â
Kita bisa menyusun sebuah jadwal untuk mengerjakan hobinya. Misalnya anak diberikan project untuk membantu menyiram tanaman yang dibatasi oleh waktu, dan wajib memberikan laporan baik foto maupun catatan secara periodik.
Misalnya saat menyiram pohon jambu, kita bisa memulai kuis kecil dengan meminta anak menjawab apa nama pohon itu, ada bijinya atau tidak, warna buahnya apa, rasanya seperti apa.Â
Lalu batangnya keras atau tidak, lalu jika batangnya keras apakah tumbuhan ini termasuk tumbuhan dikotil atau monokotil, apa nama ilmiah dari jambu, manfaat jambu untuk kesehatan dan sebagainya.
Setelah itu kita bisa meminta anak menghitung jumlah tanaman yang berhasil disiramnya dan menanyakan mengapa tanaman itu harus disiram, dan lain-lain.Â
Kita bisa mengeskplorasi dengan cara mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mencari obat-obatan yang berasal dari daun jambu untuk mengobati penyakit diare.Â
Lalu, kita bisa merancang ide dalam project, semisal membuat jus jambu dengan merancang resepnya sendiri dengan menghitung takaran air, lalu meminta anak mengiris jambu menjadi beberapa bagian sekaligus belajar pecahan, misalnya.
Saya tak memungkiri memulai hal ini tentu tak mudah, kita harus mengisi "teko pengetahuan" kita dulu supaya bisa mendampingi si anak dalam eksplorasi ilmu yang sedang dipelajari.
Menimbulkan rasa penasaran anak menjadi hal yang harus ditimbulkan sehingga anak-anak akan senang dalam proses pembelajaran tersebut di rumah
Hobi atau kesukaan anak tentu beragam, kita bisa menggunakan hobi atau kesukaan tersebut sebagai sebuah sarana memasukkan materi pembelajaran.
Pengalaman seorang Ibu yang luar biasa, bernama Septi Dompas yang berdomisili di Salatiga ini pun bisa menjadi sebuah referensi pelajaran berharga.
Apapun di rumah yang dilakukan anak-anaknya dianggapnya sebagai sebuah "proses belajar. Belajar harus senang sehingga bermanfaat bagi kehidupan anak-anaknya kelas.
2. Memberikan gambaran dan bukan sekadar kata. Project yang telah disinggung di atas merupakan manifestasi kita memberikan gambaran bagi anak
Saya memintanya untuk memetik buah Srikaya Ungu tersebut yang tumbuh di rumah dan mulai mengajaknya bereksplorasi mengenai buah itu.
Mulai dari nama ilmiah, melihat tekstur kulitnya dan membandingkan dengan kulit buah lain, mencari manfaatnya dan berakhir dengan makan buahnya bersama.
Secara kebetulan anak ini memiliki hobi fotografi. Jadi tugas awal adalah memberikan waktu padanya untuk mengambil gambar. Jepretan-jepretannya cukup bagus karena dia menyukai kegiatan ini.
Hal ini menjadi sebuah pengalaman belajar yang bermakna baginya. Dan suatu saat lain ketika saya mengunjunginya melalui sebuah percakapan online dia masih paham dan lebih intens pada dunia terkait tumbuhan dan mencintainya (yang perlu diketahui awalnya dia tidak menyukai pelajaran biologi karena harus menghafal klasifikasi makluk hidup).
3. Berpusat pada project atau tugas
Anak-anak kita tentu masih aktif dalam bergerak dan kita dapat "membuang energinya" itu dengan memberikan tugas-tugas yang bermanfaat bagi kehidupannya kelak dengan berpartisipasi mengerjakan tugas-tugas yang ada di rumah dan lingkungannya.
Memasak, merapikan tempat tidur, menyapu, berkebun, memberikan tugas yang berkaitan dengan usaha kita (misalnya dengan memberikan usulan gambar logo untuk brand usaha kita bagi yang hobi menggambar atau desain), mengemas produk usaha kita yang bisa dilakukan anak, membuat cerita dari hasil pengamatan di rumah dan mengaitkan dengan pembelajaran bahasa dan sebagainya.
Tiga strategi ini sebenarnya dapat memberikan sebuah upaya relaksasi agar pembelajaran di rumah tidak membosankan dan menjadi sumber frustasi yang akan membahayakan banyak pihak.
4. Strategi untuk bekerja sama dengan guru di sekolah dalam memberikan sumbangan ide tugas sehingga, tugas yang dikerjakan ini bisa punya daya manfaat untuk "sekolah" yang berada di rumah dan tentu tak lain untuk sang anak, sangat disarankan
Bisa juga ide kreatif ini disesuaikan dengan kehidupan masing-masing anak, sehingga sesuatu yang dikerjakan di rumah dalam rangka memenuhi tugas sekolah tidak mubazir bagi kehidupan anak-anak kita.
Melalui 4 strategi itu, bukan hanya pengetahuan yang bisa didapatkan tetapi diharapkan bisa muncul life skill, dan kebiasaan baik yang bermuara pada karakter positif yang terbentuk bagi anak yang akan bermanfaat bagi kehidupannya kelak
Ide tugas yang dikerjakan semaksimal mungkin diharapkan dapat memiliki relevansi yang kuat terhadap kehidupan anak (disesuaikan dengan kondisi di rumah)
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H