Kasih sayang tidak semata-mata berbentuk belaian, tongkat didikan tegas juga bagian dari kasih sayang.
Pendidikan bisa diartikan sebagai suatu proses pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan, sekumpulan manusia yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian.
Melalui pendidikan maka ada hal yang dapat berkembang seperti kecerdasan, sikap dan karakter, akhlak mulia (nilai-nilai), keterampilan, kekuatan spiritual dalam diri seseorang.
Pendidikan secara arti kata sangat luas cakupannya, sehingga tidak hanya ranah kognitif saja yang "digarap". Beberapa sisi yang lain, suka atau tidak suka pasti tersentuh.
Proses pendidikan tidak akan mulus, itu bisa dipastikan. Kerikil-kerikil, batu-batu kecil sampai besar bisa menghadang dan mengganggu jalannya proses pendidikan.
Bisa diibaratkan mendidik itu dalam arti luas, dan mengajar itu bagian dari pendidikan.Â
Proses pendidikan bisa menemui kebuntuan atau kesalahan. Jika kesalahan itu menimpa siswa-siswa, bukan belaian yang harus ditegakkan tetapi teguran yang mendidik.
Selama berkutat di dunia pendidikan, menegur menjadi sebuah ritme tersendiri dalam mendidik siswa-siswa.
Respon pun beragam, baik dari siswa itu sendiri, maupun orang tua atau orang-orang lain yang memiliki keterkaitan dalam dunia pendidikan.
Persepsi ditegur seringkali masih bias di benak siswa. Teguran yang dilayangkan untuk mereka sering dipersepsikan bahwa Guru membencinya.
Tak jarang hal ini mengundang reaksi beberapa orang tua yang terkadang tidak mau anaknya ditegur oleh Guru di sekolah.
Penting sekali untuk memberikan pengertian, bahwa teguran yang dilayangkan untuk siswa-siswa merupakan bentuk dari kasih sayang Guru selaku wakil orang tua di sekolah. Oh ya, menjadi hal yang harus dikedepankan untuk memberi teguran yang humanis sehingga, siswa-siswa kita bisa menerima dengan baik serta meminimalisir kesalahpahaman pada siswa mengenai teguran yang dilakukan.
Saya biasanya, menekankan beberapa alasan, alasan pertama bahwa banyak ragam teguran, ada yang ditegur sekali sudah mau berubah, tetapi ada yang berulang kali ditegur oleh manusia (dalam hal ini Guru atau orang tua) tidak berubah juga dan akhirnya teguran keras datang dari alam sehingga hukuman tak terhindarkan, dan ini yang sering saya tekankan, jangan sampai teguran keras datang, sehingga kita tak punya lagi kesempatan untuk mengubah diri kita dan menjadi sebuah penyesalan sepanjang masa.
Alasan kedua, karena kasih sayang dan tidak mau siswa-siswanya terjerumus dalam hal yang tidak baik maka mekanisme teguran harus dilakukan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada siswa-siswa.
Alasan ketiga, Guru menerima kondisi siswa apa adanya, sehingga walau mereka melakukan kesalahan kami selaku Guru tetap menyayangi mereka, dan menekankan menjadi teman seperjalanan dalam penjelajahan belajar mereka, sehingga mengingatkan mereka untuk stay on the track menjadi sebuah tugas yang dilandasi kasih sayang.
Referensi : 1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H