Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sentuhan Itu Bernama Hati: Untuk Si "Trouble Maker"

27 Agustus 2020   07:36 Diperbarui: 28 Agustus 2020   06:32 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik)

Terlibat dalam dunia bimbingan dan konseling di sekolah membawa pada sejumlah kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak hanya membutuhkan siraman pengetahuan belaka. Banyak di antaranya membutuhkan “pelukan” dan perhatian.

Sebagian siswa mengalami minder, depresi ringan, kurang perhatian dan kasih sayang dari keluarga, pengabaian, dan sebagainya.

Siswa yang mengalami hal ini sebagian besar terlihat mencari pemuasan di sekolah. Cara-cara unik diperlihatkan untuk memperoleh apa yang tidak mereka dapat di rumah (keluarga).

Bukan hal yang mudah untuk menyibak tabir (masalah) yang terjadi pada mereka. Merangkul dengan hati menjadi salah satu cara menjangkaunya.

Remaja merupakan sebuah level perkembangan individu yang banyak mengalami gejolak dalam kehidupannya. Pencarian jati diri membawa mereka akan pentingnya sebuah pengakuan.

Sebutan “trouble maker” pada diri seorang siswa, sering saya artikan siswa yang membutuhkan sentuhan kasih sayang yang pengamatan saya tidak didapatkan dalam keluarganya.

Siswa yang mengalami krisis kepercayaan diri, kerap mengalami “cemooh” atau kritik yang tidak membangun sehingga hal ini mengakibatkan siswa memiliki persepsi bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan apapun.

Permasalahan di atas memerlukan pendekatan yang tidak formal, pendekatan ini berfungsi untuk mengurai masalah yang terjadi pada siswa. Sudut pandang siswa dalam melihat masalah yang dihadapi harus menjadi dasar dalam memahami mereka.

Menghakimi mereka dari kacamata kita sebagai guru di sekolah tidak hanya menambah keruwetan masalah, dan justru hanya menambah kusutnya masalah yang dihadapi.

Hal-hal berikut bisa menjadi sebuah panduan untuk menyelami dan memberi pencerahan ketika menghadapi problematika siswa di sekolah:

Sentuh hatinya

Ada sebuah pernyataan mengatakan, anak yang merasakan kasih sayang dari rumah dengan cukup maka saat belajar di sekolah dia akan benar-benar melakukan tugasnya sebagai siswa untuk belajar dengan baik.

Sebaliknya, anak-anak yang tidak merasakan kasih sayang di rumah, cenderung akan mencari kasih sayang (a.k.a perhatian) itu saat berada di sekolah.

Pendekatan yang satu ini akan memberikan efek keterbukaan pada diri siswa, berikan perhatian khusus bagi mereka untuk mendapatkan kepercayaan. Ketulusan dalam memberikan hati kita ini akan membuat harga diri mereka terdongkrak dan merasa dipahami.

Menyentuh hati mereka akan membuka pintu gerbang masalah sehingga kita akan mendapatkan gambaran akar masalah yang terjadi pada mereka.

Perlu diperhatikan, ketulusan dalam tahap ini sangat penting, bukan hanya sekedar formalitas dan tugas. Siswa akan merasa diterima dan dihargai oleh kita.

Memberinya tanggung jawab

Memberi sebuah tanggung jawab adalah hal yang penting bagi siswa-siswa ini. Perlu diingat bahwa mereka membutuhkan ruang untuk dihargai. Berikan tanggung jawab yang memenuhi ruang itu.

Pendampingan, apresiasi sangat dibutuhkan untuk tahap-tahap awal mereka melakukannya. Tanggung jawab yang mereka lakukan rentan mengalami kegagalan. Dukung dan tetap berikan arahan bahwa mereka bisa mencoba dan belajar lagi.

Arahkan untuk tidak putus asa dalam menerima tugas tanggung jawab ini.

Berikan pengakuan bahwa dia berharga

Tahap selanjutnya melekat dengan tahapan sebelumnya. Memberikan pola pikir bahwa mereka berharga apapun yang ada pada diri mereka. Memberikan pemahaman bahwa mereka itu diciptakan Tuhan dengan segala keunikan, kelebihan yang menyertai.

Pengakuan atas keberadaan diri mereka menjadi hal yang penting untuk anak-anak ini. Berikan sebuah tugas dan minta mereka menyelesaikannya dengan tanggung jawab. Ajak mereka menjadi ketua tim sehingga mereka bisa membuktikan kemampuan yang mereka miliki.

Apresiasi dan dukungan juga sangat dibutuhkan oleh mereka. Kebutuhan akan diakui sangat besar artinya bagi mereka. Berikan itu hingga mereka merasa bahwa tanpa pengakuan atau dengan pengakuan mereka tetap memiliki harga diri.

Berikan pemahaman juga bahwa pengakuan dari orang lain tidak menjadi sebuah hal yang prioritas sehingga mereka bisa memaksimalkan potensi yang mereka miliki dari dalam, sehingga lingkungan tak lebih hanya sebagai faktor pendukung.

Memberi dukungan penuh secara tulus

Tahap ini membutuhkan teman-teman sebayanya untuk mendukung langkah mereka. Merasa didukung juga akan membawa dampak baik bagi mereka. Tentu hal ini tidak bisa serta-merta mendapatkan dukungan dari seluruh teman-temannya. Memberi penguatan pada kelompok-kelompok kecil yang mendukung siswa yang sedang kita tangani harus dilakukan.

Keempat hal di atas tidak ada gunanya jika kita tidak bekerja sama dengan keluarganya di rumah. Keluarga menjadi titik sentral dalam membantu siswa keluar dari masalahnya.

Kesabaran untuk mendampingi proses yang mereka jalani juga sangat penting. Riak-riak dalam proses penanganan hal ini pasti sangat banyak, tetap konsisten dan memberi kasih sayang kita secara tulus dan ikhlas menjadi sebuah hal penting yang harus dijaga.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun