Sebuah film serial keluarga Amerika tempo doeloe yang diangkat dari sebuah novel karya Laura Ingalls Wilder ini memiliki pesona yang memukau, terkhusus bagi yang pernah menontonnya.Â
Film dengan judul besar Little House on The Prairie ini dibintangi oleh Michael Landon yang berperan sebagai "Pa" Charles Ingalls dan Karen Grassle yang berperan sebagai "Ma" Caroline Ingalls.
Film serial keluarga yang pernah ditayangkan oleh TVRI ini mengisahkan pernik kisah keluarga Ingalls dan lingkungannya, dimana Mellisa Gilbert berperan sebagai Laura Ingalls yang cerdik dan banyak akal, anak nomor dua dari pasangan Ingalls.
Mellisa Sue Anderson yang berperan sebagai Mary Ingalls, putri pertama keluarga Ingalls yang cantik dan pintar, dan berikutnya si imut Carrie Ingalls, adik Laura, yang diperankan oleh Lindsay Sidney Greenbush.
Keluarga harmonis ini tinggal di sebuah tanah pertanian bernama Palm Creek dekat Walnut Grove, sebuah desa kecil di Minnesota. Film ini berlatar waktu sekitar tahun 1870-1890 an.
Kisah ini diinspirasi dari kehidupan sang penulis novel Laura Ingalls yang memiliki panggilan akrab "Half Pint" oleh Ayah Laura. Banyak sekali tema-tema yang dimunculkan dalam episode di film ini. Kehidupan sehari-hari diulas  dengan sangat apik dan penuh makna serta nilai.Â
Sebagian besar tema diangkat dari kejadian-kejadian yang populer terjadi di era itu. Menariknya, pesan moral yang diangkat masih relevan dengan kehidupan jaman now.
Justru hal itu yang menjadi daya tariknya. Sebut saja pemain yang tak kalah penting dalam film ini, yang selalu "menyegarkan dan menghidupkan" karakter di film ini, Harriet Oleson, diperankan oleh Katherine MacGregor, istri dari pemilik toko di Walnut Grove bernama Nels Oleson. Harriet memerankan tokoh istri yang dominan dalam keluarga kaya Oleson, sehingga kerap berseberangan dengan suami dan tetangga-tetangganya di sana.
Anak-anak dari pasangan Oleson ini, sayangnya ikuti watak Ibundanya, Nellie dan Willie kerap menjadi musuh bebuyutan, anak-anak Ingalls.
Nellie, karena dibesarkan di keluarga berada, melahirkan sikap angkuh yang meraja. Suatu saat dikisahkan, Laura, tak sengaja merusakkan mainan milik Nellie, tak terima karena barangnya rusak, Nellie bersikap kasar pada Laura, sehingga Laura terluka. Laura hanya bisa berjalan tertatih dan tak melawan.
Menariknya, Laura dengan segala kecerdikannya bisa membalas Nellie, walaupun hal itu tidak disarankan oleh Pa dan Ma, dan kedua orangtua Laura seringkali memberi evaluasi pada Laura pada saat obrolan makan malam terjadi.Â
Uniknya film ini, Anak-anak Ingalls, tidak selalu didikte untuk bersikap menanggapi kejadian-kejadian yang menimpa mereka di sekolah. Anak-anak Ingalls "seolah dipaksa" untuk mengalami sendiri persoalan dengan cara mengatasinya, dan menjadi sebuah pengalaman dan pembelajaran hidup bagi mereka.
Bukan hanya hal itu saja, Willie, sang adik, tak kalah usil, dan sering mengganggu Laura. Sang kakak, Mary selalu tampil menjadi pahlawan bagi Laura di sekolah.
Kisah yang lain, Miss Beadle, dengan nama lengkap Eva Beadle, yang diperankan oleh Charlotte Stewart, menjadi seorang guru yang sangat sabar di sekolah Laura yang hanya 1 kelas. Miss Beadle menangani siswa dengan rentang usia yang beragam, hmmm... bisa dibayangkan kesulitannya.
Guru Laura ini pernah dikisahkan salam satu episodenya, harus rehat karena jatuh dari kereta kuda, sehingga Laura dan kawan-kawannya sempat diajar oleh Caroline Ingalls, yang diminta oleh semacam komite sekolah saat itu untuk menggantikan Miss Beadle sementara waktu. Bukan hal yang mudah ternyata mengajar beragam anak di satu kelas, konflik pun terjadi.Plot bergulir dengan seru.
Pernah juga dikisahkan dalam satu episode yang menarik, Laura dengan kekecewaannya, pergi dari rumahnya alias kabur ke sebuah bukit untuk berdoa kepada Tuhan, supaya Tuhan bisa membangkitkan adiknya yang telah meninggal dunia. Pemahaman Laura, ketika dia pergi ke tempat yang tinggi, Tuhan akan segera menjawab doanya.Â
Plot bergulir dengan sangat indah dan penuh filosofi kehidupan berpadu dengan nilai-nilai rohani. Laura begitu sedih, karena dia begitu nakal, dan kerap membuat ayahnya gusar, hal ini yang menjadi kesedihannya, di bukit tersebut Laura bertemu dengan "seorang malaikat" yang menjelma sebagai Jonathan, "sang penolong", dari sana kejadian unik terjadi, sehingga ayahnya bisa menemukan Laura.
Mr. Edwards kerabat yang dekat dengan keluarga Ingalls dengan solidaritas tinggi menemani Charles. Akhir cerita Laura dan Ayahnya berekonsiliasi.
Banyak lagi tema lain yang disajikan dalam film ini. Pesan moral di tiap episode begitu kental dan memberi pelajaran kehidupan, yang menurut saya, masih relevan diterapkan di era disruptive ini.
Beberapa nilai yang bisa dipetik dari film keluarga yang sangat direkomendasikan untuk pembelajaran karakter ini:
1. Komunikasi dan kebersamaan terjalin sangat baik dalam keluarga.
Tentu saja konflik pasti ada dalam sebuah keluarga. Suguhan film ini menyajikan bagaimana konflik itu disikapi sebagai sebuah proses kehidupan yang harus dilewati.Â
Komunikasi kerap jadi jembatan yang membawa pembelajaran. Setting makan malam dan pembagian tugas di antara anggota keluarga serta obrolan ringan kerap disajikan dalam film ini. Makan malam menjadi sebuah momen kebersamaan mereka untuk mengurai cerita kejadian yang dialami oleh masing-masing anggota keluarga.Â
2. Membiarkan anak mengalami proses kehidupan tanpa dikte dari orangtua.
Saya lihat seringkali Pa dan Ma, "mengijinkan" anak-anak mereka mengalami masalah dan menyelesaikan dengan cara mereka tanpa menghakimi atau memarahi dengan membabi buta. Sebagai contoh saat Carrie jatuh ke dalam sumur bekas tambang, orangtua mereka tidak memarahi kecerobohan kakak-kakaknya, dan mengikhlaskan hal ini dan fokus mencari cara menemukan adiknya.
3. Toleransi dan saling menolong.
Film ini mengajarkan arti toleransi, dan saling menolong yang kental. Dalam berbagai situasi penduduk Walnut Grove saling membantu jika satu keluarga membutuhkan pertolongan.Â
Bukan hanya itu saja, di dalam keluarga Ingalls sendiri, satu sama lain saling menopang. Saat tema kado natal yang dipersiapkan oleh masing-masing anggota keluarga Ingalls dalam sebuah episodenya, terlihat sangat jelas arti sebuah tim keluarga yang saling menopang.
4. Demokratis.
Pa dan Ma saya yakin memiliki idealisme tersendiri dalam mendidik keluarganya, tetapi idealisme itu tidak selalu dipaksakan pada anak-anak mereka.
Beberapa keputusan seringkali diserahkan pada Mary dan Laura, saat keputusan itu salah Pa dan Ma kerap "memeluk" mereka tanpa menyalahkan. Dengan begitu Mary dan Laura bisa sekaligus belajar dari hal tersebut. Pembelajaran hidup yang demokratis tersaji indah dalam film ini.Â
5. Penekanan pada perbuatan baik, menghargai dan nilai-nilai kehidupan.
Terus terang saja, poin 5 ini yang menjadikan film ini istimewa. Nilai-nilai yang baik diajarkan dari film dengan setting keluarga ini. Berbagai kisah yang diangkat, sejalan dengan perbuatan baik, dan menghargai orang lain. Sebuah teladan yang bisa diikuti.
TVRI terkadang masih menyajikan film ini beberapa kali, atau di channel TV Kabel, kita masih bisa menjumpainya.
Saya sangat merekomendasikan film ini, untuk menemani Anda saat mengisi waktu luang.
Selamat menonton.
Referensi: 1, 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H