Sajian-sajian konten saat ini mengalir kian deras, seolah tak terbendung. Kanal-kanal digital semakin penuh sesak dengan para pembuat konten.
Pemilik akun kanal-kanal digital tersebut seolah berlomba untuk meraup perhatian dari warga net, dengan menelurkan ragam konten menarik menurut versi masing-masing.
Beraneka ragam sajian konten disajikan. Beragam topik beredar. Sajian hiburan, edukasi, hobi, sampai religi dapat ditemui.
Para pembuat konten memutar otak sedemikian rupa agar kontennya inovatif dan kreatif.
Semakin banyak sebuah konten diminati, maka semakin populer sang kreator konten.
Lika-liku jalan ditempuh para pembuat konten agar kontennya bisa dinikmati warga net.
Peningkatan subscriber, pelonjakan follower, meningkatnya waktu tayang menjadi pemikat geliat produksi konten.
Trend membuat konten menjadi lekat dengan masyarakat. Sebuah gaya hidup baru muncul. Menjadikan masyarakat sebagai salah satu materi konten yang dimunculkan untuk kepentingan "trend".
Masih ingat dengan video prank sampah beberapa bulan lalu yang terjadi di sebuah daerah di Jawa Barat?
Banyak sudah kajian demi kajian mengiringi fenomena video prank tersebut. Saya tidak akan membahasnya disini.
Sebuah aksi lain seorang You Tuber dari Kota Pempek Palembang bernama Edo Dwi Putra bersama rekannya, Diky Firdaus mengeluarkan konten serumpun. Membuat konten "prank" settingan yang menurut mereka ditujukan untuk keluarganya sendiri, tetapi akhirnya menjadi penyebab kegaduhan baru di jagat maya, hal ini dilansir dalam Kompas.com (04/08/2020)