Layaknya orang yang sedang kasmaran, dunia milik berdua, yang lain cuma nge-rental.
Lahir istilah cinta buta. Cinta membuat buta si pelaku cinta.
Semuanya untuk pujaan hati. Waktu, tenaga, materi, perhatian, semuanya diserahkan bagi belahan jiwa seorang.
Cinta mewakili sebuah perasaan emosi, yang kerap kontras dengan logika.
Semua manusia memilikinya. Setiap manusia memiliki perasaan. Manusia memiliki cinta kasih, bahkan untuk yang belum berdamai dengan dirinya sekalipun. Akar pahit tentu tumbuh subur memenuhi relung jiwa, tapi benih cinta sekecil apapun tetap ada dalam dirinya.
Saat mengalami ujian, cobaan, hantaman badai, keteguhan cinta diuji.
Tetap punya cinta yang energinya luar biasa? Tetap punya cinta yang sanggup mengorbankan segalanya? Tetap punya konsistensi memberikan yang terbaik untuk “sang belahan jiwa”?
Sepengamatan, cinta tanpa syarat semacam itu, terkadang hanya ada dalam dongeng belaka.
Cinta tanpa memandang balasan hanya ada dalam Alkitab yang saya baca
Cinta kasih dengan tipe semacam ini dalam dunia mungkin ada, tapi tidak banyak tentu kisahnya.
Hukum dalam dunia nyata, hukum rasionalitas, menyuguhkan kenyataan, cinta yang terhantam badai, langsung kehilangan kekuatannya. Kalah dengan kondisi. Menyerah, dan jatuh. Rusak karena hantaman badai dashyat.