Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bolehkah Hadirkan Pengalaman "Sulit" pada Anak untuk Latih Ketangguhannya?

17 Juni 2020   11:21 Diperbarui: 18 Juni 2020   13:42 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi ketangguhan dalam melakukan kegiatan panjat tebing/ sumber : dok. mapala UI melalui kompas.com

Bicara soal ketangguhan seseorang dalam menghadapi hidup, pasti tidak lepas dari pengalaman-pengalaman di masa kecil yang dihadapinya, yang dilaluinya, yang dijalaninya.

Saya mengamati dan menganalisa fenomena ini dalam kehidupan saya, dan tak jarang, terjadi juga di dalam lingkup kehidupan yang mengelilingi sepanjang perjalanan hidup saya.

Ada masa dimana saya mengalami kehidupan yang sangat nyaman, seolah, isi dunia ini semuanya malaikat dan orang-orang yang sealur (naiiif banget, ya), orang-orang yang mendukung, orang-orang yang sayang dengan kita, lalu tiba-tiba terperanjat kaget ketika menemui “ada yang tak seirama”: sarkastik, selalu memiliki ambisi menaklukan, tak sepemahaman, cenderung bermusuhan, berpotensi selalu melukai, dan sebagainya.

It was a long ago……

Seorang Ibu cantik, istilahnya “mamah muda” kalo sekarang, ya. Beliau memiliki anak yang rupawan juga seperti dirinya, bocah perempuan berusia 4 tahun dengan segala talenta hebat yang dimiliki. 

Ibu jelita ini bertanya, “Bolehkah kita mulai mengenalkan “fenomena kesulitan atau tantangan” hidup sejak dini kepada anak, sehingga mereka bisa tumbuh dengan tangguh?”

Menarik sekali pertanyaan ini…

Seorang sahabat dekat yang sudah ditinggal ayah terkasih selagi dia kecil. Hal itu menjadikannya tumbuh hanya bersama Mama, the one and only, sosok orang tua yang dekat dan dominan mempengaruhi kehidupan sahabat saya ini.

Dia tumbuh menjadi seseorang yang sangat kuat, saya gak pernah lihat dia menyerah kala menghadapi “ujian” hidup. Masalah menjadi gairah. Hidupnya bak grafik penjualan yang selalu mengalami kemajuan.

Dia memang bukan Tuhan, ada kalanya mengeluh dan bahkan meneteskan air mata, wajar lah, ya, manusiawi.. Tetapi setelah momen curhat terjadi, beberapa hari kemudian, eemejiiingggg, dia datang dengan menceritakan, bahwa masalah itu justru sudah takluk di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun