Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Gabung Kompasiana, Yuk?! Rame Deh, Rasanya!

8 Mei 2020   21:50 Diperbarui: 9 Mei 2020   06:24 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekeluargaan yang terjalin disini sangat terasa. Awalnya tentu kami jarang atau bahkan tidak kenal satu sama lain, tetapi aura family friendly-nya tuh dapet banget. Penulis-penulis senior (maksud saya disini, penulis-penulis yang telah bergabung lama sebelum saya hadir), tak memberi batas untuk berinteraksi.

Prinsip saling menghargai yang kental, itu yang saya rasakan. Pak Tjiptadinata Effendi, Pastor Bobby, Pak Susy Haryawan, Pak Arnold Adoe, Pak Irwan Rinaldi, Pak Asrul Hoesien, Pak Rudy Gunawan, Bang Reba Lomeh, Mbah Ukik, Pak I Ketut Suweca, Pak Joko Martono, Pak Budi Susilo, Tuan Martinuz, Ibu Roselina Tjiptadinata, Ibu Nursini Rais, Mbak Hennie Triana, Mbak Derby Asmaningrum, Mas Ozzy, Ibu Anies Hidayatie, Mbak Yana Haudy, Mbak Ika Septi, Ibu Suprihati, Mbak Ari Budiyanti, Mbak Martha Weda, Mbak Fatmi Sunarya, Pak Anwar Effendi, Pak Rustian Al Ansori, Mas Faqih, Mas Yosh, Mas Guntursmara, Pak Alfonsus, dan masih banyak penulis –penulis hebat lain yang saya telah kenal selama tiga bulan ini (maafkan untuk nama-nama lain yang saya belum sebutkan disini, karena keterbatasan saya, tetapi yang jelas, semua memiliki andil dan kesan yang besar untuk saya pribadi)

Mereka sangat welcome, dan terus memberi motivasi baik langsung maupun tidak langsung. Beragam warna latar belakang tidak lantas memberi batas, semua rasanya lebur jadi satu dan menghasilkan ramuan warna baru dalam komunitas keluarga di Kompasiana.

Artikel Politik yang saya baca dari beliau-beliau, yang pakar menulis politik, bisa dibaca dengan sangat enak, dan renyah, bahkan terkadang ada terselip nuansa humor, walau pembahasannya cukup menegangkan.

Artikel humaniora yang saya baca dari beliau-beliau, yang tentu saja memiliki jam terbang tinggi, dapat memantik air mata dan sentuhan halus di dada, pertanda warning alami terjadi, banyak yang harus diubah, dan segera bertobat, sampai sejauh itulah dampak tulisan mereka mengena di hati, semua itu merupakan efek dari buah karya ketikan tangan mereka.

Artikel travel, wisata, dan juga hobi mengenai tanaman, masakan, resep kue, tips yang disajikan oleh beliau-beliau ini, juga mampu memprovokasi hati dan pikiran saya, untuk segera melakukan “aksi", karena efek membaca tulisan mereka.

Itu baru dari dampak tulisan artikel. Lalu saya pun belajar, bagaimana, budaya dan nilai etis yang dijunjung tinggi disini, tanpa mengesampingkan esensi kritis yang ingin dibangun juga. Tegur sapa khas Kompasiana dalam kolom komentar pun, saya pelajari.

Rasa ingin umtuk menambah banyak "paseduluran" (saudara), memacu saya untuk belajar sedikit demi sedikit mengenai aturan main tak tertulis di blog keroyokan ini. 

Saling mengunjungi blog penulis lain, memberi vote rating, menuliskan tanggapan di kolom komentar, dan lain sebagainya. Di awal sampai detik ini, saya juga melihat, seorang penulis yang konsisten memberikan ucapan terima kasihnya kepada penulis lain yang memberikan vote di artikelnya. Sungguh, sebuah pelajaran sederhana tapi bermakna penting dalam memberi penghargaan, itu pun, saya bisa pelajari disini.

Saya pernah merasakan sedih dan prihatin juga saat membaca pengalaman rekan penulis yang anaknya sakit, bahkan ada juga penulis yang pernah menuliskan pengalaman sakitnya di artikel. Ada juga yang mengisahkan pengalaman masa lalu yang berliku karena penuh perjuangan hidup bak roller coaster yang memberi pengalaman tersendiri, ada rasa yang bergejolak di dada ini. Perasaan yang muncul karena “kedekatan” relasi, yang dalam tiga bulan ini saya alami.

Ketika seorang penulis tidak hadir di Kompasiana selama berhari-hari, saya pun dan beberapa penulis merasakan dan menjadi pertanyaan di hati, kemana beliau? Ada apa dengan beliau? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun