Melakukan pendakian gunung merupakan hal yang menarik saat SMA dulu. Bersama dengan teman-teman pelatihan kepemimpinan di aras yayasan pendidikan kami BPK Penabur Sinode Jawa Barat bertajuk P321 (Program Pemimpin Abad XXI), camping dan hiking merupakan salah satu jenis aktivitas yang gak pernah absen di agenda kegiatan.Â
Pelatihan tersebut dilaksanakan di tiap 6 bulan sekali, yang area pelaksanaannya pasti di dekat lereng-lereng gunung di Jawa Barat. Kami bergabung dengan siswa dari Jakarta, Bogor, Bandung, Tasikmalaya, Garut dan juga ada dari Provinsi Lampung saat itu yang masuk sinode yayasan kami.
Tempat-tempat itu yang kami pernah singgahi saat pelatihan tersebut diantaranya, Lido, Sukabumi, Cipayung di daerah Bogor, lalu ada juga di area lereng Gunung Gede dan lereng Gunung Salak, seingat saya.Â
Pengalaman itu membawa kenangan dan sensasi tersendiri terkhusus bagi saya. Hal itu bisa memberi magnet positif untuk saya dalam memberi inspirasi dalam menyukai hal-hal yang berbau gunung. Gunung merupakan tempat pelarian meditatif saya ketika hectic melanda.Â
Dulu bisa lakukan hiking dan nge-camp, namun sekarang hal itu menjadi sangat jarang dilakukan bahkan tidak pernah, karena keterbasan tenaga, dan waktu.  Sekarang melihatnya saja merupakan obat stress tersendiri, menjepret dengan kamera saat momen gunung terlihat mempesona sudah jadi hal yang luar biasa banget untuk saya.Â
Sejuta manfaat saya bisa petik dengan men-sharenya ke beberapa rekan yang menyukai aktivitas serupa. "Wooow, cantiknya, kereeen, kapan ini diambilnya?", dengan beberapa emoticon-emoticon puas dan gembira merupakan kata-kata dominan yang melintas di beberapa pesan yang masuk via whatsapp, sebagai balasan dari rekan setelah diberi foto si gunung.
Salatiga merupakan sebuah kota sejuk dengan titel toleransi yang tinggi di Provinsi Jawa Tengah. Setiap beraktivitas aka bekerja saya pasti melewati spot keren yang disajikan oleh sebuah gunung yang bernama Merbabu.Â
Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung yang berjenis stratovulkano (gunung tinggi yang mengerucut berisi lava dan material endapan vulkanik lainnya)
Gunung Merbabu ini terletak membentang diantara wilayah Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali.
Beberapa tahun lalu saya melakukan upaya "mendekati' Gunung Merbabu dari daerah Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.Â
Setiap akhir pekan di hari Sabtu melakukan travelling tipis-tipis ke daerah ini sambil melakukan beberapa aktivitas kecil, menjadi hobi yang memuaskan dahaga dan menjadi obat lelah dari segudang rutinitas yang saya dan keluarga jalani.
Aktivitas yang tak merogoh kocek terlalu dalam, tapi bisa memberi impact yang cukup ampuh bagi kesehatan mental saya. Dengan memandang beberapa menit keindahan Merbabu membawa kesejukan bagi batin, juga bisa menjadi pemompa mood-booster tersendiri bagi saya.
Selanjutnya, saya pernah juga melakukan sebuah perjalanan mendekati Gunung Merbabu dengan dengan jalur yang berbeda, saya sempat singgah di sebuah desa terakhir sebelum jalur pendakian Gunung Merbabu.Â
Desa tersebut bernama Desa Tekelan. Desa ini saya tempuh dari jalur Salatiga-Kopeng, sebuah wana wisata yang sejuk dan terkenal dengan sayur-mayurnya.Â
Desa Tekelan ini merupakan desa dengan mayoritas penduduk beragama Budha. Masyarakat yang sangat bersahaja dan ramah bagi saya yang seorang perantau dari daerah pantai. Kami diperkenankan untuk singgah di rumah salah satu penduduk untuk sekedar berbincang santai.
Jepretan-jepretan kamera  saya seringkali mengabadikan momen-momen kebersamaan saya dengan keluarga di lereng Merbabu. Gunung ini pernah meletus di tahun 1560 dan 1797, seperti yang dijelaskan dalam laman wikipedia.
Jalur pendakian Merbabu juga termasuk jalur yang ramai dipilih oleh para pendaki-pendaki gunung. Ada banyak jalur pendakian yang bisa dilalui. Salah sekian jalur yang saya ketahui dari Selo, Boyolali; Tekelan, Kopeng-Salatiga; Umbul Songo, Magelang.Â
Dikenal sebagai jalur aman, tidak berarti bisa meremehkan jalur ini. Dinginnya cuaca, kabutnya yang tebal dan hutan homogen yang lebat perlu disikapi dengan arif dan waspada oleh penyuka hobi ini.
Bagi saya, melihatnya dari jauh seperti sekarang ini telah bisa memberikan support pada kesehatan mental, semangat, mood-booster, serta sumber inspirasi untuk tetap produktif dan sehat di musim pandemi ini. Kejenuhan seringkali membawa akibat yang berdampak kurang baik bagi produktivitas seseorang.Â
Hal ini pun menimpa saya, dan jawaban untuk mengatasi itu salah satunya hanya memandang keindahan dan pesona Merbabu yang cukup mudah diakses dari tempat saya tinggal.Â
Area persawahan di dekat kompleks perumahan bisa dijadikan spot yang menarik untuk memandang dan mengambil gambarnya. Tak ayal lagi, semangat bisa didapat, simpel dan murah apalagi ketika pandemi ini. Keindahan Merbabu bisa menjadi obat bagi saya ketika melihatnya secara langsung maupun dari layar foto.
Berharap bisa kembali berkunjung kesana untuk menikmati keindahan panorama, kesejukan alam, kemurnian dan sapaan khas masyarakat sekitar, dan inspirasi kebaikan yang tersebar di seantero lereng Merbabu.Â
Oh iya, satu lagi, yang gak kalah menarik, yaitu sego jagung yang lezat dan sehat, juga salah satu hal yang saya rindukan. Bisa ditemukan di Pasar Kopeng dan beberapa rumah makan disana, di kala akan menjumpai Merbabu.Â
Salah satu jenis makanan marak dijumpai disana. Diolah dari bahan jagung yang telah diproses menjadi semacam tepung kasar dan dimasak seperti tiwul.Â
Biasanya disajikan dengan urap sayur dan rempeyek ikan teri. Hmm, enak dan punya nilai gizi yang cukup tinggi. Referensi wisata yang bisa dinikmati oleh keluarga, tentu nanti di saat pandemi telah berakhir.Â
Salam sehat selalu Kompasianers.
Referensi :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H