Kisah Syrkin-Nikolau ini menjadi bukti lagi bahwa hawa positif akan menjadi figur malaikat penolong di dalam situasi tak menentu ini. Kebaikan yang dapat diteladani ini bisa menjadi sisi lain yang bisa ditebar layaknya virus baik untuk mewarnai masyarakat kita.Â
Provakasi, bisa kita lawan dengan edukasi semacam ini. Menggaungkan hal baik secara terus menerus akan membuahkan solidaritas yang dapat mengendalikan merebaknya korona dan bahkan terlebih lagi bisa menghentikannya.
Kita membutuhkan banyak kisah filantropi seperti kisah desainer kebaya terkenal Anne Avantie dengan gerakan membuat APD-nya. Kisah pekerja seni tarik suara yang membagikan karya-karya musiknya yang membangkitkan semangat kepedulian di media sosial yang mereka miliki. Kisah warga yang memesan makanan namun diberikan pada tukang ojol yang mengantar sebagai inspirasi kebaikan yang harus terus didengungkan.
Pesan ini nampaknya didengar juga oleh beberapa kawan saya yang tergabung dalam alumnus sekolah kami SMA Kristen BPK Penabur Cirebon dalam grup Cemplungers 97.Â
Melalui group WA kami akan melakukan aksi baksos yang akan dilaksanakan di minggu ini. Pengumpulan dana dan paket makanan dilakukan melalui pesan online yang disampaikan terus menerus via WAG. Anggota alumni yang tersebar di pelosok nusantara hingga Australia, Singapura, dan Taiwan bisa ikut serta.
Kisah terakhir saya mengenai baksos alumni menjadi penutup online class character building. Beberapa siswa nampaknya terdorong serta merespon dengan mengutarakan beberapa ide filantropi sederhana.Â
Pembagian masker dan roti secara gratis terlontar. Ingin menyediakan media cuci tangan sebagai sebuah fasilitas umum di lingkungan tempatnya tinggalnya pun diberikan sebagai opsi lain aksi kebaikan yang akan ditularkan.Â
Edukasi budi pekerti semacam ini bisa juga menjadi salah satu bahasan orang tua dalam berdiskusi, menceritakan kisah kebaikan yang menolong anak-anak kita kelak untuk dapat melakukan respon yang tepat ketika ada di situasi seperti ini. Saya terberkati dengan satu kisah karakter lain yang terjadi saat sekolah dari rumah ini terjadi.Â
Seorang siswa saya menolak dibantu oleh orang tuanya saat mengerjakan tes dengan alasan integritas! Hal hebat dilakukan oleh individu berumur belasan tahun. Dia sangat bisa memilih dan memainkan peran apa saat guru tidak mengawasinya dalam sebuah momen pengerjaan tes evaluasi. Mengagumkan, dia memilih untuk merespon tepat di tengah kokohnya bangunan pohon karakter yang telah terbentuk.Â
Cerita inspiratif ini saya dapatkan dari orang tuanya yang mengirimkan pesan pribadi kepada saya. Sebuah cerminan dan contoh yang menyentil kita yang hidup di masa kini dimana nilai integritas menjadi barang langka layaknya hand sanitizer di pekan-pekan lalu. "Terima kasih, Nak. Saya bangga."
Menyemai benih karakter baik menjadi sebuah media edukasi yang penting sejak dini. Hal ini bisa menjadi pe-er kontinyu yang bisa kita lakukan bersama sebagai orang tua, guru, atau praktisi pendidikan lain.Â