Taman Tingkir dan beberapa fasum yang ada di sekitarnya, kecuali Puskesmas tentunya, terlihat sepi dari kerumunan orang. Semua nampak mengikuti anjuran yang pemerintah lakukan #nengomahsekwae, sebuah kalimat dalam bahasa Jawa yang berarti di rumah dulu saja.
Ya, memang untuk sementara waktu ini adalah yang terbaik, sesuatu yang bisa kita lakukan sembari memohon pada Tuhan segera meradakan pandemi yang terjadi di negara kita juga di seluruh dunia.Â
Situasi ini membawa saya pada pemaknaan dalam jelang Paskah, sebuah makna mendalam terhadap ketidakberdayaan diri. Sebaliknya, pada Sang Pencipta lah kita bisa bergantung serta berserah diri serta meyakini bahwa rancanganNya adalah yang terbaik, semua ini pasti segera berlalu.
Hal ini kita dapat lakukan sebagai sumbangsih kita untuk bangsa dan negara dalam memerangi pandemi Covid-19 yang menyentuh semua kalangan, tanpa batas kasta, yang terjadi di semua area, di bumi ini.
Menekan ego dan mengendalikan diri di saat -saat seperti ini sangat dibutuhkan. Iman dan logika berjalan seiring. Memohon belas kasih sang Khalik dalam kerangka sikap rendah hati dalam doa. Sikap rendah hati dan mau memberi diri merupakan keteladanan yang telah diberikan oleh Sang Kristus sendiri dalam pengorbananNya di kayu salib, hal ini selayaknya menjadi tolok ukur perilaku bagi kita.
Bersatu, bergandengan tangan, saling mendukung, saling membantu, saling memberi perhatian adalah hal yang harus kita renungkan untuk dilakukan serta diejawantahkan dalam masa keheningan umat di seluruh dunia.Â
Percayalah, ada banyak hal baik menanti di balik ini semua untuk kita sambut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H