Mohon tunggu...
Yunita Kristanti Nur Indarsih
Yunita Kristanti Nur Indarsih Mohon Tunggu... Administrasi - Gratias - Best Spesific Interest - People Choice Kompasiana Award 2022

-semua karena anugerah-Nya-

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Hadiah Paskah" di Saat Cari Inspirasi Buat Edukasi Gerakan Literasi

10 April 2020   15:03 Diperbarui: 11 April 2020   00:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman blogshop Kompasiana pertama saya kemarin sore bener-bener membuka mata batin, jiwa, hati, juga daya kreatif saya. Buanyaak sekali ilmu dari mbak Widha Karina yang bisa saya dapat. Segambreng pe - er harus dikerjakan untuk lebih mengoptimalkan blog ini guna memberi edukasi seluas mungkin, lebih - lebih sesuai visi saya, terkhusus edukasi untuk mengembangkan minat terhadap gerakan literasi, yang sempat dibahas oleh Bapak Presiden kita, Joko Widodo di dalam laman Kompas.com (02/04), yang mengatakan masih rendahnya kemampuan membaca anak - anak bangsa kita. 

Balik lagi ke blogshop, serasa dikuliti memang, tapi justru ini jadi vaksin sehat, "kalo untuk saya, ya."  Lha, wong dari awal saya ikut meramaikan blog kompasiana ini emang ingin cari komunitas positif dan tempat untuk salurkan hobi nulis serta bisa ikutan memberi edukasi untuk siswa - siswi saya agar lebih menyenangi ranah literasi. Saya juga anti copas atau bahkan curi teks orang. Jangan sampai! Puji Tuhan, sampai detik ini tidak ada tulisan saya yang dihapus oleh Kompasiana, jangan sampai terjadi.

Saya ngaku, masih banyak dosa dalam membuat konten - konten di blog ini, terutama beberapa ukuran foto yang ternyata, melebihi 1500 pixel! Lalu, kurang cermat dalam memilih gambar pendukung, misalnya. Tapi itu semata terjadi karena saya selaku penulis artikel kagak ngarti secara teknis pemilihan gambar yang sesuai S dan K di Kompasiana, seriusan. Please, jangan tiru saya, secara di ketentuan penulisan konten Kompasiana ada beberapa penjelasan tapi saya gak pernah secara detail mempelajarinya. Maka dari itu kemarin secara mengejutkan, bisa gabung di blogshop Kompasiana bersama mbak Widha Karina itu salah satu hadiah Paskah dan anugerah buat saya. Kenapa hadiah Paskah? Karena esensi Paskah adalah berbagi. Seperti Yesus Kristus membagikan kasihNya dengan berkorban di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia dan bangkit memberi kemenangan atas dosa. Hadiah juga merupakan simbol kemenangan.

So, "hadiah" ilmu dari blogshop kompasiana di momen jelang Paskah ini, sejatinya akan dan sudah saya bagikan untuk orang lain. Demikian makna hadiah Paskah yang saya maksud.

Lanjut, kuy. Modal hobi membaca banyak referensi dan buku serta sumber bacaan lain belum cukup ternyata. Seperti sudah saya sebutkan di atas bahwa awalnya ikutan ngeblog di Kompasiana, murni karena hobi dan passion (beraatt bahasanya, bu) buat meng-edukasi gerakan literasi dan menulis yang harus disalurkan.

Ditambah dengan gerakan #DiRumahAja yang sedang digencarkan pemerintah kita, semakin mantap, deh untuk jalan bareng Kompasiana. Saya juga gak paham apa itu K-Rewards, loh. Baru tau ketika membaca pengalaman beberapa Kompasianers terkait hal itu di laman ini. Intinya emang cuma pengen belajar serta berbagi sesuatu yang bermanfaat sembari menyalurkan hobi nulis, gitu aja sebenernya. Yaah, sukur - sukur bisa HL, ya.. tapi kalo enggak pun tidak apa, because tujuan di awal udah tercapai. So, nothing to lose.

Pengalaman sebagai praktisi dalam dunia pendidikan dan psikologi, semakin menyadarkan saya akan arti penting kemampuan literasi (membaca, memahami serta menganalisis bacaan, menulis) bagi kehidupan manusia. Sebut saja, dari usia dini, banyak sekali pengalaman yang membuktikan bahwa orang tua sangat ketakutan ketika anak - anaknya belum mampu membaca.

Saya pernah mendengar sendiri dari orang tua yang memiliki pengalaman saat buah hatinya di umur kurang dari 5 tahun sudah diberi les privat membaca (sebenarnya saya kurang sependapat dengan ini), dengan alasan saat duduk di bangku Sekolah Dasar nanti bisa lebih siap dalam kemampuan membacanya. 

Sisi yang lain adalah saat usia remaja, kemampuan membaca, memahami bacaan, serta menganalisa kalimat dan bacaan sangat dibutuhkan. Saya sering banget ngobrol dengan sesama rekan Guru. Sebagian besar siswa dikeluhkan tidak teliti serta malas membaca soal - soal yang diberikan dalam tes evaluasi sebuah pembelajaran yang mengakibatkan nilai yang dihasilkan kurang optimal.

Lanjut lagi, yuk ya, pendidikan lanjutan di lini perguruan tinggi menuntut mahasiswa untuk bisa membuat sebuah bahkan beberapa karya tulis sebagai tuntasnya pendidikan mereka di level tersebut. Jika hal ini disadari betul, literasi merupakan sebuah kompetensi mutlak yang harus dimiliki oleh seorang individu.

Komponen menulis membutuhkan faktor - faktor pendukung yang semua intinya bermuara di literasi, lho. Benar, tidak semua siswa dan siswi nanti nya akan menjadi seorang penulis tetapi minimal untuk menuntaskan serta meluaskan  wawasan, pengetahuan, dan ketrampilan harus membuka gerbang pertamanya yaitu membaca. 

Saya ingat betul salah satu dosen saya, paling hobi ngasih tugas bedah buku yang tebelnya minimal 250 halaman. Saya dan teman - teman harus melakukan review pada buku tersebut. Saya bisa merasakan keuntungannya sekarang. Pilihan kata yang sering saya tuangkan ke dalam produk literasi saya semisal puisi serta artikel bersumber juga dari kosakata yang tersimpan rapi dan anteng di memori otak. 

Membaca dan menulis merupakan sebuah usaha saya juga untuk meminimalisir kepikunan, hehehe. Alasan yang terakhir ini seriusan, lho, kalo pas lagi ribet saya bisa nanyain helm saya dimana saat helm itu sudah bertengger di kepala saya. Parah, hehe. Tapi untung cuma beberapa kali aja kejadiannya. 

Baiklah, ini ada sedikit ide untuk memantik minat membaca siswa - siswi  kita. Saya sudah melakukan hal ini di pembelajaran yang terjadi di sekolah saya. 

- membuat living book, dimana mereka saya minta untuk menuliskan hal baik apa yang mereka pelajari dari kisah-kisah hidup yang mereka alami secara pribadi. Mengapa hal baik? Karena setiap hal itu baik sejatinya, tergantung persepsi kita mau lebih diarahkan ke mana. Kedukaan sekali pun jika bisa dipersepsikan secara proporsional maka di dalamnya pasti ditemukan minimal satu kebaikan.

- mengadakan Career Expo. Siswa kelas 9 diminta untuk mencari sumber pengetahuan dan informasi hal apa yang perlu dipersiapkan untuk profesi yang kelak akan dituju atau dicita-citakan. Layanan tersebut akan diwujudkan dalam sebuah expo profesi di sekolah dalam bentuk stand pameran jenis profesi, yang akan melibatkan siswa lain di level kelas yang lebih muda. Kegiatan ini sudah dilakukan sebanyak 2 kali di sekolah kami.

Well, ini yang bisa saya bagikan untuk para pembaca setia Kompasiana dalam rangka memantik minat gerakan literasi di republik ini. Semoga bermanfaat. Selamat menyongsong Paskah.

Referensi: Kompas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun