Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompromi, Buku Lain tentang Romantis

15 Januari 2022   15:42 Diperbarui: 15 Januari 2022   15:46 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buat apa menghormati orang mati mendoakannya padahal Ia tidak ikut hidup kembali ia mati bisu busuk dan musnah menjadi tanah Mengapa tidak semasa ia hidup Ia mendapatkan penghormatan yang demikian berilah manusia itu bunga segar selagi ia masih hidup Hormatilah iya ketika ia berada ditengah-tengah kita cintai Lah iya Hormatilah iya berilah ya kebahagiaan ketenangan hidup kita hidup di dunia ini hanya sekali saja Kapan lagi kita menikmati hidup ini kalau tidak sekarang itulah kekurangan dari manusia ia perlu disesali perlu dikutuk yang terang kekurangan itu sekarang merajai kita menenggelamkan kita (Halaman 50)

Salah satu kutipan dari buku Kompromi yang di tulis oleh Soesilo Toer, di Terbitkan tahun 2017 oleh Pataba Press.

Buku setebal 140 halaman itu, menceritakan tentang gadis yang berada di Wonosari dan Rusia. Di sela-sela cerita cinta itu, diselipkan padangan politik dan nasehat-nasehat.

Ada tiga gadis yang menjadi pusat cerita, Darwati yang akhirnya meninggal, Ekatarina dan Sri Dewi. Peran utama adalah lelaki bernama Sus, entah hal ini menunjukkan cerita cinta penulisnya atau hanya sebuah tulisan yang terinspirasi.

Novel ini, menuliskan banyak petuah tentang cinta dan keromantisan dan nasehat kematian.

Tidak seorangpun di dunia ini bisa menunda hari kematian Chairil Anwar pernah bilang bahwa hidup ini adalah menunda kekalahan Hidup ini adalah memburu arti dalam hidup orang memang bisa menunda kekalahan bisa memburu arti tetapi menunda kematian tidak bisa dalam hidup manusia melata Lata sesukanya tapi ia tetap tidak bisa merata sesukanya kapan saja berapa saja di mana saja karena ia tidak merdeka (Hal, 126)

Selain itu, nasehat-nasehat untuk memahami sifat wanita juga diceritakan di sela cerita yang melompat-lompat itu. Meski unsur seksual dalam novel ini benar adanya tapi tidak secara gamblang.

Silahkan membaca buku ini, jika penasaran dengan kisah tiga gunung ayu itu. Selamat mencari bukunya, pastikan beli yang original yak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun