Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Harus Bisa Baca atau Cinta Baca?

20 Oktober 2020   11:43 Diperbarui: 20 Oktober 2020   11:46 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sigupai Mambaco setelah selama beberapa tahun terakhir menjadi salah satu wadah belajar saya, terutama mengamati anak. Beberapa orang tua sering mendatangi saya untuk meminta anaknya diajarkan membaca padahal baru berumur 2-3 tahun. 

Kadang juga alasan mereka meminta diajarkan anaknya membaca karena baper, anak orang yang seumuran anaknya sudah bisa membaca.

Padahal, jika ditilik lagi beberapa keluarga dekat saya ada yang sangat cepat bisa membaca namun ketika sudah sekolah malah alergi buku. Sigupai Mambaco menyediakan lingkungan yang bisa diakses anak-anak untuk dekat dengan buku tidak pernah memaksa mereka harus bisa baca. 

Saat melakukan pengamatan saya bahkan pernah menemukan ada satu anak yang membuka hampir 30 buku dalam sehari hanya untuk melihat gambar. 

Maka, saya percaya harusnya dicarikan satu jenis buku lalu buatlah anak jatuh cinta pada buku itu, lantas kapan ia bisa baca itulah hari ia sudah siap untuk larut dalam cinta baca.

Meskipun data dari BPS 2019 menyebutkan ada 14.78 persen warga Indonesia buta huruf. 4.86 persen di antaranya berada di usia produktif (15-44 tahun). Sedangkan survei UNESCO pada 2019 minat membaca anak Indonesia terendah kedua.

Seringnya juga ada yang dipaksa belajar baca dan setelah bisa baca malah tak cinta baca. Ada orangtua yang rela mengantarkan anaknya ke tempat kursus belajar membaca, membuat anak-anak kehilangan waktu bermainnya. Namun, begitu bisa baca minat baca malah tak ada.

Meskipun belum punya anak, namun hasil diskusi dan mengelola taman baca serta wawancara pada anak, saya menyimpulkan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat anak berminat membaca:

1. Persiapkan sejak dini

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Pertayaan ini selalu muncul, emang bayi bisa baca? Ya enggalah, namun membeli buku bantal, mengajaknya mengobrol dan melihat warna serta meraba buku kain itu sebetulnya sudah membuat anak berkembang secara banyak aspek. 

Ketika saya bekerja di Daycare, saya perhatikan anak-anak yang dititip sejak bayi dengan jam pengenalan pada warna, buku, permainan bermakna lebih cepat memahami bacaan ketika berumur 3 tahun saat memasuki kelas bermain. Ia sudah bisa membedakan huruf pada puzzel.

2. Lingkungan penuh buku

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Jika sejak dini sudah bergaul dengan buku dalam berbagai bentuk, tentu ia akan terbiasa. Bukankah anak-anak usia dini selalu jadi peniru paling ulung di lingkungannya?

Aneh rasanya jika orangtua berharap anaknya bisa membaca apalagi suka membaca tapi di rumah tidak tersedia sepotongpun buku.  Maka, hal yang harus dilakukan adalah menyediakan buku, poster-poster yang ada tulisan di tempat terlihat seluruh rumah dengan gambar menarik.  

Akan sangat baik jika di rumah sudah tersedia buku berbagai macam tema seperti kisah nabi bergambar,  fabel, dogeng, buku-buku bergambar lainnya. Yah, memang sih hargany lumayan.

Aneh juga jika orangtua ingin anaknya suka membaca tapi dirinya sendiri enggan menyentuh buku-buku atau mendampingi si buah hati untuk membaca bersama.

3. Sediakan waktu

Menyediakan waktu untuk satu hobi positif setiap hari sangat disarankan oleh para ahli. Begitupun untuk menumbuhkan minat baca ini. Sedikan waktu minimal 10 menit sehari untuk duduk dan membaca bersama anak. 

Jika ia belum bisa baca dampingi, jika sudah maka ikut baca bersama. Pembelajaran terbaik bagi tukang tiru ulung adalah keteladanan dari yang ditiru. Menjadi model lebih baik dari pada menyuruh. Menyuruh anak membaca tapi diri sendiri sibuk dengan gadged apakah itu adil bagi anak?

4. Membaca Cerita

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Budaya orang Indonesia adalah budaya lisan, cerita. Maka asik sekali ketika budaya itu dipadukan dengan buku yang tersedia. 

Membacakan buku baik dengan membacakan sesuai teks atau dengan bahasa sendiri hal ini juga membentuk karakter anak dan merasa disayangi. Setiap membaca ajaklah anak berdialog secara interaktif. Jika ia sudah bisa membaca ajaklah ia bercerita bacaannya.

5. Tangkap minat

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi
Menangkap minat bacaan anak apa kemudian tangkap minat itu untuk membuat mereka terus tertarik pada bacaannya. Kemudian pancing mereka untuk terus menganalisa bacaan tersebut. Membaca dengan penasaran akan terus memunculkan keinginan berbaca.

Anak bisa baca baik, akan lebih baik jika anak mencintai baca. Semoga selalu jadi orangtua yang tabah pada proses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun