Sigupai Mambaco setelah selama beberapa tahun terakhir menjadi salah satu wadah belajar saya, terutama mengamati anak. Beberapa orang tua sering mendatangi saya untuk meminta anaknya diajarkan membaca padahal baru berumur 2-3 tahun.Â
Kadang juga alasan mereka meminta diajarkan anaknya membaca karena baper, anak orang yang seumuran anaknya sudah bisa membaca.
Padahal, jika ditilik lagi beberapa keluarga dekat saya ada yang sangat cepat bisa membaca namun ketika sudah sekolah malah alergi buku. Sigupai Mambaco menyediakan lingkungan yang bisa diakses anak-anak untuk dekat dengan buku tidak pernah memaksa mereka harus bisa baca.Â
Saat melakukan pengamatan saya bahkan pernah menemukan ada satu anak yang membuka hampir 30 buku dalam sehari hanya untuk melihat gambar.Â
Maka, saya percaya harusnya dicarikan satu jenis buku lalu buatlah anak jatuh cinta pada buku itu, lantas kapan ia bisa baca itulah hari ia sudah siap untuk larut dalam cinta baca.
Meskipun data dari BPS 2019 menyebutkan ada 14.78 persen warga Indonesia buta huruf. 4.86 persen di antaranya berada di usia produktif (15-44 tahun). Sedangkan survei UNESCO pada 2019 minat membaca anak Indonesia terendah kedua.
Seringnya juga ada yang dipaksa belajar baca dan setelah bisa baca malah tak cinta baca. Ada orangtua yang rela mengantarkan anaknya ke tempat kursus belajar membaca, membuat anak-anak kehilangan waktu bermainnya. Namun, begitu bisa baca minat baca malah tak ada.
Meskipun belum punya anak, namun hasil diskusi dan mengelola taman baca serta wawancara pada anak, saya menyimpulkan beberapa hal yang harus diperhatikan untuk membuat anak berminat membaca:
1. Persiapkan sejak dini
Ketika saya bekerja di Daycare, saya perhatikan anak-anak yang dititip sejak bayi dengan jam pengenalan pada warna, buku, permainan bermakna lebih cepat memahami bacaan ketika berumur 3 tahun saat memasuki kelas bermain. Ia sudah bisa membedakan huruf pada puzzel.