Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Sebuah Panyot, Gerakan Literasi di Aceh Barat Daya

13 Oktober 2020   12:46 Diperbarui: 15 Oktober 2020   08:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 Corona Virus sudah membuat banyak kegiatan tertunda namun ternyata melahirkan ide-ide baru yang cukup menyegarkan untuk gerakan literasi yang diberi nama Panyot Abdya. Setidaknya, terhitung sudah 5 kali kegiatan Cang Panah diadakan secara virtual melalui akun instagram @panyotabdya.

Pada tahun 2018, Saya bersama tiga orang teman lainnya, Bang Masri, seorang PNS di Aceh Barat Daya dan aktif menulis,  Bambang Herlambang (Ketua Himpunan ESA STKIP Muhammadiyah Aceh Barat Daya), Rizky Rivaldi (Ketua Komisariat IMM STKIP Muhammadiyah) setuju membangun sebuah gerakan literasi yang kami beri nama panyot tepat pada hari Jumat,  27 Juli 2018 di Keniyo Kafe, Susoh.  

img-20200626-wa0022-5f87a71b8ede481183214812.jpg
img-20200626-wa0022-5f87a71b8ede481183214812.jpg
Saya pribadi ikut bergabung menjadi founder adalah agar ada wadah kawan-kawan bisa ikut bekerja untuk literasi dan saya bisa belajar bekerjasama.

Panyot bearti pelita, berasal dari bahasa Aceh. Minyak lampu yang menggunakan minyak tanah ini dulunya digunakan sebagai penerang saat listrik mati. 

Gerakan dengan hastag #lets60read ini bertujuan untuk Meningkatkan Minat Baca. Kami awalnya sepakat gerakan ini relawannya tidak terikat, pendaftaran melalui gform. Lets60read bermakna mari melakukan hal baik minimal 60 menit perhari. Kegiatan baik salah satunya adalah membaca Buku.

Lapak buku di 17 agustus 2018 tepat dengan Kemerdekaan RI ke 73 di Lapangan Persada, gerakan ini berniat memerdekakan diri dari kebodohan dengan membaca. Logo panyot yang didesain ibeng lahir beberapa hari sebelum lapak buku diadakan. Seberes lapak buku yang sangat singkat itu, dibuka dengan gerakan menggunakan musik dipimpin nita, baca buku lalu usai.

Beberapa waktu selanjutnya diadakan rapat perdana para Relawan untuk menyusun program kegiatan Panyot Abdya di Pantai Cemara, Susoh.

Diskusi tersebut melahirkan beberapa agenda  yaitu :

1. Lapak Buku : Menyediakan lapak buku ditempat umum untuk dibaca oleh masyarakat

2. Donasi Buku : menerima buku dari siapapun untuk dikelola oleh Panyot Abdya

3. Cang Panah : Kegiatan bincang santai dengan beberapa  pegiat literasi

4. Pustaka Kafe Panyot Abdya : bekerjasama dengan kafe di Aceh Barat Daya dengan menaruh buku-buku untuk dibaca

5. Panyot go to School     : Kegiatan kunjungan ke sekolah untuk gerakan literasi

6. Kemping Literasi : Kegiatan kemping dengan konsep perkemahan yang di isi dengan kelas literasi

7. Pameran Literasi : Kegiatan Pameran yang berkaitan dengan Literasi.

Pada september 2018, pertama sekali diadakan kegiatan Cang Panah Kreatif bersama Narasumber Nazah Shah Alam (vokalis Apache 13) dan Nita Juniarti. Setelah itu, tidak pernah ada aktivitas apapun hingga saya mengusulkan cang panah pindah ke Virtual pada tahun 2020.

Kemudian, lapak baca kedua mengandeng sigupai mambaco sebagai penyedia buku dilaksanakan di pasir putih, labuhan haji. Kegiatan tersebut dirangkai dengan bermain bakiak dan penguatan sesama relawan. 

img-20200823-134904-5f8573778ede4845c627a6a2.jpg
img-20200823-134904-5f8573778ede4845c627a6a2.jpg
Setelah itu, beberapa relawan menjadi bersemangat hingga dibuatlah rapat untuk kolaborasi. Saya berfikir panyot harusnya bekerjasama dengan Pustaka Daerah namun ternyata sikap pustaka daerah yang tarik ulur membuat semangat relawan berkurang lantas memutuskan untuk mencari pustaka desa.

Kegiatan ini yang awalnya disambut antusias tapi karena kesibukan dan lain-lain akhirnya aku menangani sendiri kegiatan tersebut agar tidak dianggap php oleh pustaka desa. 

img20201010151505-5f8573ae8ede4845c627a6a4.jpg
img20201010151505-5f8573ae8ede4845c627a6a4.jpg
Kegiatan ini adalah kegiatan yang demikian terang keliatan bahwa kadangkala harus teguh hati untuk bergerak sendirian meski di dalam gerakan ramai orangnya. Sedih sih awalnya tapi akhirnya berfikir bahwa ada perjalanan yang sunyi ditempuh, tak ramai tapi harus menyenangkan.

img-20201011-105120-5f8573d38ede48527a0c19a2.jpg
img-20201011-105120-5f8573d38ede48527a0c19a2.jpg
Pada saat akhir, resti bergabung membantu. Saya selalu punya keyakinan bukan soal sibuk atau apa tapi soal seberapa prioritasnya. Pada akhirnya, keterlibatan kepala desa, perangkat desa, pustaka dan orang lain dalam penghelaan ini adalah hal-hal baik yang kusyukuri.

Namun, seberes dari kegiatan itu aku jadi berpikir ulang. Sigupai mambaco dan panyot punya tujuan yang sama pun sebagian besar idenya adalah ideku atau diadopsi dari jalannya sigupai mambaco. 

Apapun wadahnya harusnya sih tetap bergerak dengan komitmen penuh. Relawan memang tidak dibayar dan tidak ada ikatan namun sebaik- baiknya prilaku manusia adalah ikut berkonstribusi dalam satu wadah dengan komitmen yang utuh.

11 Oktober 2020 akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari gerakan Panyot sebagai penggerak. Aku cukup berharap teman-teman bisa bergerak seberes itu, aku masih menunggu untuk kegiatan kolaborasi.

img-20200823-wa0047-5f8574493d68d5203128d282.jpg
img-20200823-wa0047-5f8574493d68d5203128d282.jpg
Selalu mudah membangun hal-hal baik lalu menjadi megah, namun aku percaya bahwa mempertahankan sesuatu selalu butuh komitmen mendalam, kenapa aku berada di gerakan ini, apa peranku, apa yang harus kulakukan? Aku mendoakan panjang umur kebaikan di manapun berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun