Sejak Maret seluruh sekolah di Indonesia libur dari PAUD hingga Universitas. Berbagai kegiatan daring diadakan, bertubi-tubi membuat pembengkakan kuota, belum lagi beberapa orangtua diberhentikan dari pekerjaan. Apa kabar pendidikan? Beberapa orang yang saya temui menceritakan kepada saya :
1. Orangtua (kembali) bersekolah
Adalah sepupu saya yang baru kelas 3 SD wajib ikut pembelajaran daring. Pelajaran yang diberikan oleh guru berupa tugas-tugas dan lanjutan tugas sebelum sekolah diliburkan namun setiap hari harus diaploap ke web yang dibuat oleh kota tempat mereka tinggal.Â
Makcek, ibu mereka kewalahan karena sudah berpuluh tahun jadi ibu rumah tangga dan tidak pernah lagi memegang komputer belum lagi beliau hanya lulusan SMA.Â
Namun, demi anak setiap subuh beliau bangun dan mengakses web tersebut sampai bisa terakses sebab server sering sekali sibuk. Akhirnya, yang sekolah orangtuanya, anak mengisi dibuku catatn dan orangtua mengetik ulang serta proses aploap juga anaknya.Â
2. Guru bergriliya datang ke rumah siswa
2016-2017 saya pernah bertugas di SDN 02 Baya, Sulteng. Saat ini kondisi di sana lebih baik sudah bisa menggunakan telpon seluler, tidak perlu lagi memanjat kursi atau menempel handphone ke pagar hanya untuk berbicara dengan keluarga di Aceh.Â
Namun, kondisi ini tetap saja bukan kemajuan baik untuk belajar daring. Wali kelas 5 yang saya kenal bercerita bahwa dia saja tidak punya WA, memang bapak ini seorang honorer yang setia mengajar sambil melaut. Akhirnya setiap minggu guru mengantar tugas dan menjemput tugas ke rumah siswa, padahal jelas itu lebih repot dan dan butuh biaya banyak.Â
3. Â Selain pantau WA, berkunjung ke rumah siswa yang tidak mengirim tugas
Kepala sekolah swasta di Malang yang saya kenal sebab 2019 saya bekerja di sana, menceritakan kepada saya bahwa ia mewajibkan guru untuk memantau rumah siswa yang tidak muncul di WA.Â
Kebetulan di kota dan mereka punya gawai untuk belaajr daring. Hanya saja, kendala kuota yang membludak ternyata menjadi persoaln. Beberapa orangtua yang didatangi mengaku tidak ada paket internet untuk melapor pada guru.
4. Orangtua bekerja dan memantau anak
Sekolah di rumah, jika yang diajarkan adalh sekolah skill atau sejenisnya mungkin lebih gampang namun yang diajarkan ketika belajar daring adalah mengerjakan tugas 2 kali lipat dari biasanya. Seorang kenalan yang berprofesi sebagai perawat mengaku repot karena harus bekerja dan memantau anak sekolah daring dari rumah.Â
Persoalan di atas hanya beberapa dari banyak cerita tentang gambaran pendidikan. Lalu, apakah hanya bertanya saja kapan pandemi berakhir dan apa kabar pendidikan kita? Semoga segera ada solusi baik tentang nasib pendidikan ke depannya. Semoga bumi lekas pulih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H