Mohon tunggu...
Nita Juniarti
Nita Juniarti Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang Perempuan

Penaruh mimpi di Altar-Nya

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenapa Sih #JanganMudikDulu?

21 Mei 2020   13:56 Diperbarui: 21 Mei 2020   14:34 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertama sekali naik garuda saat Corona Tak bisa dinikmati karena takut (dok. pribadi)

Terimakasih atas pengorbanan Ibu/ Bapak untuk TIDAK MUDIK tahun ini. Ibu/ Bapak telah membantu menyelamatkan Indonesia dari wabah virus corona. Covid19.go.id

Pesan dari gugus tugas terus menerus masuk, tidak sampai di situ iklan, spanduk, baliho, WA grup hingga dari mulut ke mulut menyatakan pesan yang sama, jangan mudik dulu. Sekalipun peraturan berubah-ubah dan merasa binggung, sekelompok orang memang memutuskan tidak mudik.

Agak memalukan sebenarnya menulis ini, sebab sebagai orang yang pernah jadi ODP (orang dalam pantauan) tentu dikira curi start mudik duluan? Ah tidak, saya ini pekerja kontrakan, bekerja di pulau jawa, jauh dari kampung halaman.

Ketika kasus pertama ditemukan, sekolah diliburkan, sebagai pekerja swasta dikontrak pula, kami kehilangan pekerjaan sejak 16 Maret 2020. Benar, kami sudah bekerja dari rumah sejak saat itu.

Pekerjaan lapangan yang kami lakukan, tidak berefek banyak ketika disuruh WFH. Hanya mengerjakan laporan akhir. Setelah 2 minggu tidak bekerja, situasi juga tidak mereda sedangkan harus bayar kosan, listrik dan kendaraan akhirnya perusahaan tempat kami bekerja memutuskan kontrak lebih cepat dari yang seharusnya.

Semua kegiatan akhir dilaksanakan dengan cara daring. Lantas, kami diperbolehkan pulang ke kampung halaman.

Saya dan teman satu kosan, tidak punya keluarga di pulau Jawa, perusahaan tidak lagi membayar untuk bulan depan, gaji juga setengah. Kami memutuskan pulang kampung, deg-degkan memang. Semua prosedur kesehatan kami lakukan, pakai masker, cuci tangan, sosial distancing, tidak jajan di bandara bahkan tidak duduk sembarangan karena takut ada virus yang menempel, kami parno.

Namun, alhamdulillah sampai ke rumah dengan selamat lalu melaksanakan karantina mandiri selama 14 hari, tidak bersalaman bahkan merendam pakaian dengan air panas setelah bepergian.

Untungnya, ketika kami pulang belum banyak peraturan macam-macam dan semua akses masih buka, belum disuruh putar balik. Daerah yang saya datangi juga tidak ada kasus positif, begitu juga daerah kedatangan. Pulang dengan keadaan darurat, alasan masuk akal dan bisa jaga prosedur kesehatan.


Ketika mendapatkan tantangan menulis THR Kompasiana tetang jangan mudik, rasanya malu mau menulis. Namun, bila masih bisa bertahan, tidak urgen, hanya mudik karena kangen kampung halaman, sebaiknya tidak dilakukan, kenapa?

Berangkat dari keparnoan pribadi antara pulang kampung atau bertahan di kampung orang saat kontrak kerja selesai, saya menemukan beberapa fakta :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun