Tidak ada murid yang buruk hanya ada guru yang buruk- Hicki
Kutipan film Hicki yang saya nonton berulang kali sejak film ini ditayangkan.
Ketika kecil, aku bercita-cita jadi guru. Kufikir menjadi guru sesederhana berdiri di depan kelas, mengajar, pulang dan dapat gaji setiap bulan. Aku salah, salah besar. Menjadi guru adalah tentang belajar tanpa henti. Jika siswa salah belajar lalu tidak bisa menjawab soal tentu akan mendapatkan nilai buruk, guru? Salah mengajar tidak diberi nilai buruk. Betapa susahnya jadi guru itu ternyata. Aku pernah menjadi guru SD selama 2 tahun di beberapa sekolah berbeda, ternyata benar jadi guru tidak mudah. Memahami karakter anak yang beda, mengajar bukan satu-satunya kewajiban guru tapi transfer pengetahuan, mendidik yang bisa jadi bakal masa depan siswa.
Januari 2020 lalu, saat aku menjadi guru sehari di kelas Inspirasi Lumajang (baca : https://www.kompasiana.com/nitajuniarti/5e96fa89d541df45c20d8fa4/catatan-pinggir-kelas-inspirasi-lumajang-2 ), setelah masuk di kelas 2. Aku mengajar di kelas 5, ketika jam istirahat anak-anak kelas 2 menunggu di depan pintu.
"Kak Nita, nanti mengajar lagi ya di kelas kami" ujar misya paling berani
"tidak, kak Nita harus masuk di kelas 5 dik"
"halah, kak Nita. Kelas kami sajalah"
"kenapa ?"
"Kak Nita  enak mengajar, ada prakteknya"
"memang guru kalian?"
"tidak, bu guru marah-marah"
"Kak Nita cuma sehari mengajar, bu guru kalian sudah puluhan tahun. Tentu lelah bukan?"
"iya sih kak, apa lagi ada teman dikelas yang bandel"
"arek iki bandel kak"
Mereka sikut-sikutan sambil tertawa, selama jam istirahat terus mengekori saya, bercerita banyak hal dan sesekali saya bertanya jika mereka kehabisan bahan cerita (sedang mempraktekkan jadi kepala sekolah Totto Chan-Novel terkenal dari Jepang soal sekolah).
Ketika menjadi guru, menonton games show di televisi bisa jadi ide mengajar. Makanya, memutuskan jadi guru adalah belajar seumur hidup.
Menjadi guru bukan sesederhana berdiri di depan kelas lalu mengajar hingga jam berakhir.
Sebab, saya belajar dari 3 sekawan di Kelas Inspirasi Lumajang 6 itu, anak-anak memendam protes terhadap gurunya tapi suka curhat ke guru baru datang.
Langsung terbayang jika saya sudah mengajar puluhan tahun bisa jadi saya pemarah, tidak memperhatikan kebutuhan belajar siswa, lelah, bosan.Â
Sekarang saat memutuskan, benar ingin menjadi guru dengan pahala amal jariah? Mari berusaha belajar bersama. Masa pandemi ini juga bisa digunakan untuk merenungkan apakah menjadi guru selama ini sudah menjadi amal jariah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H