Kulempar derasnya resah pada karang
yang kelu membisu dipagut awan
Jeritku parau memantul di barisan embun
yang menghiasi pinggir-pinggir daun
Aku menggelepar terbakar
oleh api yang tak jua padam
menghanguskan relung ruang kalbu
menjadi arang, hitam membatu
Asap melenggang, meliuk mesra menuju nirwana
namun raga  tak akan musnah
baranya bagai lava merah menganga
jauh di lubuk tengah rasa
Meski terinjak angkara membabi buta
lidah pedang menggusur di barisan luka
Racun tumpah membanjiri negeri
menenggelamkan gunung-gunung
yang tak tahu lagi di mana letak matahari
Aku masih di sini
Hancur lebur terbelah pecah
koyak terhina di ujung nestapa
berdiri dengan kakiku yang tak lagi sempurna
Maafkan aku...
baraku tetap menderu tertiup hembusan nafas batu
memanas menggolakkan laju perahu
terombang-ambing menggumuli hempasan ombak
mencumbu badai di pekatnya malam
Pantang terhenti sejengkal jua
Hingga jangkar tertambat pada karang
berpeluk pantai di negeri impian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H