ABSTRAK
Â
Â
Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar dan Karakter Toleransi Anak Melalui Permainan Modifikasi Tikus Sawah Takut Petani
(Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2020-2021)
Â
Nita Gustiani
Â
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak sehingga guru perlu menciptakan dan menerapkan suatu permainan yang efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak melalui penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B usia 5-6 tahun TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2020/2021. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart yang memfokuskan pada pembelajaran secara terus menerus di setiap siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian kemampuan motorik kasar anak dan lembar observasi karakter toleransi anak. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B usia 5-6 tahun kelas B1 TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2020/2021.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak. Kemampuan motorik kasar anak berdasarkan pada data awal hanya mencapai 42%, setelah dilakukan tindakan melalui penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 67% dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 92%. Demikian juga karakter toleransi anak  dari data awal 8%, pada siklus I naik menjadi 50% dan pada siklus II naik lagi menjadi 83%. Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak. Oleh karena itu, penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dapat digunakan sebagai alternatif peningkatan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak.
Kata kunci: permainan modifikasi tikus sawah takut petani, kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak.
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan anak prasekolah, karena anak usia dini merupakan individu yang belum dan atau akan mendapatkan pendidikan di pendidikan dasar. Anak usia dini hanya memiliki masa peka dalam perkembangannya yang memerlukan rangsangan dari lingkungannya. Anak usia dini sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat serta memiliki rentang usia yang sangat berharga dibandingkan dengan usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Oleh karena itu, anak usia dini harus diberikan fasilitas pendidikan yang tepat yaitu di pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan sebagai berikut.
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan selanjutnya.
Dengan demikian, pendidikan anak usia dini berupaya untuk menciptakan lingkungan dan memberikan yang terbaik bagi perkembangan berbagai potensi anak. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menyajikan kegiatan belajar sambil bermain, melalui berbagai jenis permainan.
Permainan yang dilakukan dalam pendidikan anak usia dini ini merupakan fondasi bagi pembelajaran anak sehingga dapat menjembatani antara kehidupan di rumah, di lingkungan masyarakat sekitar rumah, dengan kehidupan anak di sekolah. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain merupakan fondasi yang mengarahkan anak pada kemampuan yang lebih beragam. Meskipun demikian, apabila anak telah siap belajar maka kegiatan bermainnya secara perlahan dapat dikurangi sehingga kegiatannya bisa lebih difokuskan pada pembelajaran dengan tetap mempertahankan konsep yang menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan investasi yang sangat besar bagi bangsa. Meskipun tingkatannya merupakan pendidikan yang paling rendah, tetapi boleh jadi memiliki makna yang paling tinggi dari satuan-satuan pendidikan lainnya, karena PAUD akan melandasi pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. PAUD memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak, selain itu PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak.
Kurikulum bagi anak usia dini tidak berasal dari buku referensi atau petunjuk kurikulum. Kurikulum yang otentik untuk anak usia dini datang dari anak itu sediri. Kurikulum ini dibuat berdasarkan minat, kebutuhan, tingkat perkembangan dan kepribadian unik anak. "Kurikulum pembelajaran usia dini penuh dengan gagasan dan cara mengetahui yang melibatkan tangan dan pikiran anak-anak" (Barbara dan Seefeldt, 2008: 106). Berdasarkan sasaran keseluruhan pendidikan usia dini, kurikulum itu membahas kesejahteraan sosial, emosi, fisik dan kecerdasan anak. Dalam kurikulum pendidikan anak usia dini ada enam aspek perkembangan yang sangat ditekankan dalam pembelajaran yaitu (1) nilai agama dan moral, (2) sosial-emosional dan kemandirian, (3) kognitif, (4) bahasa, (5) fisik motorik dan (6) seni. Setiap aspek perkembangan tersebut memiliki indikator capaian perkembangan yang harus dicapai oleh setiap anak dengan hasil yang diharapkan berkembang sesuai harapan (BSH) bahkan bisa mencapai berkembang sangat baik (BSB).
Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagaian atau seluruh anggota tubuh. Syamsyudin (Wiyani, 2015: 43) mengemukakan bahwa, "Motorik kasar adalah aktivitas dengan menggunakan otot-otot besar yang meliputi gerak dasar lokomotor dan nonlokomotor". Dalam perkembangan fisik motorik anak diharapkan sudah terkoordinasi dengan baik sesuai dengan perkembangan fisik yang beranjak matang. Gerakan-gerakan yang sudah selaras dengan kebutuhan dan minat anak akan cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup lincah dan gesit.
Anak usia dini penuh tenaga dan tak henti-hentinya bergerak. Waktu bertumbuh, mereka mengembangkan dan memperhalus keterampilan gerak motorik kasar. Anak-anak mengalami banyak pertumbuhan di bidang perkembangan fisik, karena mereka mengupayakan keselarasan gerakan-gerakan tubuhnya. Lari, lompat dan panjat menjadi semakin otomatis dan bukan merupakan tindakan yang sadar atau bertujuan. Keterampilan motorik kasar menjadi lebih gesit dan serasi. Anak-anak bisa menggabungkan berlari dan melompat dengan dua kaki, berjingkat dan melompat. Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan saraf sehingga anak akan sulit menunjukkan suatu keterampilan tertentu ketika belum matang. Pada anak usia dini tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai jenis keterampilan. Otot-otot besar lebih berkembang dibandingkan dengan kontrol terhadap tangan dan kaki sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Perkembangan fisik yang normal sangat menentukan kelancaran pembelajaran.
Karakter sering disederhanakan menjadi kepribadian (personality). Karakter adalah bahan dasar kepribadian. Seseorang yang berkarakter, pasti dia seorang yang berkepribadian. Akan tetapi, orang yang mempunyai kepribadian, belum tentu orang yang berkarakter. Karakter adalah watak, sifat, akhlak ataupun perilaku yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain, karakter juga dapat dikatakan sebagai  keadaan yang sebenarnya dari dalam diri seorang individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu lain.
Kusuma dalam Daryanto dan Darmiatun (2013:169) berpendapat bahwa, "Karakter merupakan ciri, gaya, sifat atau pun karakteristik diri seseorang yang berasal dari bentukan atau pun tempaan yang didapatkan dari lingkungan sekitarnya". Karakter memegang peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan individu dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan karakter bagi anak usia dini sangat penting dan akan mewarnai perkembangan pribadinya secara keseluruhan.
Penanaman karakter pada anak usia dini dilakukan dengan cara menanamkan kebiasaan tentang berbagai perilaku yang baik dalam kehidupan, sehingga anak memiliki kesadaran dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupannya. Karakter merupakan sifat alami bagi anak usia dini untuk merespon situasi secara bermoral. Karakter harus diwujudkan dalam tindakan nyata melalui pembiasaan untuk berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab dan hormat kepada orang lain.
Dalam proses pembelajaran di TK Mi'roojuttaqwaa diharapkan motorik kasar anak dapat berkembang sesuai harapan bahkan dapat berkembang sangat baik. Karakter toleransi anak harus berkembang dengan baik sesuai dengan tingkat pencapaian yang diharapkan agar tujuan pembelajaran pun dapat tercapai sesuai dengan harapan. Namun, pada kenyataannya di lapangan ditemukan permasalahan motorik kasar anak yang belum berkembang, bahkan sebagian anak masih sulit melakukan beberapa gerakan dengan benar. Karakter toleransi anak juga masih perlu dilatih agar terbentuk kepribadian anak yang baik.
Kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak di TK Mi'roojuttaqwaa masih belum berkembang dengan baik. Hal itu terjadi karena belum optimalnya pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak. Pembelajaran di sekolah  kurang menarik dan tidak bervariasi. Guru belum melaksanakan prinsip pembelajaran yang berpusat pada anak, namun sebaliknya pembelajaran berpusat pada guru. Pembelajaran terkesan monoton karena guru jarang sekali menggunakan metode, model, teknik, strategi, media atau pun permainan yang baru.
Berdasarkan paparan di atas, guru harus berupaya untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak dalam pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru yaitu dengan  menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani. Permainan bagi anak merupakan suatu aktivitas yang sangat menyenangkan, menimbulkan kegembiraan serta sebagai tempat mengekspresikan apa yang anak rasakan. Dalam permainan modifikasi tikus sawah takut petani anak diberi kesempatan untuk bergerak lincah dan dilatih untuk menghargai teman dan lawan mainnya. Gerakan-gerakan anak dapat terkontrol dengan adanya aturan main. Dengan demikian, anak akan tahu bagaimana cara bertoleransi kepada orang lain.
Permainan modifikasi tikus sawah takut petani merupakan permainan yang dimodifikasi dari permainan "kursi musik". Permainan modifikasi ini di dalamnya ada unsur kompetisi atau perlombaan dengan tujuan memotivasi anak agar semangat bermain. Permainan dimulai dari pembagian kelompok, pemberian identitas kelompok dari setiap anggotanya. Kemudian mengalunkan musik dan memberhentikan musik. Ketika musik mulai berhenti anak mulai mengambil benda yang telah disediakan sebanyak yang mampu anak ambil dan menyembunyikannya di tempat persembunyiannya dan bergabung dengan anggota kelompoknya masing-masing. Pada akhir permainan anak disuruh menghitung jumlah benda yang didapat oleh setiap kelompok. Kemampuan motorik kasar anak akan terkembangkan seoptimal mungkin seiring dengan kematangan otot-otot besarnya karena anak banyak bergerak dan berlari. Anak terlatih juga untuk menghargai temannya, bagaimana ketika menerima kekalahan atau menjadi pemenang anak akan terbiasa untuk bertoleransi kepada orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak. Oleh karena itu, penulis wujudkan dalam bentuk skripsi dengan judul,  Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar dan Karakter Toleransi melalui Permainan Modifikasi Tikus Sawah Takut Petani  (Penelitian Tindakan Kelas pada Anak Kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang Tahun Pembelajaran 2020/2021).
- Metodologi Penelitian
Desain penelitian diartikan sebagai rencana penelitian. Rencana penelitian disebut juga sebagai rancangan penelitian. "Rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti hal yang akan dikerjakan dalam hubungan dengan unsurnya masing-masing" (Suhendar, 2016: 72). Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Dimyati (2013: 13), "Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama".
Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) dijadikan sebagai satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi tindakan dan pengamatan merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Dikatakan demikian, Â karena kedua kegiatan tersebut haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi harus dilaksanakan.
Hermawan dalam Dimyati (2013: 142) menyatakan bahwa, "Model spiral Kemmis dan Mc Taggart terdiri dari empat tahapan yaitu rencana, tindakan, observasi dan refleksi". Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada model desain ini ialah satu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dari uraian desain model tindakan Kemmis dan Mc Taggart di atas, peneliti dapat menjelaskan sebagai berikut.
- Perencanaan (Planning)
- Pada tahap perencanaan dilakukan dengan menyusun perencanaan tindakan berdasarkan identifikasi masalah pada observasi awal sebelum penelitian dilaksanakan. Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Pada tahap ini segala keperluan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dipersiapkan mulai dari bahan ajar, rencana pembelajaran, metode dan strategi pembelajaran, pendekatan yang akan digunakan, subjek penelitian serta teknik dan instrumen observasi dan penilaian yang disesuaikan dengan rencana.
- Pelaksanaan Tindakan (Action)
- Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas.
- Pengamatan (Observation)
- Observasi yaitu mengamati proses dan hasil dari tindakan yang dilaksanakan terhadap anak dan mencatat hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan langsung oleh observer dalam penelitian tindakan kelas. Tujuan observasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.
- Hasil Tindakan (Reflecting)
- Pada tahap ini peneliti bertugas mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan dengan melihat dari berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru dapat melakukan revisi perbaikan terhadap rencana awal. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai dan apa yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, hasil dari tindakan perlu dikaji, dilihat dan dipikirkan, baik itu dari segi proses pembelajaran antara guru dengan anak, metode, alat peraga maupun evaluasi.
- Rencana Tindakan (Planning)
- Rencana tindakan merupakan perencanaan dalam melakukan penelitian yang disusun untuk meningkatkan kemampuan sesuai indikator yang akan dicapai. Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dipaparkan dalam uraian sebagai berikut.
- Mempersiapkan Rencana Program Pembelajaran Harian (RPPH).
- Menyiapkan fasilitas dan alat main yang mendukung proses pembelajaran.
- Menyusun instrumen penelitian, yang di dalamnya memuat lembar observasi untuk meninjau peningkatan kemampuan motorik kasar anak dan lembar penilaian untuk melihat peningkatan karakter toleransi anak.
- Membuat alat evaluasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana peningkatan perkembangan yang dialami anak dengan aspek yang diteliti.
- Pelaksanaan Tindakan (Acting)
- Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti akan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan yang tertuang pada RPPH. Dikatakan demikian, karena kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan merupakan pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut.
- Sebelum masuk kelas, anak-anak berbaris terlebih dahulu di depan kelas. Tujuannya untuk mengondisikan anak agar siap belajar. Dimulai dengan menyanyikan berbagai lagu, menyiapkan anak dan mengucapkan ikrar murid. Setelah itu baru masuk kelas.
- Anak-anak berdo'a sebelum memulai pembelajaran yang dilanjutkan dengan pembukaan pembelajaran oleh guru.
- Guru melakukan apersepsi mengenai tema pembelajaran dan tanya jawab tentang kegiatan yang akan dilakukan.
- Guru menjelaskan tentang cara bermain, menyebutkan alat-alat yang akan digunakan saat bermain dan membagi anak-anak ke dalam beberapa kelompok untuk melakukan permainan modifikasi tikus sawah takut petani
- Guru membimbing anak untuk melakukan kegiatan permainan modifikasi tikus sawah takut petani.
- Pengamatan (Observing)
- Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan ketika kegiatan penelitian berlangsung. Adapun hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
- Peningkatan kemampuan motorik kasar anak dalam pembelajaran melalui penerapan permainan modifikasi tikus sawas takut petani.
- Peningkatan karakter toleransi anak dalam pembelajaran melalui penerapan permainan modifikasi tikus sawah takut petani.
- Refleksi (Reflecting)
- Hasil tindakan atau refleksi untuk menganalisis terjadinya proses dan hasil pembelajaran anak melalui penerapan permainan tikus sawah takut petani. Kegiatan refleksi ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
- Melihat data yang diperoleh selama melaksanakan tindakan.
- Melihat hasil observasi pada kegiatan yang telah dilaksanakan.
- Berdiskusi dengan guru pamong yang bertugas menjadi observer tentang hasil yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.
- Menyusun kembali rencana yang akan dilaksanakan selanjutnya dan memperbaiki hal-hal yang dianggap kurang dan perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya.
- Setting Penelitian
- Lokasi Penelitian
- Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian yaitu TK Mi'roojuttaqwaa yang beralamat di Jalan Suyeh RT 07 RW 02 Desa Paseh Kidul Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang dengan fokus penelitian adalah anak kelompok B.
- Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama kurun waktu 2 bulan, terhitung dari bulan Mei 2020 sampai dengan Juni 2021. Adapun praktiknya, penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus yang belum bisa ditentukan, tergantung pada ketercapaian tingkat keberhasilan proses pembelajaran.
- Subjek Penelitian
- "Subjek penelitian adalah tempat dimana suatu hal atau orang untuk mengambil variabel peneliti, melekat di permasalahkan" (Suharsimi, 200: 119). Penelitian ini dilakukan pada anak kelompok B di kelas B1 TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang tahun pelajaran 2020/2021. Anak kelas B1 ini berjumlah 12 anak, yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 6 anak perempuan berusia 5-6 tahun.
- d. Teknik Pengumpulan Data
- Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes atau non tes. Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan motorik kasar anak setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Tes yang digunakan pada pendidikan anak usia dini adalah tes perbuatan yaitu tes unjuk kerja. Sedangkan non tes dilakukan untuk mendapatkan data mengenai peningkatan karakter toleransi anak pada saat melakukan kegiatan pembelajaran dengan observasi.
Â
- Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak masih rendah. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang dilaksanakan kurang bervariasi, sehingga timbul kejenuhan pada anak. Guru kurang mengeksploitasi kemampuan gerak anak dan belum melakukan pembiasaan terhadap perkembangan karakter toleransi anak. Akibat rendahnya kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak tersebut sebagian besar anak belum mampu melakukan gerakan-gerakan motorik kasar secara terkoordinasi dan belum munculnya sikap toleransi pada diri anak. Berdasarkan data awal diketahui bahwa kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak rata-rata masih rendah. Oleh karena itu, perlu diadakannya suatu tindakan untuk memperbaikinya.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak. Data awal kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut.
Data Awal Kemampuan Motorik Kasar Anak
No
Aspek yang Dinilai
Hasil Observasi
Â
Kode Anak
Â
Â
Jumlah
Persentase %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Anak mampu melakukan berbagai gerakan terkoordinasi secara terkontrol, seimbang dan lincah
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
25%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
9%
2
Anak dapat mengekspresikan berbagai gerakan badan, tangan dan kaki secara bebas sesuai irama musik/ritmik
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
25%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
5
42%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
Anak mampu meloncat dari ketinggian setengah meter dan melompat tepat sasaran
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
50%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
2
17%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
Anak mampu belari sambil melompat dengan seimbang tanpa jatuh
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
50%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
5
42%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
8%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
5
Anak mampu berjalan maju, mundur, ke samping atau berjalan dengan berjinjit, dengan tumit sambil membawa benda
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
50%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
2
17%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
Anak dapat melakukan permainan fisik dengan aturan
BB
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
8%
MB
2
Â
Â
Â
Â
Â
7
59%
BSH
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
25%
BSB
4
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
8%
Jumlah Skor Anak
12
17
13
7
13
9
10
14
16
8
10
12
141
Rata-rata Skor Anak
2
2,8
2,2
1,2
2,2
1,5
1,7
2,3
2,7
1,3
1,7
2
23,6
Kategori Kemampuan Motorik Kasar Anak
MB
BSH
BSH
BB
BSH
MB
MB
BSH
BSH
MB
MB
MB
MB
Rata-rata Skor Seluruh Anak
1,9
Persentase (%) Anak yang Mencapai Kemampuan Motorik Kasar Minimal
42%
Â
Dari data awal di atas, dapat penulis simpulkan bahwa kemampuan motorik kasar anak kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang ternyata masih rendah dan termasuk dalam kategori mulai berkembang (MB). Hal ini berarti kemampuan motorik kasar anak masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan upaya dan tindakan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan permainan modifikasi tikus sawah takut petani. Â Selain kemampuan motorik kasar anak, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap karakter toleransi anak dalam proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya data awal yang berkaitan dengan karakter toleransi anak dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Data Awal Karakter Toleransi AnakÂ
No
Aspek yang Diamati
Hasil Observasi
Â
Â
Kode Anak
Â
Â
Jumlah
Persentase %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1.
Anak senang ikut serta dan antusias dalam kegiatan bersama
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
25%
C
2
Â
Â
Â
Â
8
67%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
8%
2.
Anak dapat menerima kemenangan dan kekalahan temannya
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
50%
C
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
6
50%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3.
Anak mau menunggu giliran dan tidak ingin menang sendiri
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
7
58%
C
2
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
5
42%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4.
Anak mau berbagi, saling membantu dan suka menolong sesama
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
33%
C
2
Â
Â
Â
Â
8
67%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
5.
Anak dapat berempati dengan merespon perasaan temannya
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
4
34%
C
2
Â
Â
Â
Â
Â
7
58%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
1
8%
6.
Anak dapat menghargai hak dan pendapat temannya
K
1
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
3
25%
C
2
Â
Â
Â
Â
Â
7
58%
B
3
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
2
17%
Jumlah Skor Anak
9
11
12
6
8
7
12
9
15
10
10
12
121
Rata-rata Skor Anak
1,5
1,8
2
1
1,3
1,2
2
1,5
2,5
1,7
1,7
2
20,2
Kategori Karakter Toleransi Anak
C
C
C
K
C
K
C
C
B
C
C
C
K
Rata-rata Skor Seluruh Anak
1,7
Persentase (%) Anak yang Mencapai Karakter Toleransi Minimal
8%
Dari data awal di atas, dapat penulis simpulkan bahwa karakter toleransi anak kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang ternyata masih rendah dan termasuk dalam kategori kurang (K). Hal ini berarti karakter toleransi anak masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan upaya dan tindakan untuk meningkatkan karakter toleransi anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan permainan modifikasi tikus sawah takut petani.
- Siklus I
Berdasarkan data kemampuan motorik kasar anak siklus I dalam pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B TK PGRI Mekar Galih Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang diketahui bahwa kemampuan motorik kasar tersebut masih belum mencapai apa yang diharapkan, tetapi mulai mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi awal. Dari 12 orang anak ada 4 orang anak (33%) yang masuk dalam kategori mulai berkembang (MB) dan 8 orang anak lainnya (67%) sudah mencapai kategori berkembang sesuai harapan (BSH). Pada siklus I sudah tidak ada lagi anak yang masuk kategori belum berkembang (BB). Dengan demikian, hampir sebagian besar anak (33%) pada siklus I memiliki kemampuan motorik kasar dengan kategori mulai berkembang (MB) dan 67% yang masuk kategori berkembang sesuai harapan (BSH).
Berdasarkan data karakter toleransi anak siklus I dalam pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B TK PGRI Mekar Galih Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang diketahui bahwa karakter toleransi anak masih belum mencapai apa yang diharapkan, tetapi mulai mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi awal. Dari 12 orang anak ada 6 orang anak (50%) yang masuk dalam kategori cukup (C) dan 6 orang anak lainnya (50%) sudah mencapai kategori baik (B). Dengan demikian, hampir setengahnya anak (50%) pada siklus I memiliki karakter toleransi dengan kategori baik (B) dan 50% yang masuk kategori cukup (C).
- Siklus II
Berdasarkan data kemampuan motorik kasar anak siklus II dalam pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B TK PGRI Mekar Galih Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang diketahui bahwa kemampuan motorik kasar tersebut sudah mencapai harapan dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Dari 12 orang anak, hanya 1 orang anak (8%) yang masih berada pada kategori belum berkembang (MB). Kemudian 8 orang anak (67%) masuk dalam kategori berkembang sesuai harapan (BSH) dan 3 orang anak lainnya (25%) mencapai kategori berkembang sangat baik (BSB). Dengan demikian, hampir sebagian besar anak (92%) pada siklus I memiliki kemampuan motorik kasar dengan kategori berkembang sangat baik (BSB) dan hanya (8%) yang masuk kategori mulai berkembang (MB).
Berdasarkan hasil uraian tersebut, karakter toleransi anak siklus II pada proses pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B TK PGRI Mekar Galih Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang diketahui bahwa karakter toleransi tersebut sudah mencapai harapan dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Â Jumlah total keseluruhan aspek yang didapatkan yaitu 192 dari kemungkinan jumlah total maksimal bila karakter toleransi tinggi 216. Dengan demikian, karakter toleransi anak pada siklus II mencapai 83% sehingga tidak diperlukan lagi perbaikan. Hampir sebagian besar anak (83%) pada siklus II memiliki karakter toleransi dengan kategori baik (B) dan hanya (17%) yang masuk kategori cukup (C).
Â
Peningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Secara Klasikal
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Â
No
Uraian
Peningkatan Rata-rata dan Persentase Kemampuan Motorik Kasar
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1.
Rata-rata skor seluruh anak
1,9
2,3
2,9
2.
Persentase anak yang mencapai kategori minimal
42%
67%
92%
Â
Peningkatan Karakter Toleransi Anak Secara Klasikal
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Â
No
Uraian
Peningkatan Rata-rata dan Persentase Karakter Toleransi
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
1.
Rata-rata skor seluruh anak
1,7
2,3
2,6
2.
Persentase anak yang mencapai kategori minimal
8%
50%
83%
Â
Penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani ternyata dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak kelompok B TK Mi'roojuttaqwaa dengan hasil yang cukup positif. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan motorik kasar dan karakter toleransi anak setelah proses pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dari perbandingan data awal, siklus I dan siklus II.
- Simpulan
Berdasarkan uraian hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
- Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan persentase kemampuan motorik kasar anak pada setiap siklus. Persentase kemampuan motorik kasar anak yang dikategorikan berkembang sangat baik (BSB) mengalami kenaikan dari 67% pada siklus I menjadi 92% pada siklus II. Artinya terjadi kenaikan sebesar 25% pada kemampuan motorik kasar anak. Dengan demikian, terlihat bahwa hampir seluruh siswa mampu melakukan berbagai gerakan keterampilan motorik kasar pada proses pembelajaran dengan menggunakan permainan modifikasi tikus sawah takut petani.
- Penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani pada anak kelompok B dapat meningkatkan karakter toleransi anak. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan persentase karakter toleransi anak dimulai dari data awal sampai dengan siklus ke II. Pada data awal anak yang mencapai target minimal karakter toleransi hanya 1 orang anak atau mencapai 8%. Pada siklus I jumlah anak yang mencapai target minimal karakter toleransi naik menjadi 6 orang anak atau mencapai 50%. Pada siklus II jumlah anak yang mencapai target minimal karakter toleransi naik lagi menjadi 10 orang anak atau mencapai 83%. Oleh karena itu, penelitian dihentikan pada siklus II karena dianggap sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 80%. Dengan demikian, penggunaan permainan modifikasi tikus sawah takut petani dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan karakter toleransi anak.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H