Mohon tunggu...
Nita Aulia
Nita Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jember

Nita Aulia Rahma 26 Mei 2002 Ilmu Hubungan Internasional 2020 Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Politik

Strategi China Mengembangkan Cyberwarfare untuk Menyaingi Amerika Serikat

23 Januari 2022   11:51 Diperbarui: 23 Januari 2022   11:52 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: shutterstock.com/ 

AS menuduh China melakukan penyerangan terhadap jaringan militer, komersial penelitian dan organisasi industri AS selain itu, mereka juga mengatakan bahwa intrusi dunia maya yang berasal dari China telah menargetkan Departemen Pertahanan Dunia Maya AS. Januari 2010 lalu Google menyatakan adanya serangan insfrasturkur perusahaan berasal dari China yang mengakibatkan pencurian kekayaan intelektual Google melalui akun Gmail milik aktivis HAM yang menyerang sistem kata sandi Google. Pakar Keamanan AS mengklaim bahwa aksi penyerangan terhadap Google merupakan usaha China untuk melakukan spionase politik terhadap keamanan AS. Selain Google ada beberapa perusahaan AS yang juga mengaku mengalami serangan dari China seperti Yahoo, Adobe Systems, Symantec dan Northtrop Grumman.

Menyoroti tuduhan AS, China membantah adanya tuduhan perang dunia maya dan menuduh balik kepada AS bahwa sejatinya AS yang terlibat perang dunia maya melawan China. China sebagai salah satu negara yang tengah mengalami perkembangan di berbagai bidang yang pesat saat ini. China sendiri merasa memiliki kesempatan melakukan spionase dalam mencari keuntungan negara musuhnya yaitu AS. Berikut data peretasan yang dilakukan oleh China terhadap AS:

a. September 2014, peretasan terhadap intrusi sistem komputer angkatan udara AS oleh pemerintah China

b. 2015, The Washington Post melaporkan bahwa telah terjadi pelanggaran data yang menargetkan 21,5 juta orang yang dilakukan oleh peretas China

c. 2019, China melancarkan aksinya terhadap angkatan laut AS dan mitra industrinya

d. Februari 2020, Dewan Juri Federal AS mendakwah empat orang tentara pembebasan rakyat China dengan peretasan Equifax 201 melalui pencurian data pribadi sebesar 145 juta orang Amerika.

e. April 2020, The Voice of America melalui badan intelejen AS melaporkan bahwa peretas China turut campur dalam pemilihan tahun 2016 dan 2018, serta dikabarkan bahwa peretas China dan sekutunya telah terlibat spear-pishing yang menargetkan politik AS.

f. Maret 2021, Komunitas Intelejen AS menemukan bahwa China telah mempertimbangkan untuk mengganggu jalannya pemilihan tetapi, tidak memutuskan untuk melakukannya.

g. April 2021, Fire Eye mengatakan bahwa peretas China dicurigai menggunakan serangan zero-day terhadap Pulse Connect Secure dan VPN, untuk memata-matai institusi pemerintahan, industri pertahanan dan keuangan AS serta Eropa.

Sejak terjadinya peretasan pada awal tahun 2000-an yang dilakukan oleh China kepada seluruh negara-negara di dunia, Amerika Serikat mulai khawatir. Serangan yang dilakukan oleh China dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional AS. Untuk memproteksi diri dari bahaya cybercrime China, Amerika Serikat sepakat untuk membentuk kebijakan terkait dengan keamanan cyber. Peretasan yang dilakukan oleh China terhadap As dinilai sangat membahayakan dan dapat memengaruhi kebijakan AS dalam mengatasi beberapa permasalah terkait keamanan cyber. Terbukti setelah terjadinya peretasan, AS mengeluarkan beberapa dokumen penting yang menempatkan cyber security sebagai keamanan utama dalam AS termasuk dari bahaya peretasan yang dilakukan oleh Tiongkok.

Daftar Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun