Bukannya saya benci dengan kata-kata “terserah” . Masalahnya efek yang ditimbulkan dari kata terserah sangat luar biasa. Menurut saya kata “terserah adalah wujud ketidakkonsistenan. Kata terserah adalah wujud pelarian diri. Kata terserah dapat dikonotasikan sebagai ketakutan terselubung, tidak punya pendirian atau tidak bisa memutuskan. Bukannnya saya menjustifikasi namun bila ditempatkan pada saat yang krusial dan penting maka kata terserah bisa menjadi bencana.
Saya sering punya pengalaman dengan kata “TERSERAH”. Saya Akan Ceritakan pengalaman saya. Jadi dulu mantan pacar saya, saya ajak diskusi mengenai Perempuan Tuna Susila (PSK) yang ada di jalanan. Menurut mantan pacar saya Para PSK itu sampah masyarakat, penyakit menular, harus diberantas, tidak ada ampun, mereka pantas untuk dirazia. Lalu saya sanggah pernyataan dia dengan bilang : Weits nanti dulu, liat konteksnya aku ga setuju kalo kamu bilang sampah masyarakat karena mereka itu menjadi PSK karena tekanan ekonomi. Secara logika siapa si yang mau jadi PSK dijalanan dengan resiko penyakit Menular yang sangat tinggi ditambah penghasilan yang tidak seberapa. PSK dijalanan justru wujud dari ketidakmampuan pemerintah dalam menangani kemiskinan. Jawabku. Lalu Mantan pacarku bilang : ya engga kaya gitu juga kali, tetep aja mereka berbahaya dan harus diberantas. Lalu Aku Jawab : Oke, bukannya aku menyangkal hanya saja setiap kali ada razia tetap saja mereka akan kembali di jalanan karena akar masalahnya belum terselesaikan.. Eh belum selesai aku ngomong mantan pacarku Bilang : Haah.. TERSERAH kamu lah mau ngomong apa... dan beberapa hari kemudian saya diputuskan. Tragis engga tuh..
Ada Lagi ini pengalaman saya waktu di tempat kerja dulu, jadi ceritanya atasan saya menyuruh saya supaya melakukan suatu hal yang menurut saya bertentangan dengan prinsip hidup saya, saya ditempatkan pada satu posisi dimana bila saya melakukan hal tersebut maka saya akan tetap bekerja dan mendapatkan penghasilan yang sangat fantastik namun bila saya tidak melakukan hal tersebut maka kata atasan saya, saya akan menyesal seumur hidup dan hidup kamu akan sengsara. Dan lagi-lagi kata terakhir yang keluar dari mulut atasan saya adalah : Sekarang TERSERAH kamu... Alhasil saya kehilangan pekerjaan saya namun tetap memiliki prinsip hidup yang akan saya pegang sampai mati.
Ada banyak pengalaman saya dengan kata-kata TERSERAH yang berakhir dengan hiks... hiks.. tapi ga papa wat shareaja. Jadi gini ceritanya, teman saya meminta saya untuk menemaninya membeli baju dan rok untuk acara undangan pernikahan. Ya sudah saya iyakan saja.. Oke ayo kita hunting baju dan rok... Alhasil kita muter-muter di beberapa toko dan saya menyarankan beberapa baju dan beberapa rok yang menurut saya cocok.. dan lagi-lagi kata-kata TERSERAH meluncur dari mulut teman saya “TERSERAH kamu deh aku pilihin ya”. Ya sudah saya pilihkan tanpa pikir panjang. Baju dan rok pilihan saya akhirnya dipakai pada saat acara undangan pernikahan di mana saya juga diundang. Terjadi percakapan antara saya, teman lelaki teman perempuan saya dan teman perempuan saya. Teman lelaki teman perempuan saya bilang : Wah Bajunya keren banget tapi roknya kayaknya agak kegedean apa yah.. dan kemudian teman perempuan saya bilang : Iya Nih bukan aku yang milih soalnya sambil melirik saya.. dan lagi-lagi karena menerima kata TERSERAH konsekuensinya saya disudutkan atas rok yang kegedean.Ada banyak hal yang harus dipikirkan sebelum bilang kata TERSERAH deh. Bukannya saya benci dengan kata terserah tapi kata-kata itu benar-benar sering nyangkut di kehidupan saya dan kebetulan ceritanya berakhir dengan Hiks..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H