Sebut saja namanya darwis, Â
seseorang bertubuh tinggi, ya sekitar 175an lah, badan sedikit berisi, pakai kacamata dengan frame hitam, dan jikalau kacamatanya dilepas... matanya sekecil biji rambutan.
Singkat cerita,Â
Aku bertemu dengannya di sebuah organisasi, awalnya aku tak tahu namanya, namun sejak saat itu aku tahu bahwa ini yg bernama darwis. Awal aku melihatnya, tak ada yang menarik dari dirinya namun setelah lama berinteraksi aku tahu dia sangat menyebalkan selain itu, dia juga suka mengejekku, dengan tingkahnya yang sedikit cool but tetap menyebalkan, bukan hanya itu dia juga suka memukul dahiku dengan telapak tangannya.
4 bulan telah berlalu, aku semakin sering berinteraksi dan bertemu dengannya, cerita kami pun berlanjut di sosial media dan bukan hanya itu kami juga sering bertukaran pikiran termasuk hal - hal pribadi, semenjak hari itu aku pun merasa nyaman dan tenang saat didekatnya.Â
Sampai akhirnya banyak teman - teman di organisasi mengetahui itu
Begitu lah perkumpulan wanita - wanita manja, menyebarluaskan berita bahwa kami berdua menyimpan sebuah hubungan rahasia. Hal tersebut awalnya membuatku merasa risih, hingga akhirnya aku merasa baper akibat kelakuan wanita - wanita manja itu, aku tak berani bertanya macam - macam kepada darwis.Â
Fikirku darwis hanya nyaman berbagi cerita dengan ku, sampai akhirnya aku mengetahui bahwa dirinya baru usai mengalami friendzone bersama seorang wanita bertubuh mungil dan anggun. Hal itu semakin membuatku enggan bertanya masalah hati dengannya.
Minggu terus berganti, bulan terus berlalu, aku tetap menjalin komunikasi dengannya, namun tidak sesering bulan - bulan sebelumnya, dan aku mulai merasakan ada yang berbeda dari darwis.Â
Hingga aku melihat bahwa ada seseorang wanita dengan postur tubuh berisi, rambut panjang dan cantik selalu bersamanya, kemanapun darwis pergi, wanita itupun selalu ada, bahkan di dalam kegiatan organisasi pun dia juga makin banyak terlibat. Seketika aku mulai berfikir, "apakah masih ada tempat untukku kembali merasa nyaman disisinya ?"
Aku sering merasa speachles saat melihat mereka bersama dan wanita itu berhasil membuat darwis tertawa dan tampak bahagia. Hatiku berkata "Tuhan, mengapa aku berada di posisi seperti ini, melihat orang yang membuatku merasa nyaman, di buat bahagia oleh orang lain"
Sejak saat itu aku terus berfikir untuk melangkah pergi atau tetap bertahan disini menanti sebuah pertanda jika darwis memang tercipta untukku.
Hingga kulukiskan kisah ini melalui sajak - sajak puisi yang aku tulis sendiri dengan judul darwis.