Mohon tunggu...
Nita FebrianaAstari
Nita FebrianaAstari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat berguna bagi orang lain

Mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura Program Studi Sosiologi Angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persepsi Masyarakat Tentang Banyak Anak Banyak Rezeqi

31 Mei 2021   19:24 Diperbarui: 14 Juni 2021   12:16 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh : Nita Febriana Astari

Mahasiswa Prodi Sosiologi, FISIB, Universitas Trunojoyo Madura 

Pembatasan jumlah kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, kurang efektif. Pasalnya, masyarakat masih memegang nilai setiap anak lahir dengan rezeqinya masing-masing. Sehingga muncul persepsi di masyarakat, banyak anak banyak rezeqi. 

Banyak anak banyak rezeqi adalah persepsi masyarakat dimana mereka menganggap bahwa semakin banyak suatu keluarga memiliki anak, maka semakin banyak pula rezeki yang akan didapatkan. Sama halnya orang tua kita zaman dahulu pasti juga akan mengatakan yang sama seperti itu, bahwa dengan banyak anak akan meningkatkan rezeqi yang didapatkan. Anggapan tersebut sangat terkenal pada masyarakat zaman dahulu yang bisa dibilang zaman orang tua atau kakek nenek kita. Maka dari itu tidak heran jika pada saat itu nenek dan kakek kita hampir memiliki belasan anak.

Persepsi masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki sangat terkenal dikalangan masyarakat saat ini. Tidak hanya terkenal pada zaman dahulu, persepsi banyak anak banyak rezeki sampai saat ini bisa dikatakan masih dipegang teguh masyarakat desa. Dimana masyarakat desa tersebut memiliki pola pikir yang masih sederhana dan tidak ingin membuka diri akan hal-hal baru yang banyak muncul dizaman modern ini. 

Mengapa persepsi banyak anak banyak rezeqi masih ada dan bahkan terkenal pada masyarakat karena, bisa dibilang anggapan tersebut biasanya akan diajarkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Jadi bisa dibilang persepi banyak anak banyak rezeqi akan selalu ada didalam masyarakat hingga saat ini.

Jika persepsi banyak anak banyak rezeqi masih terus dipegang teguh oleh masyarakat bukan tidak mungkin tingkat kelahiran bayi di Indonesia akan mengalami peningkatan. Hal itu sangat bisa terjadi dimana jika dalam satu keluarga masih tetap memegang teguh persepsi tersebut pasti setiap tahun jumlah anak mereka akan bertambah. Itu baru satu keluarga yang setiap tahunnya akan terus bertambah, lalu jika ada kelompok masyarakat yang ada disekitar keluarga tersebut yang juga memegang teguh persepsi banyak anak banyak rezeqi pastinya pertambahan jumlah kelahiran bayi yang ada dikelompok masyarakat tersebut akan meningkat. Dan jika ada kelompok masyarakat dari daerah lain yang juga sama memiliki persepsi bahwa banyak anak banyak rezeqi maka jumlah kelahiran akan meningkat. Naiknya jumlah kelahiran tersebut dapat dilihat dari bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya.  

Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) merilis Data Penduduk Indonesia Semester I 2020. Berdasarkan Data Kependudukan Semester I 2020 itu, jumlah total penduduk Indonesia per 30 Juni sebanyak 268.583.016 jiwa. Dari jumlah itu sebanyak 135.821.768 orang adalah penduduk laki-laki. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen dibandingkan 2019, yaitu 134.858.411 jiwa. 

Kemudian, dari data yang sama, tercatat ada 132.761.248 penduduk perempuan. Jumlah ini juga mengalami kenaikan 0,82 persen dibandingkan 2019, yaitu 131.676.425 jiwa. Menurut Dirjen Dukcapil Kemendagri Zudan Arif Fakhrulloh, total kenaikan jumlah penduduk sebesar 0,77 persen tahun ini.

“Namun, berdasarkan jenis kelamin, persentase kenaikan per tahun penduduk perempuan lebih besar daripada kenaikan jumlah laki-laki. Kenaikan jumlah penduduk rata-rata pertahun sebesar 0,88 persen,” jelas Zudan.

Naiknya jumlah penduduk setiap tahunnya terjadi karena meningkatnya jumlah kelahiran di Indonesia hal itu disampaikan langsung oleh Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, Dr.Ir.Dwi Listyawardani atau kerap disapa Dani, ia menjelaskan bahwa Angka kelahiran di Indonesia pada tahun 2020 tercatat cukup tinggi, ada tambahan 400-500 ribu kelahiran di Indonesia per tahun. Biasanya di Indonesia terdapat 4-5 juta kelahiran per tahun. Berdasarkan data tersebut, bisa disimpulkan angka kelahiran di Indonesia naik sebesar 10 persen. Selain itu BKKBN juga memperkirakan pandemi virus corona yang terjadi pada tahun 2020 memicu peningkatan 40 ribu kelahiran dari kehamilan tidak direncanakan.

Sebenarnya persepsi banyak anak banyak rezeki ini bisa saja terus diterapkan masyarakat apabila masyarakat yang ingin memiliki banyak anak memiliki perekonomian yang memadai. Agar dapat menunjang dan memenuhi berbagai kebutuhan anak terutama yang paling penting adalah kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah, apabila anak sudah memasuki usia sekolah maka orang tua harus siap mengeluarkan biaya sekolah anak.

Tetapi jika suatu keluarga memiliki banyak anak tetapi tidak dibarengi dengan perkonomian yang memadai, malah akan menimbulkan permasalahan dan mereka akan kesusahan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dan yang lebih parah lagi jika semua anak sudah waktunya untuk sekolah semua maka, akan semakin susah jika tidak memiliki biaya. Maka dari itu seharusnya masyarakat yang memiliki persepsi untuk memiliki anak banyak agar rezeqi mereka banyak, seharusnya juga diikuti dengan perekonomian yang sudah memadai sebelumnya. Apabila tidak maka hasil akhir akan menyulitkan mereka sendiri jika mereka kekurangan biaya untuk melakukan pemenuhan untuk berbagai kebutuhan mereka.

Adanya persepsi masyarakat bahwa banyak anak banyak rezeqi bisa dikatakan adalah salah satu faktor belum maksimalnya program keluarga berencana, program tersebut bisa dibilang belum maksimal karena masyarakat zaman modern ini  meskipun sudah banyak teknologi modern mereka masih beranggapan bahwa rezeqi mereka akan lancar karena mereka memiliki banyak anak. Belum maksimalnya program keluarga berencana dapat dibuktikan dari adanya kenaikan jumlah penduduk usia dini secara signifikan setiap tahun.

“Berdasarkan data setiap tahunnya, selalu terjadi kenaikan jumlah anak-anak. Padahal program Pemerintah itu dua anak lebih baik. Tentu ini harus dijelaskan,” kata Jefri Romdonny Anggota Komisi VIII DPR RI politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini saat Rapat Dengar Pendapat dengan seluruh jajaran Kementerian Sosial di Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2020).

Program KB seperti tidak dianggap karena memang mereka memiliki pemikiran yang sangat berbeda dengan tujuan program keluarga berencana bahwa memiliki dua anak saja cukup. Tetapi, menurut mereka yang memiliki persepsi bahwa banyak anak banyak rezeqi mereka akan menolak keras program tersebut karena sangat bertentangan dengan persepsi mereka sendiri. Padahal program keluarga berencana bertujuan agar suatu keluarga memiliki anak hanya dua, maka beban tanggungan pada keluarga tersebut juga tidak terlalu banyak. 

Tetapi jika suatu keluarga memiliki banyak anak otomatis beban tanggungan keluarga akan semakin banyak dan terus bertambah seiring dengan kelahiran bayi yang ada pada keluarga. Tetapi seolah tidak peduli mereka tetap berpegang teguh akan persepsi banyak anak banyak rezeqi karena mereka percaya bahwa persepsi tersebut pasti terjadi dan banyak dari mereka yang secara terang-terangan menolak program keluarga berencana. Biasanya hal itu terjadi di pedesaan dimana masyarakat banyak yang tidak mengikuti program keluarga berencana. Dan mereka ingin terus memiliki anak agar harapan mereka untuk mendapatkan rezeqi yang banyak dapat terpenuhi.

Itulah yang mengakibatkan peningkatan kelahiran di Indonesia akan terus bertambah karena masyarakat Indonesia terutama yang ada didesa yang memiliki persepsi bahwa banyak anak banyak rezeqi. Maka dari itu, Pemerintah perlu menggalakkan lagi program keluarga berencana tidak hanya pada daerah-daerah perkotaan tetapi pada daerah-daerah terpencil terutama pada desa-desa. Dimana masyarakatnya sangat memerlukan adanya pengarahan dan sosialisasi akan pentingnya program keluarga berencana dan diberikan penjelasan mengenai persepsi banyak anak banyak rezeqi itu sebenarnya baik atau tidak jika terus dipegang teguh oleh masyarakat. Jadi masyarakat dapat tahu dan setelahnya mereka dapat berfikir apakah tetap melanjutkan atau tidak lagi memegang teguh anggapan tersebut.

Anggapan banyak anak banyak rezeqi yang saat ini masih banyak dipegang teguh masyarakat secara tidak langsung akan meningkatkan angka kelahiran di Indonesia. Peningkatan angka kelahiran di Indonesia ini akan terus terjadi jika masyarakat tetap percaya dan berpegang teguh akan persepsi tersebut. 

Sebenarnya anggapan bahwa banyak anak banyak rezeqi ini dapat terus dipegang teguh suatu keluarga apabila keluarga tersebut memiliki perekonomian yang memadai, agar keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dan beban tanggungan keluarga tidak menjadi permasalahan. Karena dengan ditunjang perekonomian yang sudah memadai mereka dapat mengatasinya. Tetapi apabila persepsi tersebut tidak dibarengi dengan perekonomian yang memadai, bukan tidak mungkin keluarga tersebut akan mengalami kesusahan karena terus bertambahnya beban tanggungan.

Maka dari itu, suatu keluarga seharusnya perlu berfikir matang-matang jika tetap ingin memegang teguh persepsi banyak anak banyak rezeqi karena sebenarnya jika tidak dibarengi dengan perekonomian yang memadai, bukan tidak mungkin mereka akan menghadapi berbagai permasalahan karena beban tanggungan yang bertambah. Dan yang paling parah mereka tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari yang seharusnya harus dipenuhi suatu keluarga tersebut. 

Jadi tidak hanya terus menerus menambah anak yang secara tidak langsung memicu tingginya angka kelahiran bayi dan menambah beban tanggungan. Orang tua perlu memikirkan beban tanggungan yang akan mereka hadapi dimasa yang akan datang.

Daftar Pustaka :

DPR RI, Dukcapil Kemendagri, BKKBN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun