Mohon tunggu...
Nita AmeliaRamadani
Nita AmeliaRamadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universits Sains Islam Al Mawaddah Warrahmah Kolaka

Suka Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gender dan Ekonomi

1 Desember 2023   22:16 Diperbarui: 1 Desember 2023   22:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Agnes Vera Yanti Sitorus, gender adalah suatu konsep yang berkaitan dengan hubungan dan interaksi antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, melainkan oleh faktor sosial, politik, dan ekonomi. Ketidaksetaraan gender, yang juga dikenal sebagai sensualitas gender, berdampak pada perempuan dan anak-anak yang memiliki status stabil dan pendapatan stabil serta mampu berkontribusi aktif terhadap pembangunan nasional, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Norma dan stereotip gender didefinisikan sebagai tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam hal akses, partisipasi, dan pekerjaan yang berkaitan dengan proyek untuk membangun dan menggunakan manfaat proyek yang didefinisikan dengan jelas dan spesifik.[1]

 

Menurut Sri Fadilah, hak-hak perempuan tidak akan pernah dilanggar, baik di wilayah swasta maupun pemerintahan. Demikian pula di era emansipasi dan reformasi orde baru. Hal ini merupakan hasil dari momentum yang hadir untuk menghadirkan perubahan di segala bidang, termasuk gender. Norma gender telah menjadi konstruksi linguistik yang tidak dapat dijelaskan dengan kondisi identitas yang mengandung makna subordinasi, sterilitas, sederhana, dan sifat-sifat lain yang pantas. Secara logika, yang membutuhkan sesuatu adalah seseorang yang mempunyai jumlah anak yang relatif banyak, bahkan mungkin lebih banyak dari seluruh anak di dunia (Ratna Megawangi: 1999). Namun, jumlah perempuan yang berpartisipasi di sektor publik umumnya ditemukan di luar negeri, terutama di kota-kota kecil seperti politik saat ini. Peningkatan partisipasi perempuan di sektor publik tidak boleh dibatasi hanya pada satu peristiwa saja.[2]

 

Berangkat dari karya Dodik Ariyanto dan Ni Ketut Ayu Purnamaningsih, Ensiklopedia Kajian Perempuan membahas gender sebagai sebuah konsep filosofis yang berguna untuk menganalisis berbagai pengalaman pribadi, khususnya terkait dengan seksualitas, kesehatan mental, dan karakteristik emosional perempuan dan anak. yang menggambarkan aspek unik kehidupan manusia. terutama untuk kehidupan sehari-hari. populasi massal. Sesuai dengan temuan Hofstede (1983), terdapat norma-norma sosial yang mempunyai dampak negatif terhadap bias karyawan mengenai tanggung jawab pekerjaan mereka dalam suatu organisasi. Yang menjadi fokus dimensi khusus ini adalah netralitas gender maskulinitas-feminitas, yakni hubungan antar peran gender.[3]

 

Menurut Dwi Adika dan Farida Rahmawati, ada perbedaan biologis antara pria dan wanita. Namun, sosialisasi massal bertujuan untuk memahami perbedaan biologis ini dan meningkatkan kesadaran akan potensi masalah sosial yang pada akhirnya dapat berdampak pada orang lanjut usia, anak-anak, dan orang lajang. Berikut beberapa penjelasan mengapa diskriminasi gender disebut juga diskriminasi gender; hal ini merupakan isu sensitif di kalangan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Pertumbuhan perekonomian Indonesia diukur melalui Indeks Pembangunan Ekonomi yang didasarkan pada pencapaian pendidikan dan jam kerja.[4]

 Terkait MDGs, Samsul Arifin menyatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi juga perlu dilakukan untuk mengatasi kesenjangan gender. Stereotip gender yang ada saat ini cenderung menekankan pentingnya peran perempuan dan peran gender dalam segala bidang. Faktor yang paling mungkin terkait dengan stereotip gender adalah pertumbuhan ekonomi dan efisiensi konstruksi. Diskriminasi gender masih banyak terjadi di masyarakat Indonesia, dan terkadang terjadi perubahan halus. Terkait dengan fenomena perempuan yang memengaruhi opini publik di komunitas informal, apa peran kesetaraan gender dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia? Studi ini bertujuan untuk memahami bagaimana kesenjangan gender mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kode gender terlihat jelas dalam peraturan sekolah, partisipasi siswa dalam aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, dan jumlah waktu yang dihabiskan siswa di kelas.[5]

Menurut M. Umar Bakri Hutahahean Hasnawati, sosialisasi gender berarti laki-laki dan perempuan mempunyai etika dan bias kerja yang berbeda. Karena perbedaan lingkungan kerja, maka karyawan dan manajer mempunyai etos kerja, bias, dan etos kerja yang berbeda. Terdapat perbedaan persepsi bias dan diskriminasi antara sudut pandang pengguna jangka panjang dan pengguna jangka pendek. Tugas pertama yang akan mereka lakukan adalah membandingkan hasil kompetitif dan menentukan apakah mereka perlu memperpanjang jangka waktu saat ini untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Di sisi lain, pegawai harus konsisten berupaya mencapai keberhasilan dan memberikan acuan positif atas pekerjaannya terkait reorganisasi kerja. Analisis struktural menyoroti hubungan yang memburuk antara anak pemalu dan sosialisasinya. investasi dan pekerjaan yang memprioritaskan hasil sosialisasi. Baik Suami maupun Istri mempunyai intuisi yang sama.[6]

 Diskriminasi berdasarkan gender dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan perempuan untuk bekerja di sektor perbankan dan real estat serta kemampuan mereka untuk bekerja pada pekerjaan yang lebih terstruktur, yang pada akhirnya akan meningkatkan kondisi kehidupan mereka di rumah. Dengan kata lain, pemberdayaan perempuan meningkat, kemampuan mengelola keuangannya menurun, dan pertumbuhan ekonominya semakin cepat. Penulis menyatakan bahwa walaupun penelitian mengenai gender dan pembangunan manusia penting, namun penelitian mengenai gender, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi tidak selalu berhasil dan tidak selalu fokus pada isu-isu di tingkat makro.[7]

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun