Mohon tunggu...
Nita Erniati
Nita Erniati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah cara menciptakan dunia baru yang diharapkan penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Cara Menciptakan Budaya Positif?

28 November 2023   10:05 Diperbarui: 28 November 2023   10:14 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Nita Erniati, S.Pd 

CGP Angkatan 8 Kabupaten Cianjur

SMAN 1 SINDANGBARANG

 

Setiap sekolah pasti memiliki visi yang menjadi tujuan atau impian sekolah itu. Apapun visi yang dibuat suatu sekolah, cara untuk mewujudkan visi sekolah tersebut pastinya memerluka terciptanya budaya positif di sekolah agar seluruh warga sekolah merasa aman dan nyaman di lingkungan sekolah.

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Untuk menciptakan budaya positif di sekolah setidanya ada lima konsep inti yang harus diperhatikan , yaitu: disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi control guru, keyakinan sekolah atau keyakinan kelas dan segitiga restitusi.

Hal pertama yang harus diterapkan warga sekolah demi terciptanya budaya positif adalah adanya disiplin positif. Disiplin berasal dari Bahasa Latin ‘disciplina’ yang artinya belajar namun dalam budaya kita, makna kata disiplin telah berubah menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Tujuan dari disiplin positif adalah tertannamnya motivasi ketiga pada murid-murid yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ketiga ini akan dibahas pada konsep inti kedua.

Dalam merdeka belajar, penerapan disiplin sangatlah penting. Seperti apa yang dikatakan Ki Hadjae Dewantara bahwa “…merdeka itu artinya tidak hanya terlepas dari perintah, akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri”. Jadi syarat utama menciptakan murid yang merdeka adalah murid harus memiliki disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri yang memiliki motivasi internal. Disiplin yang mempelajari bagaimana cara untuk mengontrol diri dan bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan.

Berbicara tentang disiplin positif yang memiliki motivasi internal, maka kita juga harus memahami tiga motivasi perilaku manusia yang mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu, yaitu: 1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman

untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain

untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai- nilai yang mereka percaya.

Sebagai guru yang baik, kita harus bisa membuat murid-murid kita melakukan sesuatu dengan memiliki motivasi yang ketiga. Dan untuk bisa melakukannya seorang guru harus memahami posisi control yang dilakukannya dalam menghadapi sesuatu. Terdapat lima posisi kontro guru yaitu, penghumum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Dari kelima posisi control tersebut, posisi yang paling ideal untuk dilakukan guru adalah sebagai manager. Karena posisi penghukum, pembuat merasa bersalah, teman dan pemantau hari memberi control dari luar dan motivasi ekstrinsik sedangkan posisi manager menciptakan control dalam diri dan juga motivasi intrinsic.untuk memahami lebih dalam tentang posisi control, dibawah ini ada penjelasan yang membedakan kelima posisi control guru.

Ketika guru berada di posisi manager yang memberi dampak pada murid untuk mengevaluasi diri sendiri dan bisa menemukan solusi bagaimana cara untuk memperbaiki diri maka guru harus membuat keyakinan kelas atau keyakinan sekolah yang berisi nilai-nilai kebijakan universal yang diyakini murid. Guru berperan dalam mewujudkan terbentuknya keyakinan sekolah atau keyakinan kelas dengan membuat kesepakatan antara guru dan murid dimana murid juga diajak ikut serta dalam pembuatan keyakinan kelas karena semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas.

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa Kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat

( Gossen:2004). Dengan guru memposisikan diri sebagai manager dan melakukan restitusi maka guru dapat membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif serta memulihkan dirinya setelah berbuat salah.

Terdapat tiga Langkah dalam melakukan segitiga restitusi, yaitu:

  • Menstabilkan identitas
  • Validasi Tindakan yang salah
  • Menanyakan keyakinan

Langkah pertama pada segitiga restitusi adalah menstabilkan identitas yang bertujuan untuk merubah orang yang gagal karena melakukan kesalahan menjadi orang yang sukses. Ketikamurid kita dalam kondisi emosional makka otak tidak akan mampu berpikir rasional. Oleh karena itu guru harus bisa menstabilkan identitas murid dengan mengatakan “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan” atau “Kamu bukan satu-satunya yang pernah melakukan kesalahan” . diharapkan dengan mengatakan itu, guru bisa membuat murid Kembali tenang dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang sudah terjadi.

Langkah yang kedua adalah memvalidasi Tindakan yang salah yang bertujuan untuk mengetahui alasan murid melakukan sesuatu. Oleh karena itu guru juga harus memahami lima kebutuhan dasar manusia agar bisa mengetahui kebutuhan dasar apa yang mendasari murid melakukan kesalahan karena sesuai dengan teori control yang mengatakan semua Tindakan manusia baik atau buruk pasti memiliki maksud atau tujuan tertentu. Jadi penting untuk seorang guru mengetahui alasan murid berbuat salah dan memahami alasan tersebut agar anak tidak merasa terpojok dan disalahkan oleh guru. Guru bisa memvalidasi Tindakan yang salah dengan mengatakan “kamu tentu punya alasan mengapa melakukan itu” atau “adakah cara yang lebih efektif untuk mendapatkan apa yang kamu butuhkan?” diharapkan dengan mengatakan itu murid menyadari mereka melakukan kesalahan namun tetap tidak merasa dipojokkan oleh guru sehingga murid bisa lebih terbuka menceritakan apa yang dia rasakan.

Langkah ketiga yaitu menanyakan keyakinan yang bertujuan untuk mengetahui apakah murid telah menyadari keyakinan apa yang telah dia langgar dari keyakinan kelas yang sudah disepakati. Untuk menanyakan keyakinan, guru bisa menanyakan “keyakinan kelas apa yang telah kita sepakati?” atau “ apakah kamu tahu keyakinan kelas yang mana yang sudah kamu langar?”. Diharapkan setelah murid menyadari keyakinan kelas apa yang sudah dilanggar maka murid bisa mengetahui solusi apa yang bisa dia lakukan untuk bertanggungjawab dan memperbaiki kesalahannya tanpa harus dipaksa oleh guru untuk melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya.

Itulah kelima konsep-konsep inti yang harus dilakukan agar dapat mewujudkan budaya positif di sekolah. Dan kelima hal itu saling berhubungan satu sama lain. Dan yang tak kalah penting yang harus diingat untuk mewujudkan budaya positing adalah adanya kolaborasi yang kuat dan solid yang dilakukan seluruh warga sekolah. Mari kita wujudkan budaya positif di sekolah dengan menanmkan disiplin positif, menumbuhkan motivasi ketiga pada anak, menempatkan diri di posisi manager, membuat dan menyepakatu keyakinan kelas dan melakukan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.


DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyani Andri., Rajasa, Diah Samsiati., & Wijayanti,Murti Ayu,. (2022). Paket Modul 1.4 Budaya Positif Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 Edisi 4. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun