Bagi individu, penting untuk menyadari bahwa pendidikan formal hanyalah salah satu komponen dalam perjalanan karier. Mahasiswa harus lebih proaktif dalam mengembangkan keterampilan yang relevan melalui kursus , sertifikasi, atau pengalaman kerja paruh waktu. Beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar akan memberikan nilai tambah yang signifikan.
Pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada stabilitas sosial dan ekonomi. Generasi muda yang frustrasi karena sulit mendapatkan pekerjaan dapat kehilangan motivasi dan kepercayaan terhadap sistem pendidikan. Selain itu, tingginya tingkat pengangguran terdidik dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena tenaga kerja potensial tidak dimanfaatkan secara optimal.
Masyarakat juga perlu mengubah pandangan mereka terhadap pendidikan tinggi. Gelar akademik tidak boleh lagi dianggap sebagai satu-satunya indikator kesuksesan. Fokus harus bergeser ke arah penguasaan keterampilan, dan kemampuan beradaptasi. Dalam konteks ini, pendidikan tinggi tetap relevan jika mampu menjadi wadah untuk mencetak individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang aplikatif.
Secara keseluruhan, gelar sarjana kini tidak lagi menjamin seseorang langsung mendapatkan pekerjaan. Para lulusan harus membekali diri dengan keterampilan praktis dan pengalaman yang sesuai agar mampu bersaing di pasar kerja yang semakin ketat. Oleh sebab itu, perguruan tinggi perlu menitikberatkan pada peningkatan kualitas dan kesesuaian kurikulum guna memenuhi kebutuhan industri sekaligus mempersiapkan lulusannya menghadapi dunia kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H