Mohon tunggu...
Niswah Mufidah
Niswah Mufidah Mohon Tunggu... Guru - pelajar

Tidak ada yang mustahil ketika kita terus mencoba dan berusaha dan tak lupa selalu ikhtiar dan tawakkal kepada Allah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Lingkungan Tak Menerima Anak Down Syndrom

10 November 2019   21:52 Diperbarui: 10 November 2019   22:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: medlineplus.gov

"Mencintai anak tidaklah cukup, yang terpenting adalah anak-anak menyadari bahwa mereka dicintai orangtuanya." St John Bosco

Sejatinya setiap anak yang lahir di dunia ini adalah harapan bagi orangtua mereka, dan akan menjadi apa seorang anak di masa depan yang akan datang bergantung pada pola asuh orangtua dalam mendidiknya.

Setiap orangtua tentunya mengharapkan anak mereka lahir ke dunia dengan keadaan sehat secara fisik maupun psikis, namun apa yang akan terjadi jika pengharapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan?

Pada orangtua yang mendapati anaknya terdiagnosis kelainan atau anak berkebutuhan khusus, orangtua yang berada dalam posisi seperti ini mengalami beberapa tahapan emosi.

Terdapat tiga reaksi emosi seperti syok, penyangkalan dan rasa tidak percaya serta diikuti beberapa emosi yang lain secara bergantian seperti: merasa bersalah, depresi, malu, self-esteem yang rendah, penolakan terhadap anak overprotektive. Hal ini akan terus berlanjut hingga orangtua bisa menerima kehadiran anak dan bisa menyesuaikan diri dengan kondisi.

Anak down syndrome adalah anak yang mengalami hambatan pada perkembangan fisik maupun mentalnya, hal inilah yang menyebabkan pihak keluarga sukar menerima keadaan anak tersebut.

Menurut Gunarhadi dalam Jurnal Empati fakultas Psikologi Universitas Diponegoro menyatakan bahwa faktor penyebab anak terlahir dengan keadaan down syndrom adalah usia seorang ibu yang melahirkan diatas 35 tahun lebih.

Namun bukan berarti bayi yang lahir dari rahim ibu berusia 35 tahun akan terkena down syndrom juga. Kenyataannya 80 persen anak down syndrom lahir dari ibu yang berusia 35 tahun keatas.

Keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus cenderung merasa bahwa kehadiran anak mereka adalah beban yang berat dan sumber stress dalam kehidupan orangtua baik secara fisik maupun mental.

Dalam Jurnal Empati fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Lestari menyatakan bahwa beban yang dialami orangtua dengan kondisi anak berkebutuhan khusus akan menghadirkan reaksi emosi dalam diri orangtua tersebut. Penolakan terjadi tidak hanya dari diri orangtua saja akan tetapi dari lingkungan pun bahkan tidak bisa menerima kehadirannya.

Walaupun dalam kenyataanya orangtua sangat sulit menerima akan tetapi jauh dari lubuk hati yang terdalam masih tertanam rasa cinta dalam hati orangtua terhadap buah hatinya walaupun dalam kondisi tidak sama seperti anak normal.  

Jurnal of Psychology Kochal-Bryant menyatakan orangtua selalu melakukan penyesuaian diri secara terus menerus dalam menghadapi kondisi anaknya, sehingga dukungan dari lingkungan sekitar juga sangat dibutuhkan agar nantinya anak berkebutuhan khusus berkembang secara optimal.

Penerimaan orangtua terhadap kondisi anak berkebutuhan khusus sangat berpengaruh terhadap perkembangannya dimasa yang akan datang. 

Peran orangtua sangatlah dibutuhkan untuk membangun dan mengembangkan kemampuan anak, sesuai dengan pernyataan Mangunsong dalam Jurnal Empati fakultas Psychology Parenting Support Group mempengaruhi akan penerimaan diri seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus, parenting support group adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.

Tidak ada alasan untuk mengesampingkan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus atau down syndrom, terlebih karena perkembangan fisik dan mentalnya tidak seperti anak normal pada umunya justru disitulah peran orangtua sangatlah dibutuhkan.

Anak down syndrom membutuhkan perhatian yang lebih dari orangtua maupun guru mereka disekolah. Mewujudkan impian mereka juga adalah kewajiban bagi orangtua karena anak-anak dengan kondisi seperti ini memiliki harapan hidup yang tinggi.

So, berikut ada beberapa treatment yang bisa dilakukan orangtua dalam menyikapi anak dengan kelainan down syndrom:

1. Mengesampingkan informasi palsu.
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah acuh terhadap isu-isu palsu yang beredar tentang down syndrom. Karena mudah percaya terhadap setiap berita yang beredar hanya akan membuat orangtua semakin sedih. 

Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengetahui informasi yang akurat dan terkini melalui beberapa dokter psikolog anak misalnya, atau sumber buku.

Stephanie Meredith penulis buku Understanding a Down Syndrom berhasil meningkatkan angka harapan hidup anak sebanyak dua kali lipat. Lebih dari tiu juga anak-anak dengan down syndrom semakin mampu untuk menyelesaikan pendidikan mereka, mengikuti program perguruan tinggi khusus, dan hidup mandiri.

2. Mencari lingkungan yang menguatkan ibu.
Untuk memperoleh kekuatan lahir batin dalam menyandang orangtua dengan anak down syndrom, carilah lingkungan yang terbiasa memberi dukungan terhadap orangtua dari anak-anak penderita down syndrom.

Atau bisa juga dengan mencari situs blog terkemuka untuk membaca berbagai pengalaman orangtua lainnya yang lebih berpengalaman dan mintalah saran dari mereka.

3. Menemukan dokter, terapis, dan spesialis yang cocok untuk anak.
Anak-anak down syndrom berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya, anak-anak dengan down syndrom pada dasarnya memiliki rangkaian langkah medis berupa tes rutin dan rangkaian monitoring khusus untuk membantu perkembangan mereka.

Seorang dokter yang biasanya menangani anak down syndrom memiliki pengetahuan untuk mengevaluasi area yang penting untuk diberikan teratment secara khusus dan memberikan pengobatan dengan tepat.

4. Menempatkan anak pada lingkungan yang baik.
Dengan menempatkan anak di lingkungan yang baik, nyaman, aman, dan terpercaya anak down syndrom akan mendapatkan dukungan yang lebih banyak, serta dorongan dan kegembiraan dari teman-temannya.

Hal inilah yang akan membuat hati anak lebih terasa hidup dan selalu semangat kedepannya. Menurut Sue Levine seseorang yang melakukan studi selama enam tahun pada individu dengan down syndrom bersama orangtua dan saudara mereka, yang diterbitkan dalam American Journal of Medical Genetics menyatakan "memiliki anggota keluarga dengan down syndrom, cenderung menjadi pengalaman tersendiri untuk membuka mata dan memperkaya pengetahuan kedepannya.

Kebanyakan orang yang mengatakan bahwa mereka mendapatkan lebih banyak kesabaran dan adanya penerimaan karena saudaranya yang mengalami down syndrom.

Jadi anak dengan kondisi down syndrom justru akan menjadi wadah untuk keluarganya dalam melatih kesabaran dan kepedulian akan kasih sayang terhadap sesama anggota tanpa memandang keterbatasan.

5. Pengarsipan informasi anak.
Bagi orangtua yang memiliki anak down syndrom wajib menyimpan segala catatan medis anak. Karena dokumen ini sangat penting ketika anak beranjak dewasa dan saat anak mulai bersekolah. Histori tentang juga anak akan membantu orang lain dalam mengambil alih peran orangtua dalam mengurusnya.

6. Fokus pada kekuatan dan kelebihan anak.
Walaupun terlahir dengan keadaan yang mengalami keterlambatan mental dan fisik tak bisa dipungkiri anak down syndrom juga memiliki kepribadian dan kekuatan yang berbeda dari anak yang lainnya. Kenalilah dimanakah minat mereka berada, lalu ajaklah anak untuk mengeksplorasi minat mereka agar mereka tidak frustasi dan lebih bergairah dalam menjalankan hidup.

Gerald Mahoney, P.h.D, salah satu pelopor pendekatan pengajaran responsif ini menjelaskan bahwasanya ketika orangtua dilatih untuk menanggapi anak mereka dengan baik, maka hal itu akan meningkatkan kognisi dan komunikasi pada anak.

Sebagai orangtua yang baik teruslah memberikan kasih sayang dengan baik tanpa ada pilih kasih, karena anak down syndrom adalah anak yang luar biasa dengan kelebihannya yang Allah kirimkan untuk orangtua yang hebat luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun