Mohon tunggu...
Nisva Dwi Riyanti
Nisva Dwi Riyanti Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

be perfect to be master... il-lumination. I want to be a reliable writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Getaran Tengah Malam

9 Maret 2013   02:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:05 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Langit terlihat gelap hitam, kelam, hujan tak henti-hentinya turun, petir menyambar-menyambar tak karuan, angina berhembus kencang, dinginya menjalani tubuhku, kutarik selimut Pinku hingga menutupi leher.

“ DUUARR “ Suara Petir menyambar membuatku terbangun, kutatap jendela kamarku, ada Bayangan,kulirik jam dinding pukul 12 malam, siapa yang berada di luar malam hujan begini ?”

”Duarrr”  petir kini membuat jantungku berdetak kencang, cahaya gelap menerangi diluar jendela, ternyata bayangan itu seorang Wanita, wanita Cantik Jelita dengan wajah putih pucat berdiri mematung, dia menatapku, siapa dia? Aku tak mengenalnya? Tak lama seorang wanita itu menari di tengah hujan, jari-jarinya lentik, gerakanya begitu menawan, tapi, dia mana dia? Dia menghilang? Bulu kuduku mulai berdiri kaku, aku takut, siapa dia? “Duarr “ petir menyambar dengan keras, ku tarik selimutku hingga menutupi kepala.

Saat ku buka mataku kembali, ku tetap tak percaya ada seorang wanita memasuki kamarku, badan tinggi dengan baju tipis berwarna putih, wajahnya putih pucat berdiri mematung didepan pintu, aku tak tau siapa dia? Ku tatap ragu kearahnya, di lepas sepatu tinggi yang ia kenakan, jari-jarinya menari dengan lentik, tubuhnya menawan, ia menari dengan senyuman, ia sangat menikmati tarianya, dia seorang balenna, tapi siapa dia? Dirumah ini tak ada yang mampu menari balet, kutatapi dia dengan tatapan kagum, bingung dan ragu,

Tiba-tiba ia menghentikan tarianya, ia duduk dengan lutut ditekuk, mukanya tak terlihat, dia menangis…… ada apa ini? Aku takut, bulu kuduku berdiri kaku, ku gerak-gerakan tubuh kak nisva, kakak semata wayangku, berharap kakaku bangun dari tidur nyenyaknya, namun itu tak berhasil, padahal sudah ku gerakan dengan sekuat tenaga, akhirnya kuputuskan untuk melarikan diri dari kamar ini, ku berjalan dengan sangat berhati-hati, bermaksud agar wanita balenna  itu tak melihatku,kini ku raih ganggang pintu kamarku, ku buka pelan-pelan “klik” ku buka pintu itu lebar-lebar ku berlari sekuat tenaga, aku terdiam, aku bingung harus kemana, kutelusuri lorong-lorong kecil di ruang tengah, ku ketuk pintu kamar orang tuaku, namun tak ada yang menjawab, ku ketuk lagi dengan keras, namun tetap saja, saatku membalikan badan, wanita itu telah berdiri di depanku, dia menatapku kosong,aku semakin takut, bulu kuduku berdiri, keringatku menetes dingin, jantungku berdetak kacau, ku gerakan tangan dan kakiku, namun tak mampu, tangan dan kakiku kaku tak bias digerakan, ku coba untuk berteriak itu juga tak mampu, semakin dekat……… dia mendekatiku, aku takut…….. sangat takut. Saat lidahku sanggup kugerakan, “aaargghhh” kini aku berada dikamarku, aku duduk di kasur empuku, ku tatap seisi kamarku, tak seperti tadi malam.

Ya ini sudah pagi, mentari telah menerangi sudut kamarku, ku tatap jam dinding 06.15.  segera ku ambil handuk dan masuk kamar mandi, ku guyur semua badanku, semalam sangat melelahkan, aku ingin keramas membersihkan semua ketakutan tadi malam, ingin rasanya aku ingin berada di ruangan ini, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sedang menyanyi sangat merdu, ku teriyaki kakaku, mungkin kak nisva sedang mempermainkanku, ku buka pintu kamar mandi, ku tengok semua arah kamarku. Sepi… tak ada siapa-siapa, kini aku mulai takut, ku percepat mandiku, saatku mandi ku berharap tubuhku segar, tapi yang kurasakan bukan kesegaran, keringat dingin mulai menetes, segera ku pakai seragamku, saatku memakai seragamku, aku mendengarkan nyanyian itu lagi, nyanyian…. Ya aku mendengar seseorang sedang menyanyi di kamar mandi, seperti ada yang mandi di kamar mandiku, gemercik air shower terdengar jelas. Ku dekati kamar mandi perlahan ku buka pintu ruangan itu. Kosong,, tak ada siapa-siapa, aku mulai berkeringat dingin lagi, aku berlari meninggalkan kamarku, hanya seragam yang kukenakan, rambutku masih berantakan, ku turuni tangga, ku dapati mama, papa dan kak nisva sedang sarapan pagi, ku dekati mereka… tapi aneh,, tatapan mereka kosong, ku dekati mamaku “ma kamarku aneh, ada yang gak beres” tapi mamaku tetap sibuk dengan roti yang dipegangnya, kudekati papaku “ papa kamarku aneh ada suara-suara aneh “ papaku tetap sibuk mengunyah rotinya, aku bingung, mereka tak sadar dengan kehadiranku disini, mereka tetap sibuk dengan sarapan rotinya masing-masing.
“ pah, pah ku gerakan bahu papah “
“ prang” pisau yang papah pegang terjatuh begitu juga papahku terjatuh,

“aaarrhh”… “zluupp”  aku kini berada di di gerbang sekolahku… aku bingung mengapa aku berada di sini dengan rambut berantakan, tanpa sepatu dan tas, semua memperhatikanku aneh, kosong tak bernyawa, ketika ku masuki kelasku, semua mata memandangiku masih dengan tatapan kosong tak bernyawa,
“ ris kamu gak papa? Tanya nida sahabatku, aku hanya menggeleng.
“ ris kamu gak papa?” Tanya aas, aku masih tetap menggeleng.
“ ris kamu gak papa? Tanya osyi ketua kelasku, aku masih saja tetap menggeleng. Disusul dengan dengan temen-temen dengan pertanyaan yang sama, aku hanya menggeleng, meninggalkan mereka dengan pertanyaan-pertanyaan anehnya, ketika aku duduk di bangkuku pak ganda memasuki kelas,
“ selamat pagi anak-anak, prnya dikumpulkan sekarang.” Perintah pak ganda! Aku bingung pr apa?” nid ada pr? Pr apa?” tanyaku pada nida bingung.
“ pr kemarin, jangan bilang kamu gak ngerjain pr lagi?” tebak nida, tidak mengerjakan pr lagi? Berarti bukan Cuma satu kali… tapi aku tak membawa tasku, aku bingung, pak ganda guru matematika itu sepengetahuanku gak pernah memberikan pr, tapi sekarang? Aku masih memikirkan keanehan ini, tiba-tiba pak ganda menghampiriku, “rizqi, mana prmu?” Tanya pak ganda dengan nada keras. Aku hanya memandangi wajah pak ganda.
“  bruaghh” pak ganda menggebrakan tangan kemejaku dengan keras, aku tersentak kaget, betapa tidak? Pak ganda adalah guru yang baik, tak pernah memberikan pr, membentak, apalagi menggebrak, meja dengan keras seperti ini.
“ kamu niat sekolah gak siee?” sudah tiga kali kamu tidak mengerjakan pr” bentak pak ganda menghantamku lagi…” tiga kali? Mana mungkin aku melakukan ini, pak ganda tak pernah memberikan pr, terus pr apa? Pak ganda meninggalkan kelasku, aku bertanya kepada nida tentang kebenaran tadi.
” ya kamu sudah tiga kali tidak mengerjakan pr”
” ya kamu sudah tiga kali tidak mengerjakan pr”
” ya sudah tiga kali tidak mengerjakan pr”
semua temen kelasku menghardik kata-kata yang sama, pusing,,,
” aaaargh”… “zluup kini aku kembali ke kamarku. Gelap… gelap, ku lirik jam dinding pukul 12 malam aku lelah dengan semua ini, saatku hamper memejamkan mataku, seorang wanita berdiri dihadapanku, aku mengenalinya dia seorang balenna yang kemaren menari dan menangis, tapi kali ini dia tidak menari, dia malah berjalan dekat….. dekat….. semakin dekat…..
kini aku dan dia hanya berjarak 2 meter, dia terus mendekatiku, aku takut, kakiku kaku, aku ingin sekali meninggalkan kamar ini, namun tak bisa…
semakin dekat….. semakin dekat….. “aaaargghh”

” ris… ris… bangun” tidak, kak nisva membangunkanku lagi, perlahan ku buka mataku, kak nisva telah siap didepan meja.
“ rizqy bangun, kamu lihat sekarang jam berapa? Memangnya kamu masih kurang tidurnya? Kamu tidur dari kemaren sore, cepat bangun ntar terlambat”
jelas kak nisva  yang sibuk di depan meja rias.
” apa? Aku tertidur dari kemaren sore? Berarti semua itu hanya mimpi, ku lirik jam dinding pukul 06.15 ku langkahkan kakiku dengan enggan, kepalaku terasa berat, mungkin ini efek dari tidurku yang melebihi batas, setelah mandi kuteliti pelajaran hari ini, ku buka mata pelajaran pak ganda tak ada pr, kumasukan lagi kedalam tas merahku….. selesai berdandan kembali ku buka tas merahku, ku buka pelajaran pak ganda! Ku pastikan tak ada pr hari ini, memang masih tak ada pr, ku masukan kembali buku itu, kini ku berjalan menuju ruang makan, sekali lagi ku buka tasku kembali untuk memastikan tak ada pr hari ini, aku hanya menghela napas, kini aku baru menyadari
Semua ini hanya mimpi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun