Mohon tunggu...
Aniswatun Khasanah
Aniswatun Khasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Content writer

Logophile.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Nahwul Qulub", Tasawuf dari Sudut Pandang Ilmu Linguistik Arab

23 Oktober 2020   15:05 Diperbarui: 22 Agustus 2022   00:57 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nahwu secara bahasa berarti tujuan (al-Qashdu). Sesuai dengan maknanya, nahwu tidak hanya dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu bahasa Arab, tetapi juga dapat diartikan sebagai sebuah tujuan manusia mempelajari sesuatu.

Ada sebagian orang yang menjadikan kefasihan berbicara sebagai tujuannya dalam mencari ilmu. Namun, ada juga sebagian yang berfokus pada kesucian hati sebagai tujuan utama. Nahwul Qulub sendiri dapat diartikan sebagai gramatika kalbu (hati). Nahwul Qulub dapat dimaknai sebagai sebuah cara agar dapat berdialog dengan Allah Rabbul 'Alamin melalui bahasa kalbu.

Buku ini ditulis oleh seorang ulama Tasawuf yang terkenal, yaitu Imam al-Qusyairi dengan menggabungkan antara ilmu tata bahasa dan ilmu tasawuf. Sebuah terobosan baru, buku ini menjadi buku pertama yang membahas ilmu tasawuf dari sudut pandang ilmu linguistik.

Melalui buku ini, kita bisa mengetahui bahwa Imam al-Qusyairi merupakan seorang ulama yang penuh dengan kedalaman ilmu dan cakrawala pengetahuan yang luas. Intelektualitas ulama asal Ustu, Khurasan, ini terpampang dengan jelas dalam buku ini.

Bagaimana tidak, ilmu nahwu yang merupakan suatu ilmu untuk mempelajari tata bahasa Arab digunakan sebagai media untuk menerangkan hal-hal yang berbau metafisik dan di luar nalar. Dalam buku ini, setiap penjelasan mengenai kaidah-kaidah dalam bahasa Arab dikaitkan dengan ajaran-ajaran tasawuf dengan bahasa yang indah.

Kitab ini terbagi menjadi dua versi, yaitu Nahwul Qulub al-Kabir dan Nahwul Qulub as-Shagir. Dua versi ini sama-sama menjelaskan tentang urgensi bahasa sufistik sebagai tema besar kitab ini.

Pembahasannya dipaparkan secara ringkas namun padat dan lugas. Al-Qusyairi memulai penjelasannya dari definisi nahwu secara etimologi. Menurutnya, secara konvensional, nahwu adalah sebuah cara agar mampu mengucapkan kalimat dengan benar (al-Qashdu ila shawab al-Kalam).

Namun, secara esoterik, nahwu adalah sebuah jalan supaya seorang hamba mampu mengucapkan kalimat terpuji yang didasarkan pada hati (al-Qashdu ila hamd al-Qaul bi al-Qalb). Kalimat terpuji ini tidak lain merupakan percakapan antara manusia dengan Allah (al-Haqq) yang menggunakan bahasa kalbu.

Hal ini tentunya sangat menarik dan menggambarkan betapa tinggi khazanah keilmuan sang penulis. Tanpa penguasaan ilmu yang mumpuni akan sulit, untuk tidak mengatakannya mustahil, menyusun buku yang sangat berbobot ini.

Saya ingin mengambil contoh yang lain. Dalam ilmu nahwu konvensional, isim atau kata benda terbagi menjadi dua, yaitu nakirah (kata benda umum) dan ma'rifah (kata benda khusus). Hal yang sama berlaku juga dalam ilmu nahwul qulub.

Pada dasarnya, makhluk terbagi menjadi dua macam. Makhluk yang berada di tingkatan nakirah dan makhluk yang berada di tingkatan ma'rifah. Dua macam makhluk ini memiliki batasan dan karakteristik masing-masing.

Tingkatan tertingginya adalah ma'rifah. Mereka yang ada di dalam golongan nakirah bisa masuk ke dalam kelompok ma'rifah. Namun, golongan ma'rifah tidak bisa lebih tinggi lagi sebab tingkatan tertinggi yang paling mungkin dicapai makhluk adalah tingkatan 'irfan.

Golongan nakirah adalah orang-orang pada umumnya atau para salik pemula yang hendak melakukan perjalan untuk sampai ke hadirat Allah swt. Sementara itu, golongan ma'rifah adalah mereka adalah para ahli hakikat dan para wali yang telah wushul kepada Allah swt.

Inilah mengapa menurut saya kitab nahwul qulub ini memiliki keunikan tersendiri, di mana saat kita membacanya kita akan mencapai sebuah kepuasan hati. Gaya penulisannya begitu khas dan jarang ditemukan pada buku-buku lain.

Melalui buku ini, Imam Qusyairi seolah ingin menegaskan bahwa seorang ulama besar tidak mungkin mengabaikan urgensi ilmu nahwu daripada ilmu-ilmu penting yang lain seperti ilmu fikih.

Harapannya agar hati kita tidak salah dalam memahami Allah swt, karena sebagai seorang hamba hendaklah kita senantiasa menata hati dalam mendekatkan diri kepada Allah sebagai kunci agar kita menemukan hakikat kehadiran-Nya. Wallahu 'alam bishawab.

Spesifikasi Buku:

Judul Asli : Nahwul Qulub
Pengarang: Imam al-Qusyairi
Penerjemah: Kiai Supirso Pati
Ukuran: 14 x 21, 224 hal., soft cover
ISBN: 978-623-90042-2-4
Penerbit        : Wali Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun