Mohon tunggu...
Aniswatun Khasanah
Aniswatun Khasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Content writer

Logophile.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Pesan Cinta Mbah Moen, Sebuah Nasihat untuk Kehidupan yang Damai

23 September 2020   10:30 Diperbarui: 23 September 2020   10:49 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang yang baik itu orangyang tidak berubah, baik di kala senang maupun susah."

Kalimat tersebut merupakan salah satu dari ratusan kalimat penuh hikmah yang terdapat dalam buku Pesan Cinta Mbah Moen. Buku ini disusun untuk mengingatkan kita pada sosok alim yang penuh kharisma, seorang kiai, guru, pengajar, juga teladan, yaitu al-'Arif Billah, Syaikhana K.H. Maimoen Zubair atau yang lebih akrab disapa Mbah Moen.


Mbah Moen dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 28 Oktober 1928. Ayahnya, K.H. Zubair Dahlan merupakan murid kesayangan dari Syekh Sa'id al Yamani dan Syekh Hasan al Yamani al Makkiy. Sementara itu, ibunda beliau, Nyai Mahmudah merupakan putri dari Kiai Ahmad bin Syu'aib.

Selain terkenal sebagai pengasuh pondok pesantren Al-Anwar di Rembang, beliau juga merupakan seorang politikus. Beliau pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Rembang, perwakilan Jawa Tengah dalam MPR RI selama tiga periode, dan terakhir adalah menjadi Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan.

Lahir dalam keluarga yang sangat religius membuat tindak laku dan tutur kata Mbah Moen senantiasa penuh hikmah. Tidak heran bila beliau menjadi panutan bagi banyak orang, tidak hanya umat muslim saja. Beliau adalah salah satu ulama yang menekankan betapa pentingnya sebuah toleransi dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.

Karakteristik dakwah beliau lebih menekankan Islam sebagai agama yang berprinsip tawassut (moderat) dan tasamuh (toleran). Beliau pernah berkata, "Harus toleransi, jangan sampai perbedaan agama membuat kekisruhan. Agamamu, agamamu. Agamaku, agamaku."

Mbah Moen tidak pernah membedakan masyarakat golongan atas dan golongan bawah. Beliau merangkul semua orang, menempatkan diri beliau sebagai penengah yang bijak. Dengan melihat berbagai kealiman beliau ini, tidak heran bila jutaan umat manusia merasa begitu kehilangan sejak kepergiannya pada 6 Agustus 2019 lalu. Banyak yang merindukan nasihat-nasihat dan kalimat-kalimat penuh hikmah beliau yang menentramkan jiwa.

Itulah mengapa, bagi jiwa-jiwa yang tengah risau dan haus akan kedamaian, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca. Berbagai petuah menyejukkan Mbah Moen tentang bermacam aspek kehidupan terangkum dengan apik dan mudah dipahami. Buku ini dapat menjadi tuntunan, bagaimana kita menempatkan diri dan mengambil sikap dalam setiap perbedaan.
Akhir kata, sebagai penutup review ini saya ingin mengutip salah satu pesan Mbah Moen yang menurut saya sangat jleb di hati :

"Dengan kelapangan dada, seseorang akan lebih memahami dirinya sendiri, meneliti kekurangan diri, ketimbang menguliti perbedaan dan kesalahan orang lain."

Penyusun: Tim Rene Islam (K.H. Anis Maftuhin, dkk)
Ukuran: 145 x 180 mm, 244 hal.
Cover: Soft Cover
ISBN: 978-602-1201-73-2
Penerbit        : Rene Islam
Cetakan   : Pertama, September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun