Memilih alat permainan edukatif sangat penting dilakukan, karena banyak jenis-jenis permainan yang justru merusak aspek tertentu dalam diri anak. Sekedar contoh, bermain kartu Naruto, manusia karet, video games, terutama mainan-mainan semacam SmackDown dan tembak-menembak, serta mainan-mainan yang lain.
Mengapa permainan kartu semacam Naruto dan permainan berbasis komputer semacam SmackDown dan tembak-menembak tidak dapat meningkatkan kecerdasan anak, tetapi justru merusak diri anak?
Pertama, Karena jenis permainan berbasis komputer semacam SmackDown hanya menanamkan sifat-sifat kekerasan dan kekejaman sehingga anak pun bisa jadi meniru sebagaimana permainan tersebut.
Lebih dari itu menurut Maria Montessori, jenis permainan yang membuat anak duduk manis tak berkutik itu dapat membuat anak menjadi pasif dan lemah mental (Briton, 1992).
Kedua, mengenai mainan kartu, semacam Naruto, maka jenis permainan yang sangat digemari anak ini juga tidak mengandung nilai edukatif sama sekali. Beberapa tahun terakhir ini, permainan kartu Naruto Sedang marak di pasaran dan sangat digemari anak. Sebenarnya, dulu pun pernah (bahkan selalu ada). Permainan sejenis kartu ini, seperti kartu bergambar (wayang).
Mengapa permainan ini tidak mengandung nilai edukatif, justru merusak diri anak?
Karena, permainan ini hanya menanamkan sifat jujur dalam diri anak. Penggunaan mainan kartu tersebut oleh anak hanya untuk "berjudi" saja-walaupun hanya kecil-kecilan. Tetapi, walaupun "judi kecil-kecilan", tidak boleh dibiarkan. Bisa jadi, setelah mereka dewasa akan menjadi penjudi besar dan Judinya juga besar-besaran.
Permainan lainnya tidak mengandung nilai edukatif tapi justru malah aspek tertentu dalam diri anak adalah permainan manusia karet. Permainan manusia karet adalah permainan dengan benda yang terbuat dari karet yang telah di desain pabrik dengan bentuk menyerupai manusia.
Bila benda ini dilempar (dengan kedua ujung tetap dipegang), maka ini akan melekat pada benda yang menjadi sasaran lemparan tersebut dan dapat ditarik kembali. Biasanya, permainan ini digunakan oleh anak-anak "nakal" yang senang mengganggu ketenangan belajar teman kelasnya.
Bagi anak laki-laki, banyak merasa jijik dengan permainan ini, sedangkan yang perempuan pasti ketakutan ketika mendapat lemparan manusia karet yang menjijikkan tersebut.
Tentu, mereka yang terkena lemparan akan kaget dan menjerit karena merasa geli dan jijik. Mengapa permainan ini tidak mengandung nilai edukatif dan hanya merusak aspek tertentu dalam diri anak? Karena, permainan ini hanya menumbuhkan sikap senang melihat orang lain ketakutan, sedih, dan sengsara.
Di samping itu, ia tergerak untuk melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain. Inilah alasannya, Mengapa permainan ini tidak mempunyai nilai edukatif sama sekali.
 Mungkin, sebagian orang beranggapan bahwa berbagai permainan tersebut di atas tetap ada manfaatnya, seperti bermain SmackDown dapat menumbuhkan keberanian, bermain kartu dapat menumbuhkan jiwa sosial, dan bermain manusia karena dapat membuat anak senang. Walaupun ada manfaatnya, tetapi manfaat tersebut tidak sebanding dengan dampak buruk yang ditimbulkannya.
 Pertanyaannya, jika tujuannya ingin menumbuhkan keberanian anak, Mengapa mesti dengan bermain SmackDown? Jika tujuannya adalah mengembangkan jiwa sosial anak, mengapa mesti dengan kartu Naruto? Jika tujuannya untuk membuat anak senang, mengapa mesti manusia karet yang menjijikkan?
 Bukankah sangat banyak jenis permainan yang dapat menumbuhkan jiwa pemberani anak selain dengan SmackDown? Bukankah sangat banyak jenis permainan yang dapat menumbuhkan jiwa sosial anak selain dengan kartu Naruto? Dan bukankah sangat banyak jenis permainan yang dapat menumbuhkan jiwa kesenangan anak selain dengan manusia karet?
 Inilah alasannya, mengapa memilih jenis permainan edukatif untuk anak sangat dibutuhkan, bahkan wajib dilakukan. Dengan kata lain, sebelum orang tua dan guru memberikan jenis permainan tertentu, pastikan bahwa jenis permainan itu adalah pilihan yang terbaik untuk pengembangan kecerdasan anak. Untuk kepentingan ini, uraian-uraian berikut akan menjelaskan bagaimana memilih jenis jenis permainan yang mempunyai nilai edukatif tinggi dan bebas dari dampak negatif.
Disesuaikan dengan Perkembangan Anak.
Montessori pernah mengemukakan bahwa setiap anak pasti akan melewati masa peka atau periode sensitif (Montessori 1936). Setiap dalam masa peka tersebut anak-anak membutuhkan permainan yang berbeda-beda. Jika mainan tidak sesuai dengan masa peka atau periode sensitif yang dilewatinya, maka permainan tersebut tidak akan membawa dampak apa-apa, kecuali anak menjadi benci terhadap permainan tersebut.
Aman
 Kriteria kedua dalam memilih alat permainan yang mencerdaskan adalah sifat aman. Aman dalam artian yang tidak membahayakan fisik maupun psikis anak. Sekedar contoh banyak mainan yang dibuat tanpa memperhatikan zat pewarna. Sebaiknya, sebelum Anda membeli jenis permainan tertentu, pilihlah permainan yang telah ada jaminan keamanan dari dinas kesehatan.
Menyenangkan
 Kriteria selanjutnya dalam memilih permainan untuk anak adalah menyenangkan. Tetapi, tidak semua alat pemanen akan dapat diberikan pada anak. Sebab bisa jadi permainan tersebut justru merusak aspek tertentu dalam diri anak, seperti kartun Naruto dan SmackDown sebagaimana disebutkan di atas. Faktor menyenangkan dalam setiap permainan sangat penting untuk diperhatikan, karena permainan sangat penting diperhatikan, karena permainan yang tidak disenangi anak bisa menumbuhkan sifat benci dalam diri anak. Walaupun kita memandang bahwa jenis permainan tertentu adalah sangat baik untuk perkembangan anak, tetapi jika permainan tersebut tidak dapat menarik minat anak, maka jangan dipaksakan.
Menguatkan Daya Ingat
 Kriteria selanjutnya untuk memilih jenis permainan edukatif adalah adanya unsur yang mampu memperkuat daya ingat anak. Dalam sebuah diskusi kelas, Dr. Hariyanto mengatakan bahwa kiat untuk menguatkan daya ingat adalah dengan dongeng atau cerita. Dalam perspektif pendidikan Islam, dongeng atau cerita tersebut mirip dengan metode kisah dalam Alquran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan daya ingat anak, jika dipilihkan kisah-kisah yang Islam.
Mempertajam Pendengaran
Kriteria pemilihan jenis permainan edukatif yang kelima adalah mempertajam pendengaran. Ketajaman mendengar adalah kemampuan anak untuk menangkap suara dan merekamnya dalam memori kemudian mampu ditirukan dalam bahasa lisan, dan selanjutnya mampu di tuangkan dalam tulisan kemampuan ini dikenal dengan gaya belajar auditorial gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan kemampuan mendengar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H