Bayi montok dan gemuk selalu jadi idaman. Orang menganggapnya lebih sehat ketimbang bayi yang hanya pas-pasan saja beratnya. Pujian untuk bayi-bayi ini juga mengalir tak ada habisnya. Karena itulah banyak orang tua berlomba punya bayi montok dan gemuk. Bayi kebanggaan. Namun sebelum anda mencetak bayi semacam ini pikirkanlah dahulu untung ruginya. Bayi bayi gemuk yang umumnya berkembang menjadi anak gemuk. Pada akhirnya menjadi remaja dan orang dewasa yang menderita obesitas (kegemukan) dari segi penampilan saja sosoknya sudah tidak menguntungkan apalagi dari segi kesehatan.
Pemberian makanan berlebih sebagai ekspresi kasih sayang sering diterima anak sebagai suatu kebahagiaan. Karena makan mereka anggap saat yang menyenangkan. Konsep ini terus tertanam pada anak sampai dia dewasa, akibatnya pada saatnya ia mengalami kesepian atau merasa sedih makan menjadi sumber pelariannya. Anak dikatakan mengalami obesitas Kalau berat badannya melebihi standar 120% berat tubuh mereka.Â
Penimbunan lemak yang berlebih pada obesitas ini diakibatkan adanya konsumsi energi yang melebihi kebutuhan tubuh. Kelebihan ini bisa terjadi kalau Keseimbangan antara makanan yang masuk dan aktivitas yang dilakukan tidak ada. Anak-anak yang masuk pada kriteria ini biasanya berwajah bundar, perut berlipat, dagu berlapis, kurang lincah dan cenderung malas. Berharap anaknya lekas gemuk ada juga ibu-ibu yang membuat susu terlalu kental (takaran tak sesuai). Ini bukan saja mempercepat proses terjadinya obesitas, juga membebani ginjal anak akibatnya pada saatnya nanti dikhawatirkan ginjal akan mengalami gangguan.
Kalau anda mempunyai bayi, janganlah terlalu berambisi untuk membuatnya terlalu gemuk.  Pemberian makanan tambahan terlalu dini juga tidak dianjurkan. Selain membuat anak cepat gemuk. Alat cernanya  belum tentu siap menerima. Yang baik adalah makanan padat baru diperkenalkan pada usia 4 sampai 6 bulan makanan juga harus bergizi seimbang dengan catatan bahan makanan khususnya lemak, tidak boleh lebih.
Untuk menanggulangi anak yang telah terkena obesitas, cara terbaik adalah kombinasi pengaturan gerak dan makanan. Kalau hanya gerak penurunan berat badan akan sangat lambat. Anak yang mengkonsumsi ASI umumnya lebih sulit mengalami obesitas dari pada anak Yang meminum susu botol, karena kandungan kalori ASI rata-rata lebih rendah dari pada susu botol.
Guna mengurangi resiko obesitas pada anak, orang tua sangatlah perlu memperhatikan pemberian makan. Â Seringkali kesalahan terletak pada orang tua yang biasanya memberikan makanan untuk menenangkan si kecil ketika menangis. Padahal belum tentu ia menangis karena lapar tapi mungkin saja karena memerlukan kedekatan atau merasa bosan untuk itu disarankan agar orang tua semakin mengenal bahasa tubuh bayinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H