Mohon tunggu...
Annisa Aninditya
Annisa Aninditya Mohon Tunggu... -

Jurnalis yang suka makanan manis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Nasionalisme dari Elang Jawa

21 Januari 2017   23:41 Diperbarui: 14 Mei 2017   13:41 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elang jawa atau yang juga disebut javan hawk-eagle termasuk hewan yang terancam punah. Menurut Raptor Indonesia, jumlah elang jawa di Indonesia hanya ada sekitar 600 ekor. Padahal, populasi ideal minimumnya adalah 2.000 ekor.

Kelangkaan elang jawa ini bukan tanpa sebab. Elang jawa hanya bertelur sekali dalam dua tahun. Dalam mencari pasangan pun tak mudah. Apabila tidak cocok, elang Jawa yang dipaksakan dekat justru akan saling bunuh.

Elang jawa merupakan inspirasi asal-usul lambang negara Indonesia, Garuda. Kepala elang jawa yang berjambul tinggi disebut-sebut mirip dengan sosok mitologi Garuda.

Sosok Garuda pertama kali diperkenalkan sebagai lambang negara Indonesia oleh Presiden Soekarno pada 15 Februari 1950. Garuda sebagai lambang negara itu memiliki lima sila Pancasila pada badannya dan Bhinneka Tunggal Ika dalam cengkeramannya.

Sayangnya, kelangkaan elang jawa ini hampir mirip dengan keadaan nasionalisme bangsa Indonesia. Kecintaan warga Indonesia terhadap bangsa ini tampaknya menipis. Bahkan, ada imam suatu ormas besar yang menghina Pancasila.

Konyolnya, uang terbitan baru Bank Indonesia pun dituduh bergambar palu arit. Sebegitu terbalikkah pikiran orang tersebut sampai menganggap uang yang merupakan identitas negara yang menganut sistem ekonomi Demokrasi Pancasila ini justru melambangkan komunisme?

Untuk kembali meningkatkan nasionalisme masyarakat, kini pemerintah tengah menggencarkan program bela negara. Tujuannya supaya masyarakat Indonesia menyadari bahwa Pancasila adalah ideologi negara serta menanamkan nilai-nilai Pancasila tersebut dalam kesehariannya.

Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi sebuah konservasi elang di Kamojang, Garut, Jawa Barat. Di sana, elang-elang yang luka dipelihara dan dirawat. Mereka pun diajarkan untuk kembali menjadi elang liar. Ketika telah siap, elang-elang tersebut akan dilepas ke hutan.

Keberadaan elang jawa, begitu juga halnya dengan nasionalisme, harus dilestarikan dengan baik.

Namun di luar kelangkaannya, nasionalisme mestinya seperti elang jawa. Elang jawa merupakan hewan yang setia pada satu pasangan. Ketika terlahir sebagai warga negara Indonesia, maka setia dan bersikaplah nasionalis pada negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun